Newsletter

PPKM Effect Bisa Terhindarkan Hari Ini, Asalkan...

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 February 2022 07:10
Mobilitas Warga Jakarta Saat PPKM Level 3 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Mobilitas Warga Jakarta Saat PPKM Level 3 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Seperti hujan di tengah kemarau menahun yang turun hanya sebentar, kabar positif mengenai pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 yang mengindikasikan pemulihan ekonomi nasional justru ditimpali kabar buruk berupa pengetatan kembali kegiatan sosial-ekonomi.

Pemerintah akhirnya memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) naik menjadi level III menyusul lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada tambahan 36.057 kasus baru Covid-19, yang merupakan tertinggi sejak 6 Agustus. Dus, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengumumkan PPKM wilayah aglomerasi Jabodetabek, bersama Bandung Raya, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali naik ke level III.

Artinya, PPKM yang lebih ketat diberlakukan dengan semakin membatasi aktivitas yang memicu kerumunan. Pada akhirnya, roda perekonomian akan kembali melambat, yang memberikan tekanan bagi pasar keuangan dan pasar modal.

Padahal, Kementerian Kesehatan melaporkan tingkat keterisian rumah sakit secara nasional masih rendah yakni 23% yang membuktikan bahwa virus corona varian Omicron yang cepat menyebar tidak memicu gejala parah nan mematikan seperti varian Delta.

Pengumuman tersebut kemarin hanya sedikit mengganggu pesta di bursa saham, sebagaimana terlihat dari rekor tertinggi penutupan yang lebih rendah dari rekor tertinggi yang dicetak di sesi pertama.

Namun, ada kemungkinan bahwa pasar baru akan mengekspresikan kekecewaan mereka pada hari ini, atas pengetatan yang bahkan dilakukan ketika tingkat keterisian rumah sakit masih rendah dan tingkat kematian yang tidak separah seperti gelombang kedua (varian Delta).

Pemerintah seolah ingin mengerem kembali laju pertumbuhan ekonomi yang sudah mulai tampak pada tahun lalu, dengan pengetatan aktivitas ekonomi dan sosial di awal tahun ini. Kebijakan tersebut dipastikan mengaburkan prospek kinerja emiten tahun ini.

Di tengah situasi demikian, pasar akan memantau ada-tidaknya kabar positif seputar fundamental ekonomi dan moneter dalam negeri, yakni dari cadangan devisa (cadev) Indonesia per Januari yang akan dirilis pada pagi ini.

Sejauh ini, konsensus analis yang dihimpun Tradingeconomics berujung pada angka estimasi sebesar US$ 145,2 miliar atau sedikit bertambah dari posisi sebulan sebelumnya senilai US$ 144,9 miliar.

Jika cadangan devisa terbukti menguat lebih tinggi dari ekspektasi, pasar berpeluang bereaksi positif dan mengurangi PPKM effect di pasar pada hari ini. Penguatan cadangan devisa akan mempertebal keyakinan pasar akan kekuatan kapital bank sentral untuk menstabilkan rupiah

Secara bersamaan, cadev yang terjaga dan terus bertumbuh menjadi indikator bahwa tekanan arus dana keluar (capital outflow) yang biasanya terjadi jelang penaikan suku bunga acuan negara maju belum terlihat pada Januari ini.

Pad 2013, kebijakan moneter ketat hawkish di Amerika Serikat sempat memicu taper tantrum berupa keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang, untuk kembali ke negara maju dan memburu obligasi pemerintah mereka yang menawarkan kupon lebih tinggi.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular