Pasar Modal Diserbu Kabar Baik, IHSG Hari Ini Perkasa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Selasa (7/12/2021), di tengah kabar baik seputar penanganan pandemi virus corona (Covid-19) yang menyebabkan pelaku pasar kembali optimis.
Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 0,85% ke level 6.602,569. IHSG pun berhasil menembus kembali level psikologisnya di 6.600 kemarin.
Pada perdagangan intraday, indeks dibuka di level 6.575,976 dan bergerak di rentang 6.573,11 sebagai level terendah dan 6.608,63 sebagai level tertingginya.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi kemarin kembali meningkat menjadi Rp 14 triliun, meskipun otoritas bursa memperbaharui beberapa mekanisme perdagangan awal pekan ini. Sebanyak 271 saham terapresiasi, 251 saham terdepresiasi, dan 148 lainnya stagnan.
Optimisme pelaku pasar dalam menyikapi eksistensi varian omicron mendorong investor Asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 104 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat masih menjual bersih (net sell) sebanyak Rp 162 miliar.
Asing tercatat memburu empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) lebih dari Rp 100 triliun, di mana tiga di antaranya merupakan saham perbankan besar.
Sementara dari penjualan bersih, asing melepas saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pada hari ini. Dilepasnya saham BUKA, membuat emiten Grup Emtek ini ditutup memerah 12 hari beruntun, dan telah kehilangan lebih dari setengah kapitalisasi pasarnya sejak IPO.
Penguatan IHSG juga bersamaan dengan hijaunya indeks saham Kawasan Asia. Indeks Hang Seng memimpin penguatan dengan apresiasi 2,72%.
Hal ini karena investor di Benua Kuning cenderung optimis dan tidak terlalu khawatir kembali dari varian Covid-19 varian Omicron setelah beberapa pengamat mengatakan bahwa varian Omicron tidak sebahaya yang diperkirakan oleh pasar sebelumnya.
Bergairahnya bursa saham Asia juga tak terlepas dari kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang apik dini hari tadi. Mengawali pekan ini, saham-saham di Negeri Paman Sam ditutup menguat.
Dari dalam negeri sentimen datang dari rilis data cadangan devisa (cadev). Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadev Indonesia pada bulan November 2021 mencapai US$ 145,9 miliar, naik US$ 400 juta dari bulan lalu. Kenaikan cadev ini dipengaruhi oleh penerimaan pajak, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Sementara itu, rupiah akhirnya mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (7/12). Setelah sebelumnya, Mata Uang Garuda tidak pernah menguat dalam 12 hari perdagangan, dengan perincian 10 kali melemah dan 2 kali stagnan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,24% ke Rp 14.400/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,04% saja di Rp 14.430/US$. Tetapi satu jam sebelum perdagangan berakhir rupiah kembali berakselerasi, menguat hingga ditutup naik 0,42% ke Rp 14.375/US$.
Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,47%.
(fsd/fsd)