Newsletter

Pasar Modal Diserbu Kabar Baik, IHSG Hari Ini Perkasa?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
08 December 2021 06:11
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Selasa (7/12/2021), di tengah kabar baik seputar penanganan pandemi virus corona (Covid-19) yang menyebabkan pelaku pasar kembali optimis.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 0,85% ke level 6.602,569. IHSG pun berhasil menembus kembali level psikologisnya di 6.600 kemarin.

Pada perdagangan intraday, indeks dibuka di level 6.575,976 dan bergerak di rentang 6.573,11 sebagai level terendah dan 6.608,63 sebagai level tertingginya.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi kemarin kembali meningkat menjadi Rp 14 triliun, meskipun otoritas bursa memperbaharui beberapa mekanisme perdagangan awal pekan ini. Sebanyak 271 saham terapresiasi, 251 saham terdepresiasi, dan 148 lainnya stagnan.

Optimisme pelaku pasar dalam menyikapi eksistensi varian omicron mendorong investor Asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 104 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat masih menjual bersih (net sell) sebanyak Rp 162 miliar.

Asing tercatat memburu empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) lebih dari Rp 100 triliun, di mana tiga di antaranya merupakan saham perbankan besar.

Sementara dari penjualan bersih, asing melepas saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pada hari ini. Dilepasnya saham BUKA, membuat emiten Grup Emtek ini ditutup memerah 12 hari beruntun, dan telah kehilangan lebih dari setengah kapitalisasi pasarnya sejak IPO.

Penguatan IHSG juga bersamaan dengan hijaunya indeks saham Kawasan Asia. Indeks Hang Seng memimpin penguatan dengan apresiasi 2,72%.

Hal ini karena investor di Benua Kuning cenderung optimis dan tidak terlalu khawatir kembali dari varian Covid-19 varian Omicron setelah beberapa pengamat mengatakan bahwa varian Omicron tidak sebahaya yang diperkirakan oleh pasar sebelumnya.

Bergairahnya bursa saham Asia juga tak terlepas dari kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang apik dini hari tadi. Mengawali pekan ini, saham-saham di Negeri Paman Sam ditutup menguat.

Dari dalam negeri sentimen datang dari rilis data cadangan devisa (cadev). Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadev Indonesia pada bulan November 2021 mencapai US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan lalu. Kenaikan cadev ini dipengaruhi oleh penerimaan pajak, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

Sementara itu, rupiah akhirnya mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (7/12). Setelah sebelumnya, Mata Uang Garuda tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan, dengan perincian 10 kali melemah dan 2 kali stagnan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,24% ke Rp 14.400/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,04% saja di Rp 14.430/US$. Tetapi satu jam sebelum perdagangan berakhir rupiah kembali berakselerasi, menguat hingga ditutup naik 0,42% ke Rp 14.375/US$.

Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,47%.

Pasar saham negeri Paman Sam melonjak untuk hari kedua, melanjutkan rebound di tengah meningkatnya optimisme investor yang semakin tidak takut terhadap potensi dampak ekonomi dari varian virus corona omicron.

Dow Jones Industrial Average naik 492,40 poin, atau 1,40%, menjadi 35.719,43. S&P 500 naik 2,07% menjadi 4.686,75 dan hanya kurang sekitar 1% lagi dari level tertinggi sepanjang masa. Setelah kemarin berada di posisi terakhir, Nasdaq hari ini memimpin reli pasar, melonjak 3,03% menjadi 15.686,92.

Perdagangan Selasa ini merupakan perdagangan harian terbaik sejak 1 Maret untuk S&P 500, dan hari terbaik sejak 9 Maret untuk Nasdaq.

Saham Wall Street hari ini dipimpin oleh sektor yang lebih berisiko dan lebih berorientasi pada pertumbuhan, seperti saham teknologi, dengan seluruh sektor di S&P 500 tercatat naik.

Saham teknologi berada dalam mode reli pemulihan karena investor menepis ketakutan akan dampak Covid dan membeli di harga murah akibat penurunan baru-baru ini, mendorong kinerja Nasdaq yang lebih tinggi. Perusahaan layanan perangkat lunak, Okta naik 5,7%, sementara perusahaan teknologi siber, CrowdStrike terapresiasi 4,9%. Sementara perusahaan perangkat lunak untuk keperluan grafis, Adobe, naik 4,4%.

Perusahaan pembuat chip juga merupakan pemenang besar, dengan harga saham Intel melonjak 3,1% menyusul berita bahwa mereka berencana untuk membawa unit mobil tanpa kemudinya, Mobileye, ke publik pada pertengahan 2022. Marvell naik lebih dari 7%, dan Nvidia naik 7,9%. Sedangkan Mikron tumbuh 4,1%.

Saham Apple tercatat naik 3,5% dengan saham teknologi mega-cap lainnya juga bergerak positif. Microsoft dan Amazon naik lebih dari 2%, sedangkan platform Meta tumbuh 1,5%.

Jumat lalu, investor merotasi saham teknologi karena ketakutan terkait Covid, dan ke nama-nama yang terkait dengan pemulihan ekonomi. Banyak ahli strategi pasar dan analis menyebut ini sebagai reaksi berlebihan tetapi Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA mendukung optimisme tersebut dengan penuh kehati-hatian.

"Mengingat kekhawatiran di antara para pemimpin global dan berbagai organisasi selama beberapa minggu terakhir, saya kesulitan untuk melihat semua pembaruan sebagai hal positif yang membuat lebih banyak aksi harga dua arah menjadi kemungkinan yang kuat," ujar Erlam, dikutip dari CNBC Internasional. "Reli Santa mungkin sedang berlangsung tetapi itu akan menjadi perjalanan yang bergelombang."

Investor bertaruh bahwa jenis Covid-19 baru dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada yang ditakuti, setelah Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan pada hari Minggu bahwa data awal pada varian tersebut "encouraging" tetapi informasi lebih lanjut diperlukan untuk memahaminya sepenuhnya. .

Pembuat obat Inggris GlaxoSmithKline juga memberi investor dorongan kepercayaan setelah mengatakan bahwa pengobatan antibodi monoklonalnya efektif terhadap semua jenis varian omicron, berdasarkan data baru. Sahamnya naik 1,3%.

Saham energi bergerak lebih tinggi karena harga minyak naik dan prospek permintaan minyak global pulih. Diamondback dan Devon Energy masing-masing naik lebih dari 6%, dan Occidental Petroleum meningkat 4,2%.

Saham-saham terkait perjalanan, yang memimpin reli pasar Senin, melanjutkan kenaikannya meskipun beberapa berubah merah menjelang penutupan. Namun, Wynn Resorts naik 1,8%, Norwegian Cruise Line Holdings meningkat sedikit lebih tinggi. ETF Invesco Dynamic Leisure and Entertainment naik 1,6%.

Selain itu, saham Tesla naik 4,2% meskipun ada berita bahwa perusahaan harus mengganti kamera di tiga modelnya. UBS mengatakan produsen mobil listrik akan menjadi kekuatan dominan di industri dan menaikkan target harganya.

Secara umum, sentimen soal perkembangan pemberitaan soal Covid-19 Omicron masih akan mewarnai pergerakan pasar hari ini, begitu juga dengan keberlangsungan tapering yang dilakukan oleh bank sentral AS.

Pasar keuangan global kembali dirundung sentimen Covid-19 ketika muncul varian baru bernama Omicron dari Afrika Selatan yang disebut memiliki tingkat penularan lebih tinggi dari varian Delta.

Jika sebelumnya Omicron mampu membuat investor panik dan mengguncang pasar modal karena tingkat penularan yang tinggi, kini beberapa studi awal baru dan pernyataan dari petinggi medis mampu memberikan rasa aman.

Harapan bahwa jenis Covid-19 yang baru tidak akan berdampak parah pada perjalanan mobilitas - sehingga lockdown tidak dilakukan - serta kepercayaan konsumen telah mendorong kinerja positif pasar saham minggu ini. Sementara itu para ilmuwan dan pembuat vaksin masih terus bekerja menilai tingkat keparahan Omicron dan seberapa baik vaksin yang ada dapat bekerja melawannya.

Selasa (7/12) kemarin, Kepala Eksekutif Pfizer Inc. Albert Bourla mengatakan kepada peserta konferensi The Wall Street Journal's CEO Council Summit bahwa Omicron tampaknya lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah. Meskipun dia kembali menekankan bahwa lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui dengan pasti.

Selanjutnya sentimen positif yang bisa menjadi bahan bakar perdagangan hari ini adalah kondisi prima indeks utama Amerika di bursa Wall Street. Tercatat sepanjang pekan ini, investor terlihat sangat bergairah dengan ketiga indeks utama AS dalam dua hari beruntun ditutup menguat.

Dari dalam negeri sentimen positif datang dari pemerintah yang batal menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 selama periode libur natal dan tahun baru (nataru) di semua daerah.

Luhut Binsar Pandjaitan selaku Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menyatakan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia menunjukkan perbaikan yang signifikan dan terkendali pada tingkat yang rendah. Indonesia sejauh ini berhasil menekan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian dengan stabil di bawah angka 400 kasus. Kasus aktif dan jumlah yang dirawat di RS menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari ke belakang.

Selanjutnya sentimen positif yang bisa diharapkan oleh investor, sepanjang bulan Desember ini adalah aktivitas window dressing yang mungkin akan dilakukan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolio yang dimiliki.

Jika melihat faktor musiman Desember - yang salah satunya didorong oleh aktivitas window dressing - maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir, pada bulan Desember kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.

Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.

Meskipun investor mulai relatif tenang akan isu omicron, bukan berarti varian tersebut benar-banar sudah tidak mengancam sama sekali. Secara global untuk ekonomi yang lebih luas varian ini dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi dunia, seperti yang diungkapkan oleh Dana Moneter International (IMF).

IMF juga mengingatkan mengenai tekanan inflasi yang menghantui ekonomi global tahun depan serta potensi stagflasi yang mungkin dapat terjadi, akibat dari berbagai kebijakan moneter serta krisis yang tengah terjadi termasuk terkait rantai pasok dan varian omicron.

Selain dari perkembangan Covid-19 Omicron, ada beberapa hal lain yang juga patut dipantau seperti adanya kemungkinan bagi The Fed akan mempercepat laju tapering dan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan yang lebih awal serta agresif.

Sebelumnya The Fed resmi mengumumkan tapering pada November dengan laju US$ 15 miliar per bulan. Jika secara mendadak The Fed akan berubah jauh lebih agresif untuk mengetatkan kebijakan moneter, bsia jadi pasar bereaksi negatif.

Risiko lain juga datang dari AS adalah kelanjutan debt ceiling atau plafon utang AS. Setelah diperpanjang hingga awal Desember sekarang adalah momen penentuan.

Departemen Keuangan telah memperingatkan Kongres bahwa jika plafon utang tidak dinaikkan maka dapat menguras kemampuan pemerintah AS untuk memenuhi kewajibannya.

Kenaikan plafon utang tidak mengizinkan pengeluaran baru, melainkan mengizinkan pemerintah menerbitkan utang baru untuk membayar kewajiban saat ini, seperti tunjangan Jaminan Sosial dan pembayaran bunga.

Tidak menaikkan batas utang tepat waktu dapat memaksa Departemen Keuangan untuk menangguhkan pembayaran tertentu, dan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh ekonomi dunia.

Jika plafon utang AS tak segera dinaikkan maka AS berpeluang mengalami gagal bayar pada surat utang jangka pendeknya pada 21 Desember.

Adanya default ini bisa memicu terjadinya penurunan rating kredit AS yang membuat yield obligasi negara AS naik. Sebagai aset keuangan yang dianggap risk free, tentu saja ini bisa menjalar ke pasar keuangan global.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

Data Perubahan Kredit Konsumen AS Oktober (03.00 WIB)

Data Perubahan Stok Minyak Mentah AS Desember, American Petroleum Institute (04.30 WIB)

Reuters Tankan Index Jepang Desember (06.00 WIB)

Laju Pertumbuhan PDB Jepang Kuartal III (06.50 WIB)

Data Neraca Transaksi Berjalan Jepang Oktober (06.50 WIB)

Data Total Penjualan Kendaraan AS November (07.00 WIB)

Non-Farm Payroll Prancis Kuartal III 2021 (13.30 WIB)

Pidato Pimpinan Bank Sentral Eropa (15.15 WIB)

Pengumuman Suku Bunga oleh Bank Sentral Kanada (22.00 WIB)

Hari ini setidaknya terdapat enam agenda korporasi yang akan dilaksanakan mulai dari pencatatan perdana (IPO) di bursa saham hingga rapat umum tahunan. Berikut adalah daftar perusahaan yang akan melaksanakan agenda korporasi hari ini.

IPO dan penerbitan waran PT OBM Drilchem Tbk (OBMD)

IPO PT Avia Avian Tbk (AVIA)

Cum date rights issue PT Equity Development Investment Tbk (GSMF)

Cum date rights issue PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO)

Cum date rights issue PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO)

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Pyridam Farma Tbk (PYFA)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular