Newsletter

Masuk Bulan September, Hati-hati Kepleset Nyerok Saham Gan!

Putra, CNBC Indonesia
01 September 2021 06:14
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta di pasar keuangan domestik masih belum berhenti kemarin. IHSG, SUN dan nilai tukar rupiah semua kompak menguat. Kondisi eksternal yang kondusif jadi salah pemicu utama apresiasi aset finansial dalam negeri.

Indeks saham acuan IHSG bergerak volatil pada Selasa (31/08/2021). Setelah lonceng perdagangan berbunyi, IHSG melaju di zona hijau. Namun setelah itu IHSG berbalik arah dan tertekan ke zona koreksi hampir di sepanjang perdagangan berlangsung.

Sehari sebelumnya IHSG terbang tinggi dengan apresiasi 1,71% dan mengantarkan bursa nasional menjadi jawara di Kawasan Asia Pasifik dan runner up global. Namun IHSG memberikan perlawanan balik dan berhasil finish di zona hijau meski apresiasinya relative tipis di angka 0,09%.

Asing memborong saham-saham RI. Kali ini saham blue chip yang dibeli asing adalah saham BBCA dengan nilai beli bersih sebesar hampir Rp 155 miliar dan TLKM yang net buy-nya mencapai Rp 144,2 miliar.

Total net buy asing kemarin menyentuh angka Rp 633,96 miliar di pasar regular. Sementara itu total nilai transaksi tembus Rp 12,83 triliun lebih tinggi dari nilai transaksi di awal perdagangan pekan ini sehari sebelumnya yang hanya Rp 11 triliun.

Data statistik perdagangan yang diperoleh RTI mencatat ada 271 saham yang berhasil menguat, 243 saham melemah dan 132 stagnan. Dengan apresiasi tersebut kini kapitalisasi pasar IHSG menyentuh Rp 7424,76 triliun.

Beralih ke pasar obligasi domestik, penguatan harga instrument pendapatan tetap dalam negeri dapat tercermin dari imbal hasil (yield) SUN 10 tahun yang kembali turun dan sekarang kian mendekati level 6% seperti akhir tahun 2020.

Lelang 7 seri SUN pemerintah yang digelar kemarin pun kembali sukses. Total penawaran yang masuk kembali tembus Rp 100 triliun. Bahkan di lelang kemarin total incoming bids-nya mencatatkan rekor tertinggi di sepanjang tahun. Dari total Rp 116,11 triliun penawaran yang masuk, pemerintah memenangkan Rp 21 triliun saja sesuai dengan target indikatif yang sudah dipatok.

Setali tiga uang dengan saham dan obligasi, nilai tukar rupiah juga ikut menguat. Di hadapan dolar AS, rupiah berhasil turun ke bawah level Rp 14.300/USD. Premi risiko CDS 5 tahun Indonesia ikut terus menurun dan saat ini sudah berada di bawah level 70 bps. Dalam sepekan premi risiko tersebut turun 5 bps.

Apresiasi di pasar keuangan sendiri terjadi di tengah sentimen berlanjutnya PPKM di Jawa dan Bali. Selain karena klaim pemerintah yang menyatakan bahwa kondisi pandemi mulai berangsur membaik, pasar keuangan dunia yang minim tekanan juga ikut menyokong penguatan kemarin.

Setelah sebelumnya S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah, dini hari tadi tiga indeks acuan saham Wall Street kompak ditutup di zona merah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,11%. Indeks S&P 500 terpangkas 0,14% dan Nasdaq Composite ditutup turun tipis 0,04%. Sejatinya koreksi yang terjadi ini adalah hal yang wajar mengingat Wall Street cenderung reli terus menerus.

Harga suatu aset tidak akan bisa terus menerus naik. Itu adalah hal yang mustahil meskipun di tengah uptrend jangka panjangnya. Suatu saham yang sudah reli panjang membutuhkan jeda koreksi untuk kembali menyehatkan valuasinya serta membuat investor dan pelaku pasar untuk bersikap lebih rasional.

Selain karena sudah menanjak terus, faktor lain yang membuat Wall Street mengalami koreksi adalah rilis data perekonomian yang lebih rendah dari perkiraan. Indeks Barometer Bisnis Chicago yang mengukur aktivitas manufaktur drop ke level 66,8 di bulan  Agustus 2021 pasca menyentuh level 73,4 bulan lalu.

Penurunan indeks acuan Wall Street juga merespons rilis data perekonomian global terutama China dan Uni Eropa. Dari China sendiri kontraksi sektor jasa yang tercermin dari penurunan indeks manajer pembelian (PMI) ke bawah level 50 di bulan Agustus 2021 menjadi sentiment negatif.

Kontraksi sektor jasa di China pada Agustus merupakan kontraksi pertama sejak Negeri Tirai Bambu dihantam pandemi awal tahun 2020 silam.

Beralih ke Benua Biru, Indeks Harga Konsumen (IHK) Zona Euro tercatat mengalami kenaikan sebesar 3% YoY pada Agustus 2021 berdasarkan pembacaan awal atau mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,2% YoY.

Inflasi di Zona Euro kini berada di level tertingginya dalam satu dekade. Hal ini membuat pasar mulai mengantisipasi akan adanya kemungkinan bahwa bank sentral (ECB) akan mulai mengendorkan program stimulus pembelian asetnya mengikuti jejak The Fed yang sudah lebih dahulu mensinyalkan adanya tapering akhir tahun ini.

Kini pelaku pasar tengah menanti rilis data ekonomi penting yang akan dipublikasikan Jumat ini yaitu laporan ketenagakerjaan. Berdasarkan survei yang dihimpun oleh Dow Jones, ekonom memperkirakan akan ada penciptaan lapangan kerja sebanyak 750 ribu sehingga membuat tingkat pengangguran berpeluang turun ke level 5,2%,.

Inflasi yang terus melonjak dan tren tingkat pengangguran yang terus menurun akan menjadi sinyal kuat bahwa pembelian obligasi pemerintah dan efek beragun aset (EBA) KPR oleh The Fed bakal dikurangi akhir tahun ini.

Penurunan harga-harga saham di Wall Street memang bukan kabar yang menggembirakan bagi pasar keuangan Asia yang akan dibuka pagi ini, apalagi untuk IHSG yang sudah mulai terlihat kehabisan bahan bakar untuk kembali menapaki jalur apresiasi.

Selain faktor pergerakan harga aset, investor juga patut mencermati berbagai sentiment global dari rilis data ekonomi yang dijadwalkan keluar hari ini terutama untuk data aktivitas sektor manufaktur seperti di Korea Selatan, Jepang dan China (versi Caixin) yang kemungkinan akan melorot akibat merebaknya varian Delta virus penyebab Covid-19.

Data PMI manufaktur untuk bulan Agustus Indonesia juga akan dirilis pagi ini. Mengingat PPKM masih berlaku untuk Jawa-Bali sebagai pembentuk 60% PDB Indonesia, PMI manufaktur RI diperkirakan masih akan tetap berada di zona kontraksi.

Perkiraan Trading Economics, angka PMI manufaktur Indonesia bulan Agustus 2021 tak akan jauh dari angka di bulan sebelumnya, alias di angka 41.

Selain data sektor manufaktur, hari ini BPS juga akan merilis angka inflasi untuk periode Agustus. Konsensus CNBC Indonesia menunjukkan bahwa ekonom sepakat inflasi tahunan akan berada di level 1,59% atau ada kenaikan IHK sebesar 0,03% secara bulanan.

Inflasi tetap rendah dan terjaga. Namun di sisi lain hal ini lebih menunjukkan bahwa permintaan masih terbatas. Hal ini juga didukung dengan data sektor manufaktur yang kemungkinan besar masih terkontraksi. Meskipun sudah diantisipasi pasar, tetapi penurunan atau perlambatan yang lebih dalam akan semakin membenani pasar.

Sentimen lain yang juga patut dicermati oleh pelaku pasar dan investor adalah faktor musiman IHSG. Secara historis pasar saham akan cenderung mengalami koreksi. Probabilitasnya mencapai 60% dalam satu dekade terakhir. Untuk itu investor harus sudah mulai bersiap siaga agar tidak kaget.

Ditambah lagi bulan September juga disebutkan akan menjadi bulan penentuan terkait timing The Fed untuk mengurangi porsi stimulusnya yang selama ini digelontorkan lewat program quantitative easing (QE).

Halaman IV : Rilis Data dan Indikator Ekonomi

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Data PMI Manufaktur Australia bulan Agustus 2021 (06.00 WIB)
  • Data PMI Manufaktur Indonesia bulan Agustus 2021 (07.30 WIB)
  • Data PMI Manufaktur Jepang bulan Agustus 2021 (07.30 WIB)
  • Data PMI Manufaktur Korea Selatan bulan Agustus 2021 (07.30 WIB)
  • Data PDB Australia untuk Kuartal II-2021 (08.30 WIB)
  • Data PMI Manufaktur China bulan Agustus 2021 (08.45 WIB)
  • Data Inflasi Indonesia bulan Agustus 2021 (11.00 WIB)
  • Data Kunjungan Wisatawan Asing Indonesia bulan Juli 2021 (11.00 WIB)
  • Data Penjualan Ritel Jerman bulan Juli 2021 (13.00 WIB)
  • Data PMI Manufaktur Jerman bulan Agustus 2021 (14.55 WIB)
  • Data PMI Manufaktur Zona Euro bulan Agustus 2021 (15.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Valuasi Murah, Asing Parkir Duit Lagi di Pasar Saham RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular