
Duh! Perhatian Pasar (Terpaksa) Balik Lagi ke Isu Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham nasional kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa (2/2/2021) meski sepanjang hari dominan bergerak di zona hijau. Hari ini, potensi penguatan kian lebar mengikuti beli bersih asing di beberapa saham unggulan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup melemah 0,39% ke 6.043,818. Sebanyak 247 saham menguat, 234 tertekan dan 146 lainnya flat. Transaksi bursa terhitung tinggi dengan 24 miliar lebih saham diperdagangkan, sebanyak lebih dari 1,7 juta kali transaksi.
Nilai transaksi bursa tercatat Rp 17,8 triliun, di mana investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) hingga Rp 544 miliar di pasar reguler, yang menunjukkan mereka cenderung memilih melepas asetnya.
Saham bank terkoreksi di tengah rilis kinerja keuangan mereka per 2020 yang menunjukkan adanya tekanan laba bersih akibat pandemi, sedangkan saham baterai tertekan di tengah sentimen buruk penundaan kedatangan tim Tesla ke Indonesia untuk survei pembangunan pabrik baterai.
Sebelumnya, Tesla sempat akan ke Indonesia awal Januari lalu diundur pada Februari. Namun, kemarin Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan perwakilan Tesla membatalkan rencana kunjungannya di Februari 2021 karena protokol kesehatan.
Tiga saham dengan transaksi besar kompak terkoreksi menembus batas koreksi harian maksimal (auto reject bawah/ARB), yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Timah Tbk (TINS).
Tiga saham unggulan perbankan juga melemah yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang turun 0,9%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,3% dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 3,4%.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,07% ke Rp 14.020/US$ dan kemudian betah di level tersebut hingga penutupan perdagangan.
Di tengah kondisi demikian, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) terus menguat. Mayoritas SBN mencetak koreksi imbal hasil (yield). Yield SBN seri FR0082 dengan jatuh tempo 10 tahun yang menjadi acuan obligasi negara turun 7,9 basis poin (bp) ke 6,19%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melesat 475,6 poin pada perdagangan Selasa (2/2/2021), menyambut kian kuatnya sentimen positif karena kasus GameStop dinilai tak sistemik lagi.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,6% ke 30.687,48 sedangkan S&P 500 naik 1,4% ke 3.826,31 sedangkan Nasdaq naik 1,6% ke 13.612,78.
Saham GameStop yang mencuri perhatian karena menjadi ajang perlawanan investor ritel terhadap hedge fund pelaku jual kosong (short selling) anjlok 60%, setelah kemarin drop 30%. Pada pekan lalu, saham perseroan melompat hingga 400%.
Short selling adalah transaksi di mana investor melakukan penjualan saham yang tak dimiliki. Dia meminjam saham dari sekuritas dan menjualnya sekarang, untuk dibeli ketika sahamnya ambruk ke depan dan mengembalikannya ke sekuritas dengan nilai lebih kecil.
Saham lainnya yakni AMC Entertainment anjlok 41%. Investor pun menduga bahwa aksi spekulatif dari pada investor ritel tersebut kian melemah, yang dinilai sebagai hal positif di pasar saham.
"Tak pelak lagi, seperti halnya short squeeze lain yang dipicu aspek teknikal, roket Reddit kehabisan bahan bakar dan kini terhempas lagi ke bumi," tutur Max Gokhman, Kepala Aokasi Aset Pacific Life Fund Advisors, kepada CNBC International.
Setelah melihat hukum gravitasi bekerja dan aspek fundamental kembali bicara, lanjut dia, pelaku pasar lainnya pun kembali nyaman kembali masuk ke pasar sehingga memicu penguatan saham-saham unggulan yang ada.
Pada Senin kemarin, Dow Jones bertambah nyaris 230 poin dan semua sektor di indeks S&P 500 juga menguat. Bursa saham terbesar dunia tersebut berupaya untuk pulih dari koreksi pekan lalu, yang menjadi koreksi mingguan terburuk sejak Oktober 2020.
Investor terus memantau kelanutan negosiasi stimulus di Washington, di mana Partai Republik mengajukan proposal stimulus tandingan, yang nilainya lebih kecil dari rencana Presiden AS Joe Biden senilai US$ 1,9 miliar.
Biden telah menemui perwakilan mereka kemarin, yang menurut juru bicara Gedung Putih Jen Psaki merupakan pertemuan yang "substantif dan produktif."
Perhatian pelaku pasar saat ini lebih tertuju pada risiko utama yang membayangi perekonomian nasional, yakni penanganan pandemi. Perkembangan kasus kematian di Indonesia akibat Covid-19 terus memburuk dan Indonesia menjadi yang terburuk di Asia mengalahkan India.
Berdasarkan data Worldometers per Selasa (2/1/2021), Indonesia memiliki 175.349 kasus aktif, sementara India hanya memiliki 164.278 kasus aktif. Kasus aktif merupakan jumlah orang yang masih dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.
Indonesia juga menduduki peringkat ke-4 dengan kasus terjangkit terbanyak di Asia, dan peringkat ke-19 dengan kasus positif pada tingkat global. Pertanyaan besar pun muncul seputar daya tampung fasilitas isolasi dan perawatan.
"Perkembangan minggu ini buruk. Kondisi ini harus dipertahankan, angka kematian harus ditekan. Namun pada minggu ini angka kematian naik tajam 25,3% dari pekan yang lalu. Ini adalah kondisi yang jadi perhatian kita bersama," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, Selasa (2/2/2021).
Wiku menegaskan bahwa angka kematian masih mengalami fluktuasi dengan angka kematian yang belum berhasil dikendalikan. Pada minggu ini, angka kematian tercatat sebagai yang tertinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus positif bertambah 10.379 menjadi 1.099.687. Kasus meninggal bertambah 304 menjadi 30.581. Akibat kenaikan kasus yang terus terjadi, Wiku mengatakan bahwa saat ini kondisi RS di seluruh Indonesia sudah hampir penuh.
"Banyak berita pasien positif menunggu lama mendapatkan pelayanan, ruangan isolasi atau ICU. Terpaksa harus isolasi mandiri di rumah, meski gejala sedang. Ini harus menjadi refleksi bersama," katanya. Ruang isolasi di Jakarta saja, saat ini telah mencapai 79%.
Jika fasilitas isolasi dan perawatan penuh, maka kurva penularan Covid-19 berpeluang melonjak karena pasien Covid-19 hanya akan melakukan isolasi dan perawatan mandiri yang belum tentu dijalankan dengan efisien dan bahkan berpeluang menulari mereka yang berada di lingkungan terdekatnya.
Hal inilah yang membuat selera investasi pemodal ke bursa saham cenderung tertahan. Ada risiko besar yang membayangi perekonomian nasional jika kasus Covid-19 terus meledak, sementara Pemeberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tak berjalan efektif. Vaksinasi yang menjadi salah satu solusi pandemi pun saat ini belum dijalankan secara masif.
Di sisi lain, saham baterai yang selama ini menjadi salah satu penggerak IHSG berpeluang mendapatkan jeda koreksi, menyusul penjelasan Kementerian BUMN di depan anggota DPR mengenai detil rencana pengembangan industri baterai mobil listrik nasional.
Pahala Nugraha Mansury, Wakil Menteri BUMN, mengatakan besarnya cadangan nikel di Indonesia akan memiliki nilai tambah lebih besar bila diolah menjadi industri hilir seperti baterai kendaraan listrik. Apalagi, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Dia mengatakan, dampaknya ke perekonomian Indonesia bisa mencapai sekitar US$ 25 miliar atau sekitar Rp 400 triliun pada 2027 mendatang. Namun ini semua, lanjutnya, hanya bisa terjadi bila bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki teknologi.
Perusahaan induk yang dibentuk pemerintah, yakni Indonesia Battery Holding, nantinya bisa membentuk usaha patungan (joint venture) dengan mitra potensial yang membawa modal, teknologi, dan pasarnya.
Perusahaan holding tersebut bakal dibentuk pada semester 1 ini terdiri dari empat BUMN antara lain MIND ID atau PT Inalum (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik mengakui BUMN tersebut tengah bernegosiasi dengan sejumlah calon mitra seperti perusahaan baterai asal China CATL, perusahaan asal Korea Selatan LG, dan perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat Tesla.
Dengan demikian, arah reli yang terbentuk di saham terkait nikel dan logam mineral penyusun baterai sudah benar. Laju koreksi pun berpeluang melambat, karena Tesla bukan lagi faktor kunci, karena masih ada investor strategis lain yang bakal dilibatkan dalam visi baterai nasional.
Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- PMI sektor jasa Jepang per Januari versi Jibun Bank (06:00 WIB)
- PMI sektor jasa China per Januari versi Caixin (07:00 WIB)
- PMI sektor jasa Uni Eropa per Januari versi Markit(09:00 WIB)
- RUPSLB PT Asuransi Ramayana Tbk (10:00 WIB)
- Rilis data inflasi Januari Uni Eropa (10:00 WIB)
- Rilis data tenaga kerja AS versi ADP (13:00 WIB)
- PMI sektor jasa AS per Januari versi ISM (13:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Data dan Indikator Ekonomi Makro | Satuan | Nilai |
Pertumbuhan Ekonomi Q320 | % yoy | -3.49 |
Inflasi Januari 2021 | % yoy | 1.55 |
BI 7 Day Reverse Repo Rate Januari 2021 | % | 3.75 |
Surplus/Defisit Anggaran 2020 | % PDB | -6.34 |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Q320 | % PDB | 0.36 |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Q30 | US$ Miliar | 2.05 |
Cadangan Devisa November 2020 | US$ Miliar | 135.9 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Moment of Truth! Siap-siap Simak Rilis Inflasi AS