Newsletter

Kondisi Horor Corona Tinggal Sejarah? Saatnya Pasar Bergairah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 December 2021 06:32
Petugas yang mengenakan pakaian pelindung membawa jenazah seorang korban yang meninggal setelah terinfeksi dengan virus corona di Iran (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Foto: Petugas yang mengenakan pakaian pelindung membawa jenazah seorang korban yang meninggal setelah terinfeksi dengan virus corona di Iran (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik dari Afrika Selatan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat di awal perdagangan Rabu kemarin. Sayangnya momentum penguatan gagal dipertahankan, IHSG justru berayun antara penguatan dan pelemahan.

Nasib lebih buruk diterima rupiah yang sudah tertahan di zona merah sejak awal perdagangan. Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi, tetapi mayoritas mengalami pelemahan.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (30/12), pasar keuangan Indonesia berpeluang kompak menguat sebab kabar baik mengenai virus Omicron terus berdatangan. Profesor asal Inggris menyatakan jika situasi horor Covid-19 sudah menjadi sejarah dan tidak akan terjadi lagi. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) seperti biasa memberikan peringatan, tetapi juga menunjukkan optimisme situasi akut akan berakhir di tahun ini.

Kabar baik tersebut yang bisa membuat pasar finansial menghijau dibahas pada halaman 3. 

Kemarin, IHSG mengakhiri perdagangan dengan menguat tipis 0,03% ke 6.600,677, setelah sempat menguat 0,35% kemudian melemah 0,2%.

jkse

Hasil studi terbaru menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.

Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.

"Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut," kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).

Hasil riset tersebut juga dikatakan konsisten dengan temuan sebelumnya yakni Omicron menggantikan varian Delta karena individu yang terinfeksi memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta.

Penelitian tersebut memberikan harapan Omicron akan menjadi akhir dari pandemi Covid-19, apalagi jika ada riset yang lebih luas juga menunjukkan hal yang sama.

Jika benar Omicron bisa menjadi akhir dari pandemi, maka The Fed kemungkinan tidak akan ragu lagi menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022.

Kemungkinan kenaikan suku bunga tersebut membuat rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS ke Rp 14.250/US$.

Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret tahun depan.

Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022, dan semakin menguat setelah Departemen Perdagangan AS pekan lalu melaporkan inflasi PCE di bulan November melesat 5,7% year-on-year (yoy). Inflasi di bulan November tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Juli 1982.

Sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7%, tertinggi sejak September 1983.

Inflasi PCE merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Semakin tinggi inflasi maka The Fed bisa lebih cepat menaikkan suku bunga.

Yield obligasi AS (Treasury) juga menanjak akibat spekulasi kenaikan suku bunga tersebut. Alhasil, mayoritas SBN mengalami pelemahan yang terlihat dari kenaikan imbal hasilnya (yield).

sbn

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Variatif, S&P 500 Cetak Rekor Lagi

Kabar baik mengenai Omicron membuat indeks S&P 500 kembali menguat dan mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa ke 70 sepanjang tahun ini. Meski demikian, bursa saham AS (Wall Street) masih belum kompak menguat.

Indeks S&P 500 tercatat menguat 0,14% ke 4.793,06, kemudian indeks Dow Jones naik 0,25% dan membukukan penguatan 5 hari beruntun. Nasdaq kemarin melemah tipis 0,1% ke 15.766,22.

jkse


S&P 500 yang mencetak rekor sebanyak 70 kali di tahun ini menjadi yang terbanyak kedua sepanjang sejarah setelah tahun 1995. Saat itu indeks ini sukses mencatat rekor tertinggi sebanyak 77 kali.

Omicron yang dilaporkan mampu meningkatkan kekebalan untuk melawan varian Delta membuat sentimen pelaku pasar membaik. AS sejauh ini melaporkan ada lebih dari 4,1 juta kasus Covid-19 bulan ini, menurut data John Hopkins University. Angka itu jauh di atas posisi November 2,54 juta. Rerata kasus baru sepekan terakhir mencapai 231.888 kasus, atau tiga kali lipat di atas rerata 27 November.

Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan rekomendasi baru bahwa penderita Covid-19 hanya perlu isolasi 5 hari, atau lebih singkat dari ketentuan sebelumnya yakni 10 hari. Syaratnya, mereka merupakan pasien tak bergejala.

Wall Street kini masih dalam periode Santa Claus Rally yang berpeluang membawanya terus menanjak.

Santa Rally merupakan momen spesifik, di aman ada kecenderungan Wall Street akan mengalami kenaikan di 5 hari terakhir perdagangan setiap tahunnya, dan berlanjut di 2 hari pertama tahun yang baru.

Artinya, Santa Rally di Amerika Serikat akan dimulai Senin (27/12) kemarin, dan berakhir pada 4 Januari 2022.

Dalam 45 tahun terakhir, Santa Rally menghasilkan return positif sebanyak 34 kali, dengan rata-rata sebesar sebesar 1,4%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini

Sementara itu kabar baik mengenai virus Omicron terus berdatangan di pekan ini. Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.

Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.

"Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akibat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat," kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12).

"Adegan horor yang kita lihat setahun lalu, ruang ICU penuh, banyak orang meninggal sebelum waktunya, dalam pandangan saya itu sekarang sudah menjadi sejarah dan kita harus meyakini hal ini akan terus berlanjut," tambah Bell.

Ketika ditanya mengenai varian Omicron, Bell menegaskan hal yang sama dengan hasil studi yang sudah ada.

"Penyakit yang disebabkan Omicron tampaknya tidak teralu parah, banyak pasien di rumah sakit sembuh dengan cepat, mereka tidak membutuhkan oksigen dengan aliran tinggi, rata-rata rawat inap tampaknya hanya 3 hari, ini bukan penyakit yang seperti kita lihat tahun lalu," katanya.

Kemudian dari Amerika Serikat, ahli penyakit menular Gedung Putih Anthony Fauci memperkirakan penyebaran Omicron di Negeri Paman Sam akan mencapai puncaknya pada akhir Januari.

"Di Afrika Selatan, puncak kasus terjadi cukup cepat. Grafik jumlah kasus Omicron naik nyaris vertikal, kemudian berbalik turun sangat cepat," kata Fauci sebagaimana diwartakan CNBC International.

"Saya membayangkan, melihat ukuran negara kita dan melihat perbedaan antara yang sudah divaksinasi dan belum, hal itu (puncak kasus) kemungkinan akan terjadi beberapa pekan lagi, saya pikir akan terjadi di akhir Januari," tambahnya.

Sebelumnya dalam konferensi pers Gedung Putih, Fauci juga mengatakan jika data yang ada saat ini menunjukkan Omicron tidak menimbulkan penyakit berat seperti varian Delta. Tetapi, Fauci juga memperingatkan untuk tidak berpuas diri, sebab Omicron menyebar dengan sangat cepat.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) lagi-lagi memberikan peringatan yang bisa merusak mood pasar finansial global.

WHO memperingatkan ada kemungkinan muncul varian baru yang bisa kebal terhadap vaksin serta imun yang ditimbulkan dari infeksi varian sebelumnya.

"Ada kemungkinan varian-varian baru corona akan muncul yang bisa menghindari tindakan pencegahan yang kita sudah lakukan dan menjadi resisten penuh terhadap vaksin dan infeksi sebelumnya," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Tedros juga mengkritik pemerintah negara yang menerapkan kebijakan "populis" dan "nasionalisme jangka pendek" terkait dominasi vaksin, yang dikatakan menciptakan situasi yang ideal bagi munculnya varian baru. Ia juga berulang kali meminta semua negara untuk bekerjasama untuk meningkatkan suplai dan akses vaksin dan peralatan medis krusial.

Meski demikian, Tedros juga optimistis fase akut dari pandemi bisa berakhir di tahun ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Berikut Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Initial public offering PT Semacom Integrated Tbk (SEMA)
  • RUPS PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO)
  • RUPS Maming Enam Sembilan Mineral Tbk (AKSI)
  • Data penjualan ritel dan produksi Industri, manufaktur serta konstruksi Korea Selatan (pukul 7:00 WIB)
  • Data harga rumah Inggris (pukul 15:00 WIB)
  • Data inflasi Spanyol (pukul 16:00 WIB)
  • Data klaim tunjangan penganguran AS (20:30 WIB)
  • Data PMI wilayah Chicago (22:45 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q3-2021 YoY)

3,51%

Inflasi (November 2021, YoY)

1,75%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2021)

3,50%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)

5,82% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q3-2021)

1,5% PDB

Cadangan Devisa (November 2021)

US$ 145,9 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular