Kondisi Horor Corona Tinggal Sejarah? Saatnya Pasar Bergairah
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik dari Afrika Selatan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat di awal perdagangan Rabu kemarin. Sayangnya momentum penguatan gagal dipertahankan, IHSG justru berayun antara penguatan dan pelemahan.
Nasib lebih buruk diterima rupiah yang sudah tertahan di zona merah sejak awal perdagangan. Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi, tetapi mayoritas mengalami pelemahan.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (30/12), pasar keuangan Indonesia berpeluang kompak menguat sebab kabar baik mengenai virus Omicron terus berdatangan. Profesor asal Inggris menyatakan jika situasi horor Covid-19 sudah menjadi sejarah dan tidak akan terjadi lagi. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) seperti biasa memberikan peringatan, tetapi juga menunjukkan optimisme situasi akut akan berakhir di tahun ini.
Kabar baik tersebut yang bisa membuat pasar finansial menghijau dibahas pada halaman 3.
Kemarin, IHSG mengakhiri perdagangan dengan menguat tipis 0,03% ke 6.600,677, setelah sempat menguat 0,35% kemudian melemah 0,2%.
Hasil studi terbaru menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.
Reuters melaporkan, riset tersebut baru dilakukan terhadap sekelompok kecil, hanya 33 orang yang sudah divaksin dan belum. Hasilnya, netralisasi virus Omicron meningkat 14 kali lipat selama 14 hari setelah terinfeksi, dan netralisasi varian naik 4,4 kali lipat.
"Peningkatan netralisasi varian Delta pada individu yang terinfeksi Omicron dapat menurunkan kemampuan Delta untuk menginfeksi kembali individu tersebut," kata para ilmuwan, sebagaimana diwartakan Reuters, Selasa (27/12).
Hasil riset tersebut juga dikatakan konsisten dengan temuan sebelumnya yakni Omicron menggantikan varian Delta karena individu yang terinfeksi memperoleh kekebalan yang menetralisir Delta.
Penelitian tersebut memberikan harapan Omicron akan menjadi akhir dari pandemi Covid-19, apalagi jika ada riset yang lebih luas juga menunjukkan hal yang sama.
Jika benar Omicron bisa menjadi akhir dari pandemi, maka The Fed kemungkinan tidak akan ragu lagi menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022.
Kemungkinan kenaikan suku bunga tersebut membuat rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS ke Rp 14.250/US$.
Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret tahun depan.
Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022, dan semakin menguat setelah Departemen Perdagangan AS pekan lalu melaporkan inflasi PCE di bulan November melesat 5,7% year-on-year (yoy). Inflasi di bulan November tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Juli 1982.
Sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7%, tertinggi sejak September 1983.
Inflasi PCE merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Semakin tinggi inflasi maka The Fed bisa lebih cepat menaikkan suku bunga.
Yield obligasi AS (Treasury) juga menanjak akibat spekulasi kenaikan suku bunga tersebut. Alhasil, mayoritas SBN mengalami pelemahan yang terlihat dari kenaikan imbal hasilnya (yield).
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Variatif, S&P 500 Cetak Rekor Lagi
(pap/pap)