
Lagi Banyak Kabar Bagus, IHSG Harusnya Bisa Ngegas Nih

Harga saham-saham AS yang sempat terkoreksi tampaknya dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan aksi beli. Wall Street kembali ditutup ceria pagi tadi. Tiga indeks acuan utamanya sukses melenggang ke zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,35%. Indeks S&P 500 melompat 1,14% dan terakhir Nasdaq Composite yang berisi saham-saham teknologi ikut terdongkrak dengan apresiasi sebesar 0,99%.
Wall Street mulai menunjukkan tanda-tanda beringasnya lagi. Setelah tertekan oleh kenaikan yield kini saham-saham di AS mulai berlaga. Sinyal Powell direspons positif oleh pasar.
"Kebijakan moneter akomodatif dan perlu terus akomodatif ... Harapkan kami untuk bergerak dengan hati-hati, sabar, dan dengan banyak peringatan dini," kata sang nakhoda The Fed, sebagaimana diwartakan Reuters.
Otoritas moneter AS itu memperkirakan ekonomi Paman Sam akan mengalami ekspansi 6% tahun ini. Namun Powell selalu menegaskan bahwa pemulihan ekonomi tidak berarti harus melakukan pengetatan moneter.
Suku bunga acuan masih akan ditahan rendah. The Fed juga akan melanjutkan program pembelian aset seperti obligasi pemerintah sebesar US$ 120 miliar setiap bulannya sampai ada tanda-tanda kemajuan yang signifikan.
Likuiditas yang berlimpah dan ekonomi AS yang mulai bergeliat seiring dengan program vaksinasi yang berjalan agresif, ketakutan inflasi yang tinggi pun mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah anggota Kongres dari Partai Republik.
"Baik itu GameStop, Bitcoin, real estat, komoditas, kami melihat harga aset yang cukup tinggi dan tanda-tanda inflasi," kata Senator Republik Pat Toomey. Powell pun merespons bahwa untuk saat ini fokus utama adalah mengembalikan ekonomi di jalurnya.
Untuk sampai ke sana uluran tangan bank sentral masih diperlukan. Apalagi saat ini kondisi pemulihan ekonomi juga tidak terjadi secara merata. Kendati laju vaksinasi di AS tembus 1,5 juta orang per hari dan kasus Covid-19 turun, banyak masyarakat yang masih menderita.
Ada 10 juta pekerjaan yang hilang saat krisis kesehatan tersebut membuat kebijakan karantina wilayah diterapkan termasuk di AS. Wajar sebenarnya jika Powell membawa-bawa isu ketenagakerjaan karena The Fed diberi dua mandat utama (dual mandate) yaitu memaksimalkan serapan tenaga kerja dan menjaga stabilitas harga.
Kembali ke pasar, sebenarnya banyak yang sudah memberikan alarm bahwa pasar saham AS sedang bubble. Logikanya, bagaimana bisa saat ekonomi dilanda krisis tetapi harga saham malah mencetak rekor tertinggi? Golongan ini melihat bahwa pasar terlalu berjalan jauh di depan ekonomi riil yang saat ini masih tertatih.
Namun bagi sebagian kalangan, suku bunga yang rendah, imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang negatif dan kinerja keuangan yang solid korporasi bisa menjadi fundamental pendukung kenaikan saham saat ini.
(twg/twg)