Newsletter

Rusia-Ukraina Gak Ngaruh ke Wall Street, Kabar Baik IHSG?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 February 2022 06:20
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street berhasil ditutup berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat, karena investor mengabaikan sentimen dari serangan Rusia terhadap Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,28% ke level 33.223,828, S&P 500 melesat 1,49% ke posisi 4.288,65, dan Nasdaq Composite melonjak 3,34% menjadi 13.473,58.

Investor cenderung mengabaikan sentimen dari konflik antara Rusia dengan Ukraina yang masih memanas hingga kemarin. Mereka juga memanfaatkan momentum jatuhnya harga saham dengan membeli di harga penurunan atau buy on dip.

Saham-saham teknologi ternama di AS pun berhasil bangkit dari zona koreksi dan ditutup melonjak. Saham Netflix melonjak 6,1%, sedangkan saham Microsoft melompat 5,1%, saham induk Google yakni Alphabet melesat 4%, dan saham Meta Platform terdongkrak 4,6%.

Presiden AS, Joe Biden pada Kamis kemarin waktu AS mengumumkan akan mengenakan sanksi terbaru terhadap Rusia dalam upaya untuk mengisolasi Moskow dari ekonomi global.

Gedung Putih juga telah mengizinkan pasukan tambahan untuk ditempatkan di Jerman ketika sekutu NATO berupaya meningkatkan pertahanan di Eropa.

"Hari ini saya mengesahkan sanksi kuat tambahan dan batasan, di mana barang yang di ekspor ke Rusia dari AS akan dibatasi. Ini akan dapat membebani ekonomi Rusia dengan segera," kata Biden, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin membalasnya dengan mengatakan bahwa Rusia tetap menjadi bagian dari ekonomi dunia.

"Rusia tetap akan menjadi bagian dari ekonomi dunia. Kami tidak akan merusak sistem ekonomi dunia selama kami masih menjadi bagian darinya," kata Putin.

Sebelumnya, Moskow melancarkan aksi militer di Ukraina pada Kamis malam waktu setempat. Ada laporan ledakan dan serangan rudal di beberapa kota utama Ukraina termasuk di ibukotanya, Kiev.

Putin pun menyebut invasi itu dilakukan untuk 'demiliterisasi' Ukraina dan mengatakan rencana Rusia tidak termasuk mengambil alih pendudukan wilayah Ukraina.

Makin memanasnya situasi di Ukraina juga membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun sempat menyentuh kisaran level 1,8%. Namun pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, yield Treasury bertenor 10 tahun ditutup turun tipis dan masih mendekati level 2%.

Di lain sisi, Indeks CBOE, yang mengukur volatiltas pasar dan mencerminkan kecemasan investor melesat ke level 37, atau mendekati level tertingginya tahun ini.

"Volatilitas pasar adalah normal, tapi penurunan yang kita lihat sejauh ini lebih kecil dari yang kita prediksikan, karena adanya fundamental yang kuat dan harus terus berlanjut," tutur Ketua Investasi Commonwealth Financial Netwwork Brad McMillan, dikutip CNBC International.

Meski investor AS cenderung mengabaikan sentimen dari konflik Rusia-Ukraina, tetapi sejatinya mereka masih Khawatir dengan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih ketat di tengah meningkatnya inflasi.

Investor telah menyesuaikan pandangan mereka tentang The Fed dalam beberapa hari terakhir, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga 0,5 poin pada bulan Maret turun menjadi 13,3%, menurut data CME Group.

Sementara itu, data perkiraan dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal IV-2021 tercatat melonjak. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2021 melonjak menjadi 7%, dari sebelumnya pada kuartal III-2021 sebesar 2,3%.

Revisi ke atas untuk pertumbuhan PDB kuartal IV-2021 AS mencerminkan lebih banyak pengeluaran bisnis untuk struktur non-perumahan dan investasi dalam pembangunan rumah dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

Sementara dari data ketenagakerjaan AS, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun sedikit lebih dari yang diperkirakan pada pekan lalu, menunjukkan bahwa pemulihan pasar tenaga kerja masih berlanjut.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 17.000 menjadi 232.000 untuk pekan yang berakhir 19 Februari 2022. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi ekonom dalam polling Reuters yang memperkirakan ada 235.000 klaim.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular