Newsletter

Wall Street Ambruk 1% Lebih, Warning Buat IHSG!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 September 2021 06:10
Dow Jones
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup berjatuhan pada perdagangan Senin (20/9/2021) awal pekan ini, setelah investor kian menyingkir dari pasar saham di tengah meningkatnya risiko pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,78% ke level 33.970,47, sedangkan S&P 500 ambruk 1,7% ke level 4.357,66 dan Nasdaq Composite anjlok 2,19% ke posisi 14.713,9.

Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default). Indeks Hang Seng pun sempat terpelanting hingga 4% pada perdagangan kemarin. Indeks kecemasan pasar, Cboe Volatility index, melompat di atas level 26, menjadi yang tertinggi sejak Mei.

Pasar juga mengkhawatirkan kegagalan persetujuan untuk memperlonggar batas penarikan utang pemerintah AS, untuk mencegah terhentinya layanan publik karena tak ada pemasukan untuk menggaji para pegawai negeri mereka.

Sementara itu dari perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di AS, sentimen kembali memburuk di mana kasus Kasus Covid-19 akibat penyebaran varian delta kembali menyentuh level pada Januari awal tahun ini saat cuaca dingin mendekat di Amerika Utara.

Saham Bank of America dan JPMorgan Chase ambles masing-masing 3,4% dan 3% pada penutupan perdagangan Senin kemarin. Harga obligasi juga menguat sehingga imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar turun 6 basis poin menjadi 1,31%.

Di lain sisi, saham energi juga ditutup jatuh karena harga minyak mentah WTI merosot hampir 2% di tengah kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

Sektor energi merosot 3%, menjadi grup dengan kinerja terburuk di antara 11 grup S&P 500. Saham APA turun lebih dari 6%, sementara Occidental Petroleum dan Devon Energy keduanya turun lebih dari 5%.

"Kami menilai transisi siklus pertengahan akan berakhir dengan berlanjutnya koreksi yang akhirnya memukul indeks S&P 500," tutur Mike Wilson, Kepala Perencana Ekuitas Morgan Stanley, seperti dikutip CNBC International.

Secara historis, pasar saham pada bulan September memang dianggap sebagai bulan yang cenderung dihindari oleh pelaku pasar. Untuk perdagangan Saham pada September tahun ini, Dow Jones ambles 3,9%, S&P 500 ambruk 3,7%, dan Nasdaq Composite ambrol 3,6%.

Pasar global memantau rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada periode September yang akan dimulai pada Selasa hari ini waktu setempat. Konferensi pers akan digelar pada Rabu waktu setempat, untuk mengumumkan kebijakan moneter dan diduga akan mulai menyinggung jadwal tapering.

Ketua The Fed, Jerome Powell sebelumnya telah mengatakan bahwa kebijakan pengurangan pembelian obligasi di pasar (tapering) bisa dijalankan tahun ini tetapi investor menunggu komentar Powell terkait dengan rilis data inflasi dan pengangguran terbaru.

Indeks S&P 500 setiap September turun rata-rata 0,4%, menjadi bulan terburuk, menurut Almanac terbitan Stock Trader's. Pemicu volatilitasnya adalah masuknya periode kedaluwarsa kontrak berjangka saham opsi, dan lainnya.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular