Newsletter

Semua Mata Tertuju ke BI & The Fed, IHSG Perkasa Hari Ini?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
14 March 2022 06:10
Bank Indonesia
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Selain soal perkembangan konflik di Ukraina yang terus mengguncang pasar akhir-akhir ini, pekan ketiga bulan Maret akan ditandai dengan berbagai rilis data ekonomi dari dalam negeri dan mancanegara. Tentunya, data ekonomi makro tersebut akan turut mempengaruhi pergerakan pasar selama sepekan ini.

Dari dalam negeri, rilis data ekonomi pada Selasa (15/3/2022) meliputi data neraca perdagangan, termasuk nilai ekspor dan impor, pada bulan Februari 2022.

Konsensus yang dihimpun Tradingeconomics memprakirakan, neraca dagang RI kembali surplus sebesar US$ 1,80 miliar.

Data neraca perdagangan pada bulan sebelumnya tercatat surplus sebesar US$ 930 juta, di mana nilai ekspor mencapai US$19,16 miliar naik 25,31% secara tahunan. Nilai impor mencapai US$18,23 miliar naik 36,77% dari Januari 2021.

Selain itu, pada Kamis (17/3/2022), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuannya yang diprediksi oleh para ekonom akan tetap berada pada 3,5% seperti pada bulan Februari lalu.

Dari Negeri Paman Sam AS, investor akan disibukkan dengan rilis data ekonomi yang banyak dari awal pekan ini. Pada Selasa (15/3/2022), rilis data harga produsen bulan Februari, di mana pada data bulan sebelumnya naik 1%.

Hal tersebut dipicu oleh melonjaknya harga barang sebanyak 1,3% pada bulan Desember karena penurunan persediaan kendaraan bermotor, pangan, dan energi.

Pada Rabu (16/3/2022), akan rilis data dari penjualan ritel Februari, harga ekspor dan impor. Disusul oleh rilis data keputusan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan proyeksi ekonomi pada Kamis (17/3/2022) dini ha.

Sebelumnya, Bos The Fed Jerome Powell menjelaskan kepada Kongres AS bahwa pemulihan ekonomi AS yang cepat tidak lagi membutuhkan kebijakan moneter yang akomodatif. Oleh karena itu, The Fed diharapkan akan mulai menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuan periode 15-16 Maret untuk menekan inflasi yang sudah tinggi.

Powell mengatakan, dia cenderung mendukung kenaikan 25 basis poin, tapi adanya potensi The Fed bergerak lebih hawkish jika inflasi tidak mereda seperti yang diharapkan. Dus, setidaknya dapat memberikan sinyal tentang seberapa cepat The Fed akan mengetatkan kebijakan moneternya.

"Saya cenderung mengusulkan dan mendukung kenaikan suku bunga 25 basis poin," kata Powell di hadapan Kongres AS tentang pertemuan Fed Maret minggu ini. 

Dia juga menambahkan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina menambah tingkat ketidakpastian yang signifikan.

(adf/adf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular