
Ini Bukti Harga Sembako Makin Mahal! Tolong, Pak Jokowi...

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia semakin terakselerasi. Kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok menjadi penyebab percepatan laju inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi nasional periode Januari 2022 pada 2 Februari 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median 0,54% untuk inflasi bulanan (month-to-month/mtm).
Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 2,15%. Jika terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020.
Kemudian inflasi inti secara tahunan diproyeksikan di 1,73%. Kalau ini kejadian, maka adalah yang tertinggi sejak September 2020.
Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi Januari sebesar 0,53% mtm. Ini membuat inflasi tahunan menjadi 2,15% yoy.
"Penyumbang utama inflasi Januari 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) sebesar 0,12% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,09% (mtm), tomat dan beras masing-masing sebesar 0,05% (mtm), telur ayam ras, sabun detergen bubuk/cair dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,03% (mtm), bawang merah sebesar 0,02% (mtm), cabai rawit, minyak goreng, jeruk, mie kering instan, bawang putih, kangkung, gula pasir dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi yaitu cabai merah sebesar -0,05% (mtm) dan tarif angkutan udara sebesar -0,02% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI.
BBRT yang dimaksud BI adalah gas Elpiji untuk kebutuhan memasak. Akhir tahun lalu, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Elpiji ukuran tabung 12 kg di kisaran Rp 1.600-2.600 per kg, tergantung wilayah.
Sementara rata-rata harga daging ayam ras segar di pasar tradisional per 28 Januari 2021 adalah Rp 37.500/kg. Naik 1,35% dari posisi sebulan sebelumnya.
