
Wall Street Sudah Ijo Royo-royo, Kabar Baik Buat IHSG?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street sedikit berkinerja baik pada perdagangan Rabu kemarin, setelah ketiga indeks utama di Wall Street gagal mempertahankan relinya pada Senin dan Selasa lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,27% ke posisi 31.029,31. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masih ditutup di zona merah, meski cenderung tipis-tipis. S&P 500 terkoreksi tipis 0,07% ke 3.818,83, dan Nasdaq turun tipis 0,03% ke 11.177,89.
Ketika kuartal II-2022 akan berakhir pada Kamis, hari ini, kekhawatiran akan resesi meningkat kembali.
Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang ganas.
"Kami memperkirakan volatilitas yang signifikan pada musim panas ini dengan reli mencengangkan jangka pendek diikuti koreksi yang dipicu oleh kabar ekonomi," tutur analis senior Wells Fargo, Christopher Harvey dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Indeks S&P 500 yang telah terkoreksi sekitar 20% sepanjang tahun ini dan berada di jalurnya sebagai paruh pertama terburuk sejak 1970, ketika indeks kehilangan 21,01%.
Sementara itu, secara triwulanan, baik indeks Dow Jones dan S&P 500, berada di jalur untuk kinerja terburuk mereka sejak 2020. Nasdaq menuju periode tiga bulan terburuk sejak 2008.
Sementara itu kemarin, Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Cleveland, Loretta Mester mengatakan dia akan mengadvokasi kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan bank sentral Juli jika kondisi ekonomi tetap sama pada saat itu.
"Saya belum melihat angka-angka di sisi inflasi yang perlu saya lihat untuk berpikir bahwa kita dapat kembali ke kenaikan 50 bp," katanya kepada CNBC International.
Perdagangan Rabu kemarin di Wall Street cenderung mengikuti pergerakan perdagangan sehari sebelumnya, di mana ketiga indeks utama memulai sesi dengan kenaikan yang kuat.
Namun, data kepercayaan konsumen yang mengecewakan menghentikan kenaikan tersebut dan membuat saham kembali jatuh, meski pada perdagangan kemarin koreksi di S&P 500 dan Nasdaq sudah jauh berkurang, bahkan di Dow Jones pun berhasil menghijau.
Sementara itu, Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya di forum bank sentral eropa (Europe Central Bank/ECB) kemarin berjanji bahwa pembuat kebijakan tidak akan membiarkan inflasi menguasai ekonomi AS dalam jangka panjang.
"Risikonya adalah karena banyaknya guncangan, anda mulai beralih ke rezim inflasi yang lebih tinggi. Tugas kami secara harfiah adalah mencegah hal itu terjadi, dan kami akan berusaha agar hal itu tidak terjadi hingga jangka panjang," kata Powell.
Berbicara bersama dengan tiga rekan globalnya, Powell melanjutkan pembicaraan kerasnya tentang inflasi di AS yang saat ini berjalan pada level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
Dalam waktu dekat, The Fed telah melembagakan beberapa kenaikan suku bunga untuk mencoba menahan kenaikan harga yang cepat. Tetapi Powell mengatakan bahwa penting juga untuk menahan ekspektasi inflasi dalam jangka panjang, sehingga tidak mengakar dan menciptakan siklus yang terpenuhi dengan sendirinya.
"Waktu terus berjalan, di mana kita mengalami inflasi yang tinggi selama lebih dari setahun. Akan menjadi manajemen risiko yang buruk bila hanya mengasumsikan ekspektasi inflasi jangka panjang itu akan tetap berlabuh tanpa batas dalam menghadapi inflasi tinggi yang terus-menerus. Jadi kami sejatinya tidak mau melakukan itu," kata Powell.
Dari kabar korporasi, kemarin, saham General Mills melonjak 6,4% setelah perusahaan berhasil melampaui proyeksi laba dan pendapatan untuk kuartal terakhir.
Sedangkan saham Bed Bath & Beyond anjlok hingga 23,6%, setelah perusahaan membukukan kerugian besar pada pendapatan kuartal I-2022 dan ekspektasi pendapatan serta mengumumkan CEO-nya mengundurkan diri.
Sedangkan saham Goldman Sachs melesat 1,3% setelah Bank of America meningkatkan pembeliannya dan mengatakan bahwa perusahaan perbankan akan berkembang bahkan dalam perlambatan ekonomi.
Saham Amazon juga melesat 1,4%, setelah JPMorgan mengulangi peringkat kelebihan beratnya pada saham dan Redburn memulainya dengan membeli. Meta Platforms naik 2%, sementara Apple dan Microsoft masing-masing naik lebih dari 1%.
Namun, beberapa saham produsen chip ambles setelah Bank of America menurunkan peringkat (rating) beberapa perusahaan produsen chip karena meningkatnya persaingan.
Saham Teradyne ambles 5,2%, sedangkan saham Advanced Micro Devices dan Micron masing-masing merosot lebih dari 3%.
(chd/chd)