Newsletter

Pasar Saham Global Terguncang Rusia, Hati-hati IHSG!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 February 2022 06:10
Dow Jones
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup berjatuhan pada Selasa kemarin karena meningkatnya kembali ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang melemahkan sentimen pasar global pada pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,42% ke level 33.596,609. S&P 500 merosot 1,02% ke posisi 4.304,71, dan Nasdaq Composite ambrol 1,23% menjadi 13.381,52.

 

Presiden AS, Joe Biden memberikan sanksi terhadap bank Rusia VEB dan bank militer Rusia, di mana hal ini terkait dengan utang negara Rusia dan individu kaya tertentu serta keluarga mereka. Inggris juga mulai menargetkan sanksi ekonomi terhadap lima bank Rusia dan tiga orang kaya terkait.

Langkah itu dilakukan oleh AS dan Inggris setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan telah mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur yakni Donetsk and Luhansk. Putin juga mengerahkan pasukannya ke wilayah tersebut untuk "menjaga perdamaian".

Hal ini pun dapat berpotensi memudarkan langkah AS untuk mengambil jalur 'damai' melalui jalur diplomatik dengan Rusia.

"Situasi Rusia-Ukraina tetap sangat fluktuatif, ketegangan masih tetap tinggi, dan dalam jangka pendek itu akan tetap menjadi angin sakal pada saham global," kata Tom Essaye, pendiri Sevens Report, dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya pada Minggu lalu Gedung Putih mengatakan bahwa ingin bertemu dengan Putin dalam upaya lain untuk mengurangi ketegangan antara Rusia-Ukraina melalui jalur diplomatik.

Sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan pertemuan puncak antara kedua pemimpin akan terjadi setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir pekan ini.

Konflik Rusia-Ukraina telah memberikan tekanan pada sentimen pasar global setidaknya dalam sepekan lebih. Pada pekan lalu, indeks Dow Jones ambles 1,9% S&P 500 ambruk 1,6%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,8%.

Eskalasi konflik Rusia-Ukraina juga membuat harga minyak mentah acuan dunia melonjak pada perdagangan Selasa waktu setempat. Harga minyak jenis Brent pun melonjak 1,52% ke level US$ 96,84/barel, sedangkan harga minyak jenis West Intermediate Texas (WTI) melesat 1,32% ke US$ 92,27/barel.

Dari kabar korporasi AS, saham Home Depot anjlok 9% meski perseroan merilis kinerja keuangan kuartal I-2022 yang positif.

Sejauh ini, musim rilis kinerja keuangan sudah solid, di mana 400 konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangannya dan sebanyak 77,7% di antaranya telah melampaui ekspektasi pasar, jika mengacu kepada FactSet.

Dari sisi data ekonomi AS, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Negeri Paman Sam naik menjadi 52,5 pada Februari tahun ini, dari sebelumnya di angka 50,5 pada Januari lalu.

Investor di AS juga terus memantau perkembangan terkait kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga beberapa kali mulai bulan depan.

Trader pun bertaruh bahwa ada peluang 100% kenaikan suku bunga The Fed setelah pertemuan 15-16 Maret, dengan ekspektasi miring ke arah pergerakan 0,25 poin persentase, menurut alat FedWatch CME Group.

Ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat juga telah memberi tekanan pada pasar saham Negeri Paman Sam, terutama di sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham teknologi.

Potensi pengetatan kebijakan moneter The Fed juga telah membuat imbal hasil (yield) Treasury naik tajam pada awal tahun 2022. Yield Treasury 10 tahun kini berada di kisaran level 1,9% setelah sempat menembus di atas 2% pada awal tahun ini.

 

(chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular