Newsletter

Mayday, Mayday! Dolar AS Mau Jatuh

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2021 06:00
Dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis tetapi nilai tukar rupiah menguat dengan meyakinkan.

Kemarin, IHSG ditutup melemah tipis 0,09% ke 5.970,24. Namun investor asing melakukan beli bersih Rp 321,99 miliar di pasar reguler.

Tidak cuma di pasar saham, arus modal pun sepertinya menyerbu obligasi pemerintah. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun turun 2,3 basis poin (bps) ke 6,455%. Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik.

Tidak cuma di 10 tahun, penurunan yield terjadi di hampir seluruh tenor. Berikut posisi yield Surat Berharga Negara (SBN) pada penutupan perdagangan kemarin:

Aliran modal di pasar saham dan SBN itu membuat rupiah perkasa. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah finis di posisi Rp 14.315/US$, menguat 0,8%.

Dolar AS sebagai lawan tanding memang sedang kepayahan. Dollar Index, yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia,melemah 1,55% dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Reuters terhadap lebih dari 60 FX strategist di berbagai negara, pelaku pasar memperkirakan dolar AS masih akan menjalani tren depresiasi setidaknya tiga bulan lagi.

Pelemahan dolar AS tidak lepas dari memudarnya keyakinan bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, tidak 2023 seperti perkiraan selama ini. Meski berbagai data menunjukkan ekonomi AS terus membaik sehingga memunculkan risiko tekanan inflasi, tetapi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat keukeuh bahwa itu belum stabil. Masih temporer, belum berkelanjutan, belum bisa disebut sebagai pola atau tren.

Betul, ekonomi AS pulih dengan lumayan cepat. Namun pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) meninggalkan 'luka' yang teramat dalam sehingga butuh waktu yang tidak sebentar untuk sembuh.

Contoh, ADP merilis angka penciptaan lapangan kerja di AS selama April 2021 adalah 742.000. Ini adalah angka tertinggi sejak September tahun lalu.

Namun jangan lupa, jumlah lapangan kerja sempat menyusut 19,39 juta pada April 2020 gara-gara karantina wilayah (lockdown). Sejak Mei 2020 hingga bulan lalu, total penciptaan lapangan kerja baru 11,37 juta. So, masih ada lebih dari 8 juta orang yang kehilangan pekerjaan gara-gara pandemi dan belum mendapatkan yang baru.

The Fed tidak hanya punya mandat menjaga inflasi, tetapi juga mendorong penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment). Sekarang kondisinya masih jauh dari itu, sehingga dorongan stimulus moneter masih dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan menjaga suku bunga acuan ultra-rendah.

Dengan suku bunga acuan yang rendah, maka berinvestasi di aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) menjadi kurang menarik. Masa depan dolar AS pun suram.

"Sepertinya kita masih akan menjalani tren pelemahan dolar AS, dan itu akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sekarang pertanyaannya, apakah mata uang lain bisa memanfaatkan itu?" tegas Kit Juckes, Head of FX Strategist di Societe Generale, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Suku Bunga Masih Akan Rendah, Wall Street Bergairah

Berpindah ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Avegare (DJIA) naik 0,93%, S&P 500 terangkat 0,82%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,37%. DJIA menyentuh rekor tertnggi sepanjang sejarah.

Data ketenagakerjaan terbaru mendukung penguatan Wall Street. Pada pekan yang berakhir 1 Mei 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun 92.000 dari sepekan sebelumnya menjadi 498.000. Jumlah klaim tersebut adalah yang terendah sejak pertengahan Maret tahun lalu.

Meski pasar tenaga kerja terus membaik, tetapi masih jauh dari kata ideal. Sebab, klaim tunjangan pengangguran yang tergolong sehat ada di kisaran 200.000-250.000.

Oleh karena itu, pasar masih yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar selama belum tercipta maximum employment. Suku bunga acuan akan tetap rendah, mendekati 0%.

"Investor di pasar saham bersemangat karena iklim suku bunga rendah sepertinya masih akan bertahan cukup lama, ditambah dengan adanya stimulus fiskal dari pemerintah. Kita juga melihat data ekonomi terus menunjukkan perbaikan," kata Sam Stovall, Chief Investment Strategist di CFRA Research, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Hijaunya Wall Street diharapkan menjadi penyemangat investor di Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Sepertinya mata uang Negeri Paman Sam semakin tertekan, pada pukul 03:09 WIB, Dollar Index terpangkas hingga hampir 0,5%.

"Dolar AS mungkin akan menghadapi periode yang menyakitkan untuk beberapa waktu ke depan. Sebab, kini pasar yakin bahwa yield obligasi pemerintah AS sudah terkendali," kata Edward Moya, Senior Market Analyst di OANDA, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kini investor menantikan data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-fam payroll) dan tingkat pengangguran AS periode April 2021 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi AS menciptakan 978.000 lapangan kerja bulan lalu, lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebanyak 916.000.

Namun, seperti telah disinggung sebelumnya, masih banyak rakyat Negeri Adidaya yang belum mendapat pekerjaan setelah terdepak akibat pandemi. Pada Maret-April 2020, saat AS memberlakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut, lapangan kerja menyusut hingga 21,04 juta.

Selepas itu, kondisi membaik dan lapangan pekerjaan terus tercipta. Namun sejak Mei 2020 hingga Maret 2021, lapangan kerja yang tercipta baru 13,95 juta. Artinya masih ada lebih dari 7 juta rakyat AS yang belum mendapatkan pekerjaan, masih menganggur.

Oleh karena itu, sulit berharap The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Perekonomian AS masih membutuhkan 'rangsangan' untuk tumbuh, salah satunya adalah dengan suku bunga rendah. Ini tentu bukan kabar baik buat dolar AS.

Jika pelemahan dolar AS berlanjut sepanjang hari ini, maka investor bakal 'kabur' dan memilih menempatkan dana di instrumen yang bisa memberikan cuan. Itu ada di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Apalagi hari ini Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan angka cadangan devisa per akhir April 2021. Trading Economics memperkirakan angkanya akan berada di US$ 139 miliar. Jika terwujud, maka akan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia mereka.

Cadangan devisa yang kuat mencerminkan bahwa MH Thamrin punya 'amunisi' yang kuat untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Saat nilai tukar stabil, investor akan lebih merasa aman dan nyaman berinvestasi di Indonesia.

Jadi, siap-siap saja IHSG, obligasi pemerintah, dan rupiah bakal menguat hari ini. Dengan syarat dolar AS tidak bangkit di tengah jalan.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikit sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data perdagangan internasional China periode April 2021 (10:00 WIB).
  2. Rilis data cadangan devisa Indonesia periode April 2021 (10:00 WIB).
  3. Rilis data perdagangan internasional Jerman periode Maret 2021 (13:00 WIB).
  4. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Zebra Nusantara Tbk (10:00 WIB).
  5. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Puradelta Lestari Tbk (10:00 WIB).
  6. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Baramulti Suksessarana Tbk (14:00 WIB).
  7. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Prima Globalindo Logistik (14:00 WIB).
  8. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank Harda Internasional Tbk (14:30 WIB).
  9. Rilis data perdagangan internasional Prancis periode Maret 2021 (13:45 WIB).
  10. Rilis data cadangan devisa China periode April 2021 (15:00 WIB).
  11. Rilis data penciptaan lapangan kerja dan tingkar pengangguran AS periode April 2021 (19:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular