
Tak Selamanya Buruk, 'Hantu' CAD Bisa Bantu IHSG Bangkit

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol Kamis kemarin, tidak tanggung-tanggung kemerosotannya lebih dari 2% ke 5.992,322. Meski merosot tajam, investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar saham Indonesia sebesar Rp 339 miliar. Sehari sebelumnya bahkan mencapai Rp 1,12 triliun.
Melihat asing masih memiliki minat beli, IHSG berpeluang bangkit pada perdagangan hari ini, Jumat (20/8/2021). Apalagi, "hantu" CAD (current account defisit) yang selama ini menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia, kali ini bisa membantu IHSG untuk bangkit. CAD dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar finansial dalam negeri dibahas pada halaman 3.
![]() |
Kemarin, isu tapering yang kemungkinan dilakukan di tahun ini memberikan pukulan telak tidak hanya bagi IHSG tetapi rupiah juga ikut tertekan melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral AS (The Fed) seharusnya memberikan dampak lebih besar ke rupiah, tetapi Mata Uang Garuda masih cukup tangguh. Sepanjang perdagangan rupiah memang berada di zona merah, tetapi sukses memangkas pelemahan menjadi 0,21% di Rp 14.400/US$.
Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi, ada yang turun tajam, ada juga yang naik tipis.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan dengan harga obligasi. Ketika yield turun, harganya naik dan sebaliknya.
![]() |
Rilis risalah rapat kebijakan moneter The Fed edisi Juli yang menunjukkan peluang tapering di tahun ini, sebab inflasi dikatakan sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.
"Melihat ke depan, sebagian besar partisipan (Federal Open Market Committee/FOMC) mencatat bahwa selama pemulihan ekonomi secara luas sesuai dengan ekspektasi mereka, maka akan tepat untuk melakukan pengurangan nilai pembelian aset di tahun ini," tulis risalah tersebut.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG.
Saat ini, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi fokus utama MH Thamrin.
Meski mempertahankan suku bunga, BI berkomitmen menjaga kecukupan likuiditas di perekonomian nasional. Ini dilakukan dengan injeksi likuiditas atau quantitative easing.
"Di pasar keuangan, kondisi likuiditas tetap longgar. Bank Indonesia akomodatif dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Agustus 2021, Kamis (19/8/2021).
Sementara itu guna meredam dampak tapering, Perry mengungkapkan sudah punya strategi bahkan sudah dilakukan sejak Februari lalu.
"(Tapering) akan menaikkan suku bunga pasar dan yield (imbal hasil) US Treasury Bond. Pada Februari yield sudah naik dan mempengaruhi appetite investor global di negara-negara berkembang, pada akhirnya itu juga mempengaruhi kita," kata Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Agustus 2021.
BI, lanjut Perry, terus berupaya melakukan stabilisasi di pasar, terutama jika terjadi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Ini dilakukan di pasar valas maupun Surat Berharga Negara (SBN).
"BI sudah melakukan intervensi di pasar spot, DNDF (Domestic Non-Deliverable Forwards). Kemudian investor asing melepas SBN, BI sudah membeli Rp 8,6 triliun dari Rp 11 triliun yang keluar. Kami bersama Kementerian Keuangan mengelola ini agar tetap stabil," jelas Perry.
Selain itu, tambah Perry, BI tetap menjaga daya tarik pasar keuangan Indonesia. Ini dilakukan dengan menjaga selisih yield antara SBN dan obligasi pemerintah di luar negeri, terutama AS.
Sayangnya pasar finansial Indonesia belum merespon pengumuman kebijakan BI tersebut, sebab baru diumumkan beberapa menit sebelum bel akhir perdagangan berbunyi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Bervariasi, Dow Jones Masih Merah
Wall Street yang sebelumnya merosot dalam dua hari beruntun berakhir bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat, isu tapering masih membayangi kiblat bursa saham dunia ini.
Indeks S&P 500 sukses menguat tipis 0,13% ke 4.405,80, begitu juga Nasdaq yang naik 0,11% ke 14.541,79. Hanya indeks Dow Jones yang melemah 0,19% ke 34,894,12, sekaligus mencatat hat-trick di zona merah.
Kemarin, klaim tunjangan pengangguran dilaporkan sebanyak 348.000 pengajuan klaim, atau lebih baik dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 365.000 klaim baru. Selain itu angka tersebut merupakan yang terendah selama pandemi.
Membaiknya pasar tenaga kerja tentunya menjadi kabar bagus bagi perekonomian. Tetapi di sisi lain juga memberikan kabar buruk, yakni semakin menguatnya peluang tapering di tahun ini seperti yang tertuang dalam risalah The Fed.
![]() |
"Catatan rapat itu merefleksikan kesiapan The Fed untuk mempercepat jadwal tapering, kemungkinan menjadi beberapa bulan ke depan," tutur Sean Bandazian, analis investasi Cornerstone Wealth, seperti dikutip CNBC International.
Baik The Fed maupun pelaku pasar, lanjut dia, telah memetik pelajaran dari Taper Tantrum di mana pasar diterpa aksi jual masif karena kebijakan tapering yang mendadak.
"Meski kami memperkirakan kali ini hanya ada sedikit kejutan, masih ada alasan untuk meyakini bahwa kita bakal melihat volatilitas di saham-saham yang sensitif kenaikan suku bunga."
Kabar buruk lainnya, Goldman Sachs yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 menjadi 5,5% dari sebelumnya 9%. Inflasi juga diperkirakan meninggi hingga akhir tahun ini.
"Dampak virus corona varian delta terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi terlihat lebih besar dari yang kami perkirakan" tulis Jan Hatzius, kepala ekonom Goldman Sachs dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Wall Street, meski bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat bisa memberikan sentimen positif bagi pasar saham Asia, termasuk IHSG. Sebab, laju kemerosotan sudah mulai terhenti, dan menunjukkan sentimen pelaku pasar mulai stabil meski masih dibayangi tapering.
Jika ada sentimen positif bagi IHSG yang ambrol 2% kemarin, rupiah justru mendapat kabar kurang sedap. Menguatnya peluang tapering di tahun ini pasca rilis data klaim tunjangan pengangguran AS membuat indeks dolar AS melesat lagi 0,46% pada pukul 5:15 hari ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di 93,562, level tertinggi sejak 4 November tahun lalu.
![]() |
Yang menarik, di saat yang sama yield obligasi (Treasury) AS tenor 10 tahun justru turun 1,67 basis poin. Hal ini bisa menguntungkan bagi SBN.
Pergerakan indeks dolar AS dan yield Treasury tersebut mengindikasikan pelaku pasar melihat 2 hal utama, tapering di tahun ini serta penyebaran virus corona delta di AS. Apalagi, Goldman Sachs sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2021.
Sementara itu dari dalam negeri, hari ini akan dilaporkan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kuartal II-2021. NPI terdiri dari dua pos besar yaitu transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial.
Transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, serta serta pendapatan sekunder. Keluar masuk devisa di pos ini lebih stabil ketimbang pos transaksi modal dan finansial yang cepat datang dan pergi.
Sehingga transaksi berjalan akan memberikan dampak yang cukup besar ke pergerakan rupiah.
Pada kuartal III-2020 lalu, transaksi berjalan untuk pertama kalinya mencatat surplus dalam hampir satu dekade terakhir mengalami defisit hingga istilah CAD (current account deficit) melekat di benak pelaku pasar.
CAD sebenarnya menjadi "hantu" yang membayangi sejak kuartal IV-2011. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.
Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi batu sandungan bagi perekonomian Indonesia.
![]() |
Ketika transaksi berjalan mencatat surplus di kuartal III-2020 dan berlanjut di tiga bulan terakhir tahun lalu, bukan berarti perekonomian Indonesia membaik, justru semakin memburuk. Sebab, dunia berada dalam pandemi, banyak negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial hingga lockdown.
Kala itu, surplus terjadi karena pendapatan dari ekspor-impor barang mampu menutup 'lubang' di jasa dan pendapatan primer, sesuatu yang sangat langka. Maklum, virus corona adalah pandemi global yang membuat banyak negara menutup diri dan membatasi aktivitas masyarakat. Ini membuat arus perdagangan seakan lumpuh sehingga pengeluaran untuk jasa misalnya pengiriman (freight) menjadi berkurang.
Di kuartal I-2021, transaksi berjalan akhirnya kembali mengalami defisit sebesar US$ 996,83 juta atau 0,36% dari produk domestik bruto (PDB). Artinya, "hantu" CAD sudah datang lagi.
Kali ini, "hantu" CAD justru menjadi kabar bagus, sebab roda perekonomian mulai berputar kembali, dan bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial Indonesia.
Akan lebih bagus lagi ketika roda perekonomian dunia berangsur-angur normal, dan transaksi berjalan mampu mencatat surplus di kuartal II-2021.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Berikut
Berikut beberapa data ekonomi yang dirilis hari ini:
- Inflasi Jepang (6:30 WIB)
- Pengumuman suku bunga bank sentral China (PBC) (8:30 WIB)
- Neraca Pembayaran Indonesia (11:00 WIB)
- Penjualan ritel Inggris (13:00 WIB)
Berikut beberapa agenda hari ini
- RUPS PT Pikko Land Develompents Tbk. (10:30 WIB)
- RUPS PT Fortune Indonesia Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Berlina Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Fortune Mate Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Bali Towerindo Sentra Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Bank IBK Indonesia Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Modernland Realty Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Pan Brother Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Capital Financial Indonesia Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Gunung Raja Paksi Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Metro Healtcare Indonesia Tbk (10:30 WIB)
- RUPS PT Hero Supermarket Tbk (10:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2021 YoY) | 7,07% |
Inflasi (Juli 2021, YoY) | 1,52% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2021) | 3,50% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021) | -5,17% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2021) | -0,4% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2020) | US$ 4,1 miliar |
Cadangan Devisa (Juli 2021) | US$ 137,3 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kabar Baik Nih Bagi IHSG, Tapering The Fed "Slow but Sure"
