Newsletter

Rusia vs Ukraina-Barat Makin Panas, Pasar Global Ambruk Lagi?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 February 2022 06:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Rabu (23/2/2022) secara mayoritas ditutup positif. Di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ditutup cerah sedangkan harga obligasi pemerintah ditutup melemah.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu kemarin, IHSG dibuka naik ke 6.878,625 dan kemudian ditutup di level 6.920,056 atau melesat 0,85%. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi (all time high/ATH) barunya pada perdagangan kemarin, meski mayoritas saham merah yakni sebanyak 275 unit, sementara 251 lain menguat, dan 161 sisanya stagnan.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi indeks pada Rabu kemarin kembali meningkat menjadi Rp 13,4 triliun. Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 862 miliar di pasar reguler.

Dari Asia, secara mayoritas bursa sahamnya mengalami penguatan, di mana indeks Shanghai Composite China memimpin penguatan bursa Asia. IHSG pun menjadi juara 2 di Asia pada perdagangan kemarin.

Hanya indeks saham Filipina, BSE Sensex India, dan Straits Times Singapura yang ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu kemarin. Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang pada Rabu kemarin tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Kaisar.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia pada perdagangan Rabu.

Sedangkan untuk mata uang Tanah Air, yakni rupiah pada perdagangan kemarin juga mampu mengalahkan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,18% ke level Rp 14.335/US$ di pasar spot.

Tak hanya rupiah saja, mayoritas mata uang Asia juga berbalik arah ke zona penguatan, di mana baht Thailand memimpin penguatan mata uang Asia terhadap sang greenback. Hanya dolar Hong Kong, yen Jepang, dan dolar Taiwan yang tertekuk dihadapan dolar AS sedangkan untuk ringgit Malaysia ditutup stagnan.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia melawan dolar AS pada Rabu:

Adapun untuk pergerakan harga SBN pada perdagangan kemarin ditutup melemah, menandakan bahwa investor melepas kepemilikan obligasi pemerintah RI kemarin. Hanya SBN bertenor 10, 25, dan 30 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik turun 0,2 basis poin (bp) ke level 6,501%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun juga turun 0,3 bp ke level 7,244%, dan SBN berjangka waktu 30 tahun melemah 0,6 bp ke level 6,893%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Rabu:

Konflik antara Rusia-Ukraina masih cenderung panas hingga kemarin. Namun, investor global mulai mengabaikan sejenak dan memanfaatkan rendahnya harga aset berisiko untuk membelinya di harga rendah atau buy on dip, meski mereka cenderung tidak membelinya dalam jumlah yang besar.

Pada Selasa lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden memberikan sanksi kepada dua bank Rusia yakni bank VEB dan bank militer Rusia (PSB). Institusi finansial di AS tidak diizinkan untuk memproses transaksi ke dua bank tersebut.

Sanksi juga diberlakukan ke obligasi yang membuat Rusia tidak bisa lagi menjualnya ke Negara Barat. Beberapa individu Rusia juga diberikan sanksi oleh Biden.

Hal ini dilakukan setelah Rusia mengirim pasukannya ke wilayah Donestk dan Luhansk yang sebelumnya diakui kemerderdekaannya dari Ukraina oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Tak hanya di AS, Inggris pun juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap lima bank asal Rusia. Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson akan memberikan sanksi kepada Rossiya Bank, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank dan Black Sea Bank.

Selain lima bank Rusia, Johnson juga akan memberikan sanksi kepada tiga individu Rusia dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi, seperti Gennady Timchenko, Boris Rotenberg, dan Igor Rotenberg.

Eskalasi tensi geopolitik yang membuat harga minyak mentah dunia melesat dan membuat posisi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan moneter kedepannya bakal semakin rumit. Kenaikan harga minyak mentah bisa memicu inflasi serta pelambatan ekonomi.

"Kenaikan harga minyak mentah membuat situasi semakin rumit. Ada skenario pertumbuhan ekonomi akan terpukul secara substansial. Ada skenario kenaikan harga tidak akan memberikan dampak yang besar ke ekonomi juga mendorong inflasi," kata Bruce Kasman, kepala ekonom JP Morgan, sebagaimana dilansir CNBC International.

Kasman memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bp di bulan depan, tetapi akan diikuti 6 kali kenaikan lagi. Pasar juga kini melihat kenaikan sebesar 25 bp paling mungkin dilakukan.

Ekspektasi tersebut berubah dari sebelumnya 50 bp. Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group Rabu pagi, pelaku pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 71,2% suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 bp. Pada pekan lalu probabilitasnya bahkan mencapai 100%.

Padahal hanya tujuh hari sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga 50 bp dengan probabilitas lebih dari 90%.

Beralih ke AS  bursa saham Wall Street kembali ditutup ambles pada perdagangan Rabu waktu setempat. Ini arena investor kembali merespons negatif dari meningkatnya kembali eskalasi tensi antara Rusia dan Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,38% ke level 33.131,76, S&P 500 ambruk 1,84% ke posisi 4.225,59, dan Nasdaq Composite yang paling parah yakni anjlok 2,57% menjadi 13.037,49.

Saham maskapai, pelayaran, dan teknologi di AS menjadi pemberat utama Wall Street pada perdagangan kemarin. Saham maskapai Delta Air Lines ambruk 4,1%.

Sedangkan saham teknologi seperti Tesla anjlok 7%, saham raksasa e-commerce Amazon ambles 3,6%, dan saham Apple ambrol 2,6%.

Saham peritel AS juga ditutup ambles. Saham Macy's ambruk 5,2%, saham TJX Companies ambles 4,2%, saham Best Buy merosot 2,1%, dan saham Nordstrom ambrol 3,4%.

"Pasar saham global akan berjuang untuk menemukan arah sampai kondisi global memiliki arah yang jelas tentang apakah krisis Rusia-Ukraina akan memiliki solusi diplomatik atau menjadi perang regional," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, dikutip dari CNBC International.

Investor hingga kini masih khawatir dengan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, meski mereka sempat mengabaikannya kemarin.

Pemerintah Ukraina memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Rusia dan meninggalkan negara tetangga, jika mereka ada di sana. Sementara itu, Inggris menyatakan siap menjatuhkan sanksi lagi kepada Rusia.

Sebelumnya pada Rabu petang waktu setempat, Kementerian Transformasi Digital Ukraina juga mengatakan bahwa ada serangan DDoS (denial of service) massal yang menyerang situs pemerintah dan beberapa situs bank Ukraina, di mana serangan siber ini mencegah entitas tertentu mengakses situs web pemerintah, seperti yang dilaporkan oleh NBC.

Sementara itu, pemerintahan Joe Biden AS mengumumkan akan mengizinkan sanksi kedua bagi perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun pipa gas Nord Stream 2 Rusia.

Sanksi ini diberikan menyusul sanksi tahap pertama terhadap Rusia pada Selasa lalu yang menargetkan bank-bank Rusia, obligasi Rusia dan tiga individu terkaya Rusia yang berkaitan erat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Hari ini, saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk menjatuhkan sanksi pada Nord Stream 2 AG dan pejabat perusahaannya," kata Biden dalam sebuah pernyataannya Rabu kemarin.

"Langkah-langkah ini adalah bagian lain dari tahap awal sanksi kami sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Ukraina," tambah Biden.

Di lain sisi, risiko geopolitik dapat menyebabkan siklus pertumbuhan lebih lambat dan menghilangkan risiko kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) setengah poin pada keputusan dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16 Maret nanti.

Investor bertaruh ada peluang 100% untuk kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan The Fed pada Maret, jika mengacu kepada perangkat FedWatch CME Group. Namun dengan angka inflasi yang tinggi, diproyeksikan akan ada kenaikan sebanyak 50 basis poin (bp).

Pasar juga memantau kinerja keuangan emiten. Per Jumat pekan lalu, 78% konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar, di mana 78% merilis laba bersih di atas ekspektasi, jika mengacu pada data FactSet.

Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar global berusaha untuk mengabaikan sejenak sentimen dari konflik antara Rusia dan Ukraina yang masih memanas, di mana pasar saham di kawasan Asia ditutup menguat, sedangkan pasar saham Eropa dan AS sempat menghijau.

Namun, konflik kedua negara tersebut lagi-lagi membuat investor di AS dan Eropa kembali khawatir, di mana di AS, bursa Wall Street kembali berjatuhan setelah sempat menguat di sesi awal perdagangan Rabu kemarin waktu setempat.

Pada Rabu petang waktu Ukraina, beberapa website pemerintah Ukraina offline akibat dari serangan siber DDoS (denial of service) massal.

Menurut Mykhailo Fedorov, kepala Kementerian Transformasi Digital Ukraina, serangan siber tersebut menyebabkan beberapa bank Rusia terpaksa offline, dimulai sekitar pukul 16:00 waktu setempat. Namun, Fedorov tidak mengatakan bank mana yang diserang dan seberapa parah kerusakannya.

Sedangkan website Kementerian Luar Negeri Ukraina, Kabinet Menteri dan Rada, dan parlemen Ukraina juga terkena dampak dari serangan siber.

"Website pemerintah secara tiba-tiba menjadi offline ketika para pejabat berusaha untuk mengalihkan lalu lintas di tempat lain untuk meminimalkan kerusakan," kata Fedorov, dikutip dari CNBC International.

Sebagai informasi, DDoS adalah jenis serangan yang dilakukan dengan cara membanjiri lalu lintas jaringan internet pada server, sistem, atau jaringan. Umumnya serangan ini dilakukan menggunakan beberapa komputer host penyerang sampai dengan komputer target tidak bisa diakses.

Di lain sisi, AS kembali melancarkan sanksi keduanya kepada Rusia, di mana Pemerintahan Biden mengumumkan akan memberikan sanksi kedua bagi perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun pipa gas Nord Stream 2 Rusia.

Sanksi ini diberikan menyusul sanksi tahap pertama terhadap Rusia pada Selasa lalu yang menargetkan bank-bank Rusia, obligasi Rusia dan tiga individu terkaya Rusia yang berkaitan erat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Hari ini, saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk menjatuhkan sanksi pada Nord Stream 2 AG dan pejabat perusahaannya," kata Biden dalam sebuah pernyataannya Rabu kemarin.

"Langkah-langkah ini adalah bagian lain dari tahap awal sanksi kami sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Ukraina," tambah Biden.

Ketika kekhawatiran meningkat bahwa 'invasi' Rusia akan meningkat, Pemerintah Ukraina memperingatkan warganya untuk menghindari bepergian ke Rusia dan segera meninggalkan negara itu jika mereka sudah berada di sana.

Langkah itu dilakukan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow "selalu terbuka" untuk diplomasi pada Rabu kemarin, beberapa hari setelah memerintahkan pasukan militernya ke Ukraina timur dan mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina Timur, yakni Donestk dan Luhansk.

Risiko geopolitik kedua negara pecahan Uni Soviet dapat menyebabkan siklus pertumbuhan lebih lambat dan menghilangkan risiko kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) setengah poin pada keputusan dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16 Maret nanti.

Investor bertaruh ada peluang 100% untuk kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan The Fed pada Maret, jika mengacu kepada perangkat FedWatch CME Group. Namun dengan angka inflasi yang tinggi, diproyeksikan akan ada kenaikan sebanyak 50 basis poin (bp).

Sementara itu dari data ekonomi, data pembacaan awal dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2021 akan dirilis pada hari ini, di mana pasar memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada akhir tahun lalu melonjak menjadi 7%, dari sebelumnya pada kuartal III-2021 sebesar 2,3%.

Masih dari AS, data klaim pengangguran mingguan periode pekan yang berakhir 20 Februari 2022 juga akan dirilis pada hari ini. Pasar memprediksi ada sekitar 235.000 klaim yang diajukan, lebih rendah dari klaim pada pekan sebelumnya.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data indeks harga produsen (IHP) Korea Selatan periode Januari 2022 (04:00 WIB),
  2. Keputusan suku bunga bank sentral Korea Selatan (08:00 WIB),
  3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Solusi Sinergi Digital Tbk (14:00 WIB),
  4. Rilis data pertumbuhan kredit Indonesia periode Januari 2022 (14:30 WIB),
  5. Pidato Gubernur bank sentral Inggris (20:15 WIB),
  6. Rilis data awal pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat periode kuartal IV-2021 (20:30 WIB),
  7. Rilis data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat periode 20 Februari 2022 (20:30 WIB),
  8. Rilis data penjualan rumah baru Amerika Serikat periode Januari 2022 (22:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (2021 YoY)

3,69%

Inflasi (Januari 2022 YoY)

2,18%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Februari 2022)

3,5%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2022)

4,85% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (2021 YoY)

0,3% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (2021 YoY)

US$ 13,5 miliar

Cadangan Devisa (Januari 2022)

US$ 141,34 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd) Next Article Menanti Petunjuk dari MH Thamrin, IHSG Lepas dari Zona Merah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular