
PPKM Darurat Resmi 3-20 Juli, Bagaimana IHSG Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup beragam pada perdagangan Kamis (1/7/2021) kemarin, setelah pemerintah resmi mengumumkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat pada 3 Juli hingga 20 Juli mendatang.
IHSG pada perdagangan kemarin kembali ditutup menguat 0,34% ke level 6.005,96. IHSG pun bertahan di level psikolgis 6.000.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi pada perdagangan kemarin turun menjadi Rp 10,8 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih sebanyak Rp 55 miliar di pasar reguler. Terpantau 215 saham terapresiasi, 259 saham terdepresiasi, dan 163 lainnya flat.
Dari bursa Asia pada perdagangan kemarin mayoritas ditutup melemah cenderung tipis. Penguatan bursa saham Asia pada perdagangan kemarin didominasi oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan termasuk Indonesia.
Sementara untuk pasar saham Hong Kong pada perdagangan kemarin tidak dibuka karena sedang libur nasional.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia pada perdagangan Kamis (1/7/2021).
Sedangkan untuk mata uang Garuda, yakni rupiah lagi-lagi tak mampu melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada perdagangan kemarin. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat tipis.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka dan menutup perdagangan kemarin dengan pelemahan tipis 0,03% ke Rp 14.500/US$. Tetapi sebelumnya rupiah sempat melemah 0,38% ke Rp 14.550/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 19 April lalu.
Sementara di kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Kamis (1/7/2021), rupiah berada di Rp 14.539 atau menguat tipis 0,02% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Namun rupiah tidak perlu berkecil hati karena hampir seluruh mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hingga penutupan pasar Kamis kemarin, hanya dolar Taiwan yang mampu menguat dihadapan sang greenback.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pada Kamis (1/7/2021).
Sementara itu, pergerakan harga SBN pada perdagangan kemarin terpantau menguat, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Investor kembali mengoleksi SBN pada perdagangan kemarin, setelah PPKM Mikro Darurat resmi diberlakukan.
Yield SBN bertenor 30 tahun pada perdagangan kemarin terpantau ditutup stagnan di level 6,92%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan yield acuan pemerintah turun sebesar 1,6 basis poin (bp) ke level 6,614%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Kamis (1/7/2021).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini akhirnya mengumumkan PPKM Mikro Darurat dimulai pada 3 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali.
"Setelah dapatkan banyak masukan, menteri, ahli kesehatan dan kepala darah saya memutuskan untuk memberlakukan PPKM darurat sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 khusus untuk Jawa Bali," kata Jokowi melalui Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (1/7/2021).
Pengetatan yang dilakukan sama dengan kabar yang beredar sejak kemarin. Kegiatan perkantoran wajib 100% work from home (WFH) untuk sektor non esensial, sementara untuk sektor esensial 50% WFH, 50% lagi work from office (WFO).
Untuk supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung 50%. Tetapi pusat perbelanjaan/mall/pusat perdagangan ditutup.
Restoran maupun tempat makan lainnya hanya menerima delivery atau take away. Kemudian kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online/daring, dan rumah ibadah ditutup. Pengetatan aturan juga terjadi dalam penggunaan transportasi udara begitu juga darat, serta transportasi umum dalam kota.
Sementara itu, lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia mulai menggerogoti sektor manufaktur. IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan di angka 53,5.
Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
"Pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia pada Juni mengalami perlambatan akibat gelombang kedua serangan virus corona. Produksi tetap tumbuh dengan kuat meski dampak pandemi perlu dilihat dalam beberapa bulan ke depan.
"Secara umum, dunia usaha masih optimistis dengan masa depan produksi manufaktur. Namun gangguan akibat pandemi mulai menunjukkan tanda-tanda kewaspadaan," jelas Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, sehingga berlanjutnya ekspansi menjadi sangat penting guna memulihkan perekonomian.
Laju ekspansi tersebut berisiko melambat lebih jauh, sebab PPKM Mikro Darurat berlangsung lebih dari 2 minggu.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham New York (Wall Street) kembali berakhir positif pada perdagangan Kamis (1/7/2021) waktu setempat, di tengah optimisme pemodal memasuki perdagangan semester kedua tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,38% ke level 34.633,53, S&P 500 bertambah 0,52% ke level 4.319,94, dan Nasdaq Composite naik 0,13% ke posisi 14.522,38.
Saham energi menjadi pendorong penguatan Wall Street karena harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berhasil naik ke atas US$ 75 per barel. Saham Chevron melesat 1,4%, menjadikan saham tersebut salah satu yang berkinerja terbaik di Dow Jones.
Perusahaan alat-alat olahraga Nike menjadi runner up, dengan melonjak lebih dari 2%. Namun, saham Walgreen Boots Alliance turun lebih dari 7%, meskipun perseroan merilis laporan keuangannya lebih baik dari perkiraan.
Serangkaian berita ekonomi yang kuat berlanjut pada Kamis kemarin, di mana data klaim pengangguran mingguan yang berakhir 26 Juni mencapai 364.000, menjadi yang terendah di era pandemi.
Selain itu, indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur Institute for Supply Management (ISM) pada Juni mengalami penurunan sedikit, namun masih ekspansif, yakni di angka 60,6, lebih rendah sedikit dari ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka 61.
Indeks Russell 2000 melesat lebih dari 17% dalam 6 bulan pertama tahun ini, di tengah rotasi dari saham berbasis pertumbuhan menuju saham berbasis nilai, yang bakal diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi.
Paulsen menilai dua faktor yang akan menjadi penentu arah Wall Street pada paruh terakhir tahun ini adalah inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
"Jika kekhawatiran inflasi mereda lebih lanjut dan imbal hasil obligasi masih rendah untuk jangka panjang, saham teknologi dan yang berbasis pertumbuhan akan terus memimpin pasar menguat." Kata Paulsen dikutip dari CNBC International.
Sebaliknya, lanjut dia, jika pertumbuhan ekonomi yang kuat memicu kekhawatiran infasi melonjak lebih jauh dan imbal hasil obligasi kembali meroket, koreksi bakal menimpa pasar dan saham siklikal yang berbasis nilai dan saham berkapitalisasi pasar kecil akan menjadi panglima.
Data Refinitiv sejak tahun 1950 menunjukkan bahwa indeks Dow Jones dan S&P 500 senantiasa mengakhiri pergerakan di teritori positif jika semester pertama sudah bergerak hijau dengan reli digit ganda. LPL Financial juga mencatat fenomena serupa, yakni jika S&P 500 naik lebih dari 12,5% di semester 1, maka ia akan kembali menguat dengan median 9,7%.
Pemodal pada hari ini akan memantau rilis data tingkat pengangguran dan data penggajian non pertanian (non-farming payroll) oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Pasar memperkirakan ada 683.000 lapangan kerja dibuka pada Juni tahun ini.
Pelaku pasar perlu mencermati beberapa sentimen, di mana yang pertama tentunya terkait dengan penguatan bursa Wall Street pada perdagangan kemarin.
Data Refinitiv sejak tahun 1950 menunjukkan bahwa indeks Dow Jones dan S&P 500 senantiasa mengakhiri pergerakan di teritori positif jika semester pertama sudah bergerak hijau dengan reli digit ganda.
Penguatan Wall Street pada perdagangan kemarin disebabkan dari respons positif pasar dari rilis beberapa data ekonomi pada Kamis kemarin.
Data klaim pengangguran mingguan yang berakhir 26 Juni mencapai 364.000, menjadi yang terendah di era pandemi.
Selain itu, indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur Institute for Supply Management (ISM) pada Juni mengalami penurunan sedikit, namun masih ekspansif, yakni di angka 60,6, lebih rendah sedikit dari ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka 61.
Pada hari ini, fokus utama investor adalah terkait rilis data tingkat pengangguran AS dan data penggajian non pertanian (non-farming payroll/NFP) versi pemerintah AS.
Tak hanya data pengangguran dan data penggajian, data ekonomi lainnya yang akan dirilis pada hari ini adalah data neraca perdagangan dan data ekspor-impor AS pada periode Juni 2021.
Sementara di Asia, data inflasi Korea Selatan pada periode Juni 2021 juga akan dirilis pada hari ini.
Beralih ke dalam negeri, perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) membuat pemerintah resmi memberlakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang dimulai pada Sabtu (3/7/2021) besok hanya di kawasan Jawa dan Bali.
Pengetatan yang dilakukan sama dengan kabar yang beredar sejak kemarin. Kegiatan perkantoran wajib 100% work from home (WFH) untuk sektor non esensial, sementara untuk sektor esensial 50% WFH, 50% lagi work from office (WFO).
Untuk supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung 50%. Tetapi pusat perbelanjaan/mall/pusat perdagangan ditutup.
Restoran maupun tempat makan lainnya hanya menerima delivery atau take away. Kemudian kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online/daring, dan rumah ibadah ditutup. Pengetatan aturan juga terjadi dalam penggunaan transportasi udara begitu juga darat, serta transportasi umum dalam kota.
Pelaku pasar di dalam negeri juga perlu mencermati rilis data PMI Manufaktur RI yang sedikit turun imbas dari lonjakan kasus Covid-19 di RI.
IHS Markit melaporkan kabar kurang bagus. Aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2021 dilaporkan di angka 53,5.
Meski masih menunjukkan ekspansi (angka indeks di atas 50), tetapi menunjukkan pelambatan dari sebelumnya sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data tingkat inflasi Korea Selatan periode Juni 2021 (06:00 WIB),
- Rilis data indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) Zona Euro periode Mei 2021 (16:00 WIB),
- Rilis data neraca perdagangan (ekspor-impor) Amerika Serikat periode Juni 2021 (19:30 WIB),
- Rilis data upah non pertanian (non-farming payroll/NFP) Amerika Serikat periode Juni 2021 (07:30 WIB),
- Rilis data tingkat pengangguran Amerika Serikat periode Juni 2021 (07:30 WIB),
- Rilis data upah swasta non-pertanian Amerika Serikat periode Juni 2021 (07:30),
- Rilis data PMI Manufaktur SIPMM Singapura periode Juni 2021 (20:00 WIB),
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2021 YoY) | -0,74% |
Inflasi (Juni 2021, YoY) | 1,33% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2021) | 3,5% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021) | -5,17% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2021) | -0,4% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2020) | US$ 4,1 miliar |
Cadangan Devisa (Mei 2021) | US$ 136,39 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd) Next Article Hari Penentuan Tiba: AS Akan Buat Dunia Menangis atau Ketawa?