
Banjir Sentimen Positif, Mampukah IHSG Menembus Level 7.200?

Beralih ke AS, tiga bursa saham utama Negeri Paman Sam juga mencatatkan kinerja cemerlang.
Pada perdagangan terakhir, Jumat (12/8/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 424,38 poin atau 1,27% ke posisi 33.761,05. Indeks S&P 500 naik 72,88 poin atau 1,73% ke 4.280,15 sementara itu indeks Nasdaq Composite melonjak 267,27 poin atau 2,09% ke posisi 13.047,19.
Pekan ini, S&P 500 menguat 3,25%, Dow Jones naik 2,92% sementara Nasdaq menguat 3,08%. Nasdaq menguat selama empat pekan beruntun.
Positifnya kinerja bursa AS sejalan dengan optimisme pasar setelah inflasi AS melandai pada Juli. Indeks harga produsen AS secara mengejutkan juga turun 0,5% (month to month) pada Juli sejalan dengan menurunnya harga energi. Penurunan tersebut adalah yang pertama kali sejak April 2020.
Pelemahan indeks semakin meyakinkan pasar jika tren inflasi AS akan melandai ke depan.
Selain data inflasi, meningkatnya indeks kepercayaan konsumen AS semakin menyuntikkan sentiment positif ke bursa AS.
Data awal dari survei Michigan University menunjukkan indeks kepercayaan konsumen meningkat menjadi 55,1 pada Agustus, dari 52,5 pada Juli. Indeks ada di level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Ekspektasi inflasi satu tahun ke depan menunjukkan inflasi akan turun ke 5,0% sementara dalam lima tahun ke depan ada di kisaran 2,9-3,0%.
"Tentu saja kita tidak bisa mendebat lagi bahwa data inflasi dan indeks kepercayaan konsumen membawa harapan besar. Penguatan bursa kemungkinan berlanjut karena inflasi melemah dan The Fed akan menurunkan agresivitasnya," tutur Michael Darda, dari MKM Partners, seperti dikutip dari CNBC International.
Kepala strategist dari Inverness Counsel New York Tim Ghriskey mengatakan data inflasi dan kepercayaan konsumen meyakinkan pelaku pasar jika hal terburuk sudah berlalu.
"Memang itu hanya angka semata tetapi itu membuat investor merasa lebih baik. Saya tidak akan mendeklarasikan kemenangan karena masih banyak berita buruk. Namun, ini setidaknya memberi harapan bahwa pasar sudah melewati titik bottom nya," ujarnya.
Dec Mullarkey dari SLC Management Boston mengatakan kewaspadaan tentu saja masih ada.
Terlebih, The Fed masih akan menaikkan suku bunga ke depan. Namun, melandainya inflasi telah menurunkan taruhan soal besaran kenaikan suku bunga acuan pada September.
Pasar kini berekspektasi jika the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps, bukan 75 bps.
Mullarkey memperkirakan inflasi umum akan berada di kisaran 7% atau lebih rendah pada akhir tahun ini sementara inflasi inti ada di angka 4%.
