Menanti Petunjuk dari MH Thamrin, IHSG Lepas dari Zona Merah?
Jakarta CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melorot bersamaan dengan takluknya rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu kemarin (19/1/2022). Sementara, harga mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) pun ditutup melemah.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG ditutup di zona merah dengan minus 0,33% di level 6.591,98 pada perdagangan Rabu.
IHSG konsisten berada di zona merah di sepanjang perdagangan kemarin. Nilai transaksi mencapai Rp 12,1 triliun. Meski IHSG melemah, asing masih beli bersih atawa net buy di pasar reguler sebesar Rp 143 miliar.
Saham yang paling banyak diborong asing adalah saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan net buy Rp 158 miliar dan Rp 22 miliar.
Kemudian, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu.
Rupiah mengawali hari dengan depresiasi 5 poin atau 0,03% di posisi US$ 14.335/US$. Kala penutupan perdagangan, depresiasi rupiah semakin dalam yaitu 25 poin (0,17%) menjadi Rp 14.360/US$.
Setali tiga uang harga mayoritas obligasi pemerintah atau SBN pun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, di tengah melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) karena pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya pada Maret mendatang.
Mayoritas investor melepas obligasi pemerintah pada Rabu, ditandai dengan turunnya imbal hasil atau yield di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN bertenor 20 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 20 tahun turun sebesar 1 basis poin (bp) ke level 7,027% pada perdagangan kemarin.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik naik 1,8 bp ke level 6,414%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sebagai informasi, investor merespons negatif dari kembali melonjaknya yield surat utang pemerintah AS (Treasury) pada Selasa kemarin waktu setempat, di mana yield Treasury bertenor 10 tahun sudah mencapai kisaran level 1,8%.
Selain itu, yield Treasury bertenor 10 tahun kembali melanjutkan penguatannya. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury bertenor 10 tahun naik 1,6 bp ke level 1,884%, dari sebelumnya pada Selasa kemarin di level 1,868%.
Bahkan, yield Treasury berjatuh tempo 2 tahun saja naik ke atas level 1% untuk pertama kalinya sejak Februari 2020, atau sebulan sebelum pengumuman pandemi yang mengirim ekonomi AS ke dalam resesi.
Treasury tenor 2 tahun memang cenderung sensitif terhadap kenaikan suku bunga acuan. Treasury ini dipandang sebagai patokan di mana bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menetapkan suku bunga pinjaman jangka pendek.
(adf/adf)