Newsletter

Hawa di China Lagi Nggak Enak, Ada Aja Masalah...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 September 2021 06:00
Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Yuan China (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak tidak kompak pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, tetapi nilai tukar rupiah masih bisa menguat meski amat tipis.

Kemarin, IHSG ditutup di 6.110,23. Berkurang 0,31% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Volume perdagangan tercatat melibatkan 21,32 miliar unit saham yang ditransaksikan 1,35 juta kali dengan nilai Rp 11,35 triliun. Meski IHSG terkoreksi dan pasar so-so saja, tetapi investor asing tetap melakukan akumulasi dengan beli bersih Rp 222,21 miliar di seluruh pasar.

Sementara itu, situasi di pasar obligasi pemerintah juga mixed. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah ditutup beragam.

yieldSumber: Refinitiv

Kegalauan di pasar keuangan Tanah Air membuat rupiah ikut gamang. Mata uang Ibu Pertiwi terombang-ambing di zona merah dan hijau sebelum akhirnya ditutup menguat tipis 0,04% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Posisi terkuat rupiah pada perdagangan kemarin ada di US$ 14.230/US$. Sedangkan posisi terlemahnya adalah US$ 14.265/US$.

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Hijau!

Berpindah ke bursa saham AS di Wall Street (New York), tiga indeks utama finis di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,71%, S&P 500 bertambah 0,86%, dan Nasdaq Composite naik 0,84%.

Sepertinya investor memanfaatkan harga aset di Wall Street yang sudah murah untuk kemudian melakukan aksi beli. S&P 500, misalnya, sudah melemah lebih dari 1% sepanjang bulan ini.

Namun, aksi beli ini tidak sampai menjelma menjadi aksi borong. Pasalnya, ada sejumlah sentimen yang membuat investor masih menahan diri.

Pertama adalah ketidakpastian masa depan pemulihan ekonomi AS. Ini tercermin dari laju inflasi yang melambat.

Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.

Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi inti adalah 4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

Di sini kita bicara inflasi inti. Inflasi inti kerap menjadi indikator kekuatan daya beli.

"Jadi perlambatan aktivitas ekonomi memang terjadi, tidak hanya di AS tetapi di seluruh dunia. Kita masih berhadapan dengan virus corona varian delta yang menyebabkan masalah di banyak tempat," kata Randy Frederick, Managing Director di Schwab Center for Financial Research, seperti dikutip dari Reuters.

Sentimen kedua adalah wacana kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Kubu Partai Demokrat di House of Representatives mengusulkan kenaikan tarif PPh di mana PPh Badan akan naik dari 21% menjadi 26,5%.

Kenaikan tarif PPh, jika terwujud, tentu akan mengurangi laba emiten. Ini tentu menjadi kabar buruk bagi pasar saham.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Hijaunya Wall Street bisa menjadi pelecut semangat investor di Asia untuk meraih hal yang sama.

Sentimen kedua, investor perlu mewaspadai perlambatan ekonomi yang semakin kentara. Tidak cuma di AS, China pun mengalami hal serupa.

Pada Agustus 2021, produksi industri China tumbuh 5,3% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,4% sekaligus menjadi yang terlemah sejak Juli 2020.

Sementara pengeluaran konsumen pada Agustus 2021 naik 2,5% yoy. Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 7% yoy dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2020.

"Laju perekonomian melambat pada Agustus, konsumsi terpukul dan investasi masih lemah. Sementara itu, virus corna kembali menyebar di Fujian dan sejumlah wilayah lain sehingga menjadi risiko bagi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV," kata Louis Kuijs, Head of Asia Ecnomics di Oxford Economics, seperti diberitakan Reuters.

Saat perekonomian nomor satu dan dua dunia sama-sama dirundung masalah, maka seluruh negara bisa merasakan getahnya. Perlambatan di AS dan China akan menarik pertumbuhan ekonomi dunia ke arah bawah.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga, masih terkait China, pelaku pasar sepertinya perlu terus memonitor perkembangan nasib Evergrande, raksasa properti di Negeri Tirai Bambu.

Bloomberg memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, otoritas perumahan China telah memberitahukan kepada bank-bank bahwa Evergrande tidak akan mampu membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo pada 20 September 2021 karena kesulitan likuiditas. Evergrande masih berupaya untuk menempuh jalur perpanjangan tenor pembayaran di sejumlah bank.

Evergrande disebut memiliki kewajiban mencapai US$ 305 miliar. Jika tidak ada solusi, maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China.

Lembaga pemeringkat S&P menurunkan peringkat utang Evergrande dari CC menjadi CCC dengan outlook negtif. Fitch, lembaga pemeringkat lainnya, juga menurunkan rating Evergrande dari CC menjadi CCC+.

Menurut Fitch, utang Evergrande kepada perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah CNY 572 miliar. Selain itu, bank juga memberi pinjaman kepada para supplier Evergrande senilai CNY 667 miliar.

Bank dengan eksposur tinggi terhadap Evergrande akan rentan terserang kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Inilah yang bakal menimbulkan risiko sistemik.

Ini menunjukkan bahwa Evergrande adalah perusahaan yang terlalu besar untuk bangkrut. Too big to fail.

Kejatuhan Evergrande akan menyeret banyak pihak, risikonya terlalu besar. Oleh karena itu, kemungkinan besar pemerintah China akan turun tangan untuk memberikan bailout kepada Evergrande agar tidak menimbulkan efek domino terhadap perekonomian China secara keseluruhan.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data ekspor-impor Jepang periode Agustus 2021 (06:50 WIB).
  • Rilis data angka pengangguran Australia periode Agustus 2021 (08:30 WIB).
  • CNBC Indonesia Tech Conference (10:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Borneo Olah Sarana Sukses (14:00 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Karya Bersama Anugerah (14:00 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel AS periode Agustus 2021 (19:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

growth

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular