Newsletter

Selamat, Pak Jokowi! Indonesia Bakal Salip China...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 June 2022 06:05
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Berpindah ke bursa saham AS, tiga indeks utama finis di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite bertambah masing-masing 0,8%, 0,95%, dan 0,94%.

Namun perdagangan di New York berlangsung labil. DJIA dan kawan-kawan sempat masuk zona merah sebelum balik arah jelang akhir perdagangan.

Wall Street terpapar sentimen negatif dari 'kamar' sebelah yaitu pasar obligasi. Pada 6 Juni, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menyentuh di atas 3%, tepatnya 3,0399%. Ini adalah yang tertinggi sejak 6 Mei atau sebulan terakhir.


Tingginya yield obligasi membuat perhatian investor tersedot ke pasar surat utang. Pasar saham jadi sepi peminat.

Selain itu, kenaikan yield menjadi cerminan biaya dana akan semakin mahal. Pada saatnya, suku bunga perbankan akan ikut menyesuaikan.

So, ke depan biaya ekspansi emiten akan semakin tinggi. Laba bakal tergerus, sehingga investor sulit berharap mendapat dividen tinggi.

"Risiko tekanan terhadap pertumbuhan laba emiten semakin tinggi. Kekhawatiran ini yang sedang menyelimuti pasar," kata Andrea Cicione, Head of Strategy di TS Lombard, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, pelaku pasar juga masih memasang mode wait and see. Akhir pekan ini, data inflasi AS periode Mei akan dirilis.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam bulan lalu akan sebesar 8,3% year-on-year (yoy). Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya, masih bertahan di level tinggi.

Dengan inflasi yang tinggi, maka makin kuat alasan bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif. Pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) pekan depan. Mengutip CME FedWatch, peluang ke arah sana mencapai 97,2%.

fedSumber: CME FedWatch

"Kenaikan 50 bps memang sudah layak. Bahkan mungkin tidak cukup cepat untuk meredam inflasi. Namun saya rasa kebijakan yang agresif akan membuat pasar ketakutan," kata Robert Pavlik, Senior Portfolio Manager di Dakota Wealth, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular