Polling CNBC Indonesia

Inflasi Agustus Diramal Rendah! Daya Beli Turun, Pak Jokowi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 August 2021 09:50
Warga memgantri membeli sembako saat operasi pasar di PD. Pasar Jaya Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga memgantri membeli sembako saat operasi pasar di PD. Pasar Jaya Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia pada Agustus 2021 sepertinya akan melambat. Harga produk dan layanan kesehatan yang turun membuat laju inflasi terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Agustus 2021 pada 1 September 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sementara dibandingkan Agustus 2021 (year-on-year/yoy) terjadi inflasi 1,59%. Kemudian inflasi inti secara tahunan diperkirakan 1,3%.

Institusi

Inflasi Umum (%mtm)

Inflasi Umum (%yoy)

Inflasi Inti (%yoy)

Citi

0.03

1.59

1.30

ING

0.09

1.6

-

Maybank Indonesia

0.01

1.57

1.37

Bank Mandiri

0.03

1.6

1.30

CIMB Niaga

0.03

1.59

1.20

Bank Permata

0.01

1.57

1.19

Bank Danamon

0.05

1.62

1.40

Danareksa Research Institute

0.03

1.62

1.14

BCA

0.03

1.6

1.30

MNC Sekuritas

0.02

1.59

-

BNI Sekuritas

0.01

1.57

-

MEDIAN

0.03

1.59

1.30

Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan IV memperkirakan inflasi bulan ini akan sebesar 0,01% mtm. Ini membuat inflasi tahunan menjadi 1,57% dan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) 0,82%.

"Penyumbang utama inflasi Agustus 2021 sampai dengan minggu ke-empat yaitu komoditas minyak goreng sebesar 0,03% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), telur ayam ras dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit sebesar -0,05% (mtm), cabai merah sebesar -0,03% (mtm), kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, bawang merah, jeruk, emas perhiasan dan angkutan antarkota masing-masing sebesar -0,01% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI.

Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, menilai salah satu faktor yang membuat inflasi Agustus 2021 relatif jinak adalah komponen pengeluaran kesehatan. Mulai pertengahan bulan ini, pemerintah memutuskan biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mengetahui infeksi virus corona turun dari Rp 900.000 menjadi Rp 495.000. Selain itu, harga obat-obatan untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) juga berangsur turun setelah sempat melonjak.

"Harga produk dan layanan kesehatan kami perkirakan turun karena permintaan kembali normal setelah melonjak akibat panic buying saat awal kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat pada Juli 2021. Kebijakan menurunkan harga tes PCR juga berpengaruh," sebut Faisal dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Jokowi Sempat Singgung Pelemahan Daya Beli

Namun sepertinya ada hal lain yang membuat laju inflasi masih lambat. PPKM, meski sudah dilonggarkan, tetap membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat masih terbatas.

Apple mencatat, rata-rata indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan mengemudi pada 1-28 Agustus 2021 adalah 98,21. Angka di bawah 100 mencerminkan mobilitas masih di bawah kondisi normal sebelum pandemi virus corona.

corona

'Roda' ekonomi yang masih berjalan lambat ini membuat pendapatan masyarakat belum sepenuhnya pulih. Akibatnya, daya beli pun menurun.

Masalah di daya beli tercermin dari laju inflasi inti. Inflasi inti adalah 'keranjang' barang dan jasa yang harganya susah naik-turun alias persisten. Saat inflasi inti melambat, artinya dunia usaha ragu menaikkan harga karena khawatir produknya tidak terbeli. So, tidak heran inflasi inti adalah gambaran kondisi daya beli.

Pada Juli 2021, laju inflasi inti adalah 1,4% yoy dan sebulan kemudian diperkirakan melambat menjadi 1,3% yoy. Rasanya masalah di daya beli memang sudah terkonfirmasi.

inflasi

"Kami memperkirakan tekanan terhadap daya beli akan tetap kuat sepanjang kuartal ini, karena tidak ada dorongan seperti Tunjangan Hari Raya yang diberikan pada kuartal sebelumnya. Keputusan pemerintah yang masih hati-hati dalam melonggarkan PPKM akan menjadi hambatan aktivitas ekonomi," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyingung soal penurunan daya beli. Kepala Negara menilai inflasi rendah juga harus diwaspadai karena bisa jadi disebabkan oleh pelemahan daya beli.

"Angka inflasi di bawah target 2021 yaitu 3%. Tetapi kita juga tahu bahwa inflasi yang rendah juga bisa bukan hal yang menggembirakan. Bisa saja ini mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas," tegas Jokowi dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/8/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Inflasi Meninggi, Daya Beli Rakyat Kuat Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular