Newsletter

Rusia-Ukraina Gak Ngaruh ke Wall Street, Kabar Baik IHSG?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 February 2022 06:20
Perbandingan Kekuatan Militer Ukraina & Rusia
Foto: Infografis/ Perbandingan Kekuatan Militer Ukraina & Rusia/ Aristya Rahadian

Pada hari ini, investor masih akan memantau perkembangan terbaru dari konflik antara Rusia dan Ukraina.

Namun, dengan bangkitnya kembali bursa saham AS pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat, menandakan bahwa hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi pasar saham di Indonesia.

Saham-saham teknologi di AS kembali diburu oleh investor, setelah mereka berusaha menghindarinya dan melepas saham teknologi. Saham teknologi ternama di AS seperti Netflix, Microsoft, Alphabet (induk Google), dan Meta Platform (Facebook) pun melonjak di kisaran 4%-6%.

Situasi di Ukraina hingga Kamis kemarin masih belum kondusif. Pada Kamis malam waktu Indonesia, Presiden AS, Joe Biden mengumumkan akan mengenakan sanksi terbaru terhadap Rusia dalam upaya untuk mengisolasi Moskow dari ekonomi global.

Gedung Putih juga telah mengizinkan pasukan tambahan untuk ditempatkan di Jerman ketika sekutu NATO berupaya meningkatkan pertahanan di Eropa.

"Hari ini saya mengesahkan sanksi kuat tambahan dan batasan, di mana barang yang di ekspor ke Rusia dari AS akan dibatasi. Ini akan dapat membebani ekonomi Rusia dengan segera," kata Biden, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin membalasnya dengan mengatakan bahwa Rusia tetap menjadi bagian dari ekonomi dunia.

"Rusia tetap akan menjadi bagian dari ekonomi dunia. Kami tidak akan merusak sistem ekonomi dunia selama kami masih menjadi bagian darinya," kata Putin.

Sebelumnya, Moskow melancarkan aksi militer di Ukraina pada Kamis malam waktu setempat. Ada laporan ledakan dan serangan rudal di beberapa kota utama Ukraina termasuk di ibukotanya, Kiev.

Putin pun menyebut invasi itu dilakukan untuk 'demiliterisasi' Ukraina dan mengatakan rencana Rusia tidak termasuk mengambil alih pendudukan wilayah Ukraina.

Memanasnya tensi konflik Rusia-Ukraina beserta negara barat membuat harga-harga komoditas melonjak ke level tertingginya.

Di emas dunia, harganya sempat melonjak 3,2% ke US$ 1.970 per troy ons karena investor mencari aset aman. Namun pada penutupan perdagangan Kamis waktu setempat, harga emas ditutup di level US$ 1.904 per troy ons, menguat 0,28%.

Tak hanya emas saja, harga minyak mentah dunia juga melesat dan nyaris menyentuh level psikologis di US$ 100 per barel kemarin.

Harga minyak jenis Brent melonjak 2,52% ke level US$ 99,28 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Light Sweet WTI melesat 0,98% ke level US$ 93 per barel.

Yield Treasury bertenor 10 tahun pun juga sempat menyentuh kisaran level 1,8%. Namun pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, yield Treasury bertenor 10 tahun ditutup turun tipis dan masih mendekati level 2%.

Di lain sisi, data perkiraan dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal IV-2021 tercatat melonjak. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2021 melonjak menjadi 7%, dari sebelumnya pada kuartal III-2021 sebesar 2,3%.

Hal ini menjadi sentimen positif bagi pasar saham di AS dan tentunya juga dapat berpengaruh di Indonesia, karena sentimen melonjaknya PDB AS pada kuartal IV-2021 merupakan sentimen positif satu-satunya di tengah sentimen eksternal dari konflik Rusia-Ukraina, meski data PDB Negeri Paman Sam ini masih dalam perkiraan awal.

Pada hari ini, beberapa data ekonomi penting di global akan dirilis, di mana salah satunya yakni inflasi AS dari indeks personal consumption expenditure (PCE) periode Januari 2022.

Data inflasi PCE juga dianggap penting karena data ini akan digunakan oleh The Fed untuk menentukan arah kebijakan moneter kedepannya.

Selain itu, data ekonomi lainnya selain di AS yang akan dirilis pada hari ini yakni data indeks keyakinan konsumen (IKK) Uni Eropa atau Zona Euro.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular