Newsletter

Ada Joe Biden & Blue Wave, Siap-Siap IHSG Tembus 6.500!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 January 2021 06:30
Presiden AS Joe Biden didampingi Wakil Presiden Kamala Harris
Foto: Presiden AS Joe Biden didampingi Wakil Presiden Kamala Harris menandatangani dokumen deklarasi pelantikan di Ruang Presiden di US Capitol setelah upacara pelantikan di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021. (Jim Lo Scalzo/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri menguat pada perdagangan Rabu kemarin, sentimen positif datang dari Amerika Serikat (AS) yang akan melantik Joseph 'Joe' Biden menjadi Presiden ke-46.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (21/1/2021), pasar keuangan Indonesia berpeluang kembali menguat, sentimen positif tidak hanya dari dilantiknya Joe Biden, tetapi juga dari blue wave. Selain itu Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini. Faktor-faktor yang menggerakkan pasar tersebut akan dibahas pada halaman 3.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,71% ke 6.429,758. Data perdagangan menunjukkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 757,4 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 25,1 triliun.

Kemudian rupiah membukukan penguatan 0,21% melawan dolar AS ke Rp 14.020/US$. Kemudian obligasi Indonesia bervariasi ada yang menguat ada yang melemah. Hal tersebut terlihat dari yield Surat Berharga Negara (SBN) ada yang naik dan turun.

Yield SBN 10 tahun turun 1,7 basis poin (bps) menjadi 6,275%. Selain tenor 10 tahun, SBN yang mengalami penguatan lainnya yakni tenor 1 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun.
Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat yield turun berarti harganya naik, begitu juga sebaliknya.

Joe Biden akan dilantik menjadi Presiden AS Rabu (20/1/2021) siang waktu setempat, menggantikan Donald Trump yang kalah dalam pemilihan umum November tahun lalu.


Begitu dilantik, Biden akan langsung bergabung kembali dalam perjanjian iklim Paris, dimana Trump sebelumnya keluar dari perjanjian tersebut. Biden juga akan mencabut larangan Muslim datang ke AS, kemudian mewajibkan penggunaan masker.

Pada hari Kamis, Biden akan menandatangani peraturan presiden terkait dengan pembukaan kembali sekolah dan dunia usaha. Di hari Jumat, ia kan memerintahkan Kabinetnya untuk segera bertindak memberikan bantuan ekonomi bagi keluarga yang terdampak krisis akibat Covid-19.

Selain itu, Biden juga akan menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Pada bulan Maret 2020 lalu, pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal pertama akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) senilai US$ 2 triliun.

Stimulus tersebut menjadi salah satu alasannya bangkitnya bursa saham AS (Wall Street) hingga memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, setelah sebelumnya merosot tajam akibat sedang pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang membuat pelaku pasar panik. 

Selain itu, setelah stimulus tersebut dirilis, nilai tukar dolar AS terus melemah, maklum saja jumlah uang tunai yang bereda di perekonomian menjadi bertambah.
Efek yang sama kemungkinan besar akan terjadi setelah stimulus fiskal dari Biden cair.

Calon menteri keuangan AS Janet Yellen, saat berbicara di hadapan Komite Finansial Senat mengatakan stimulus fiskal akan menjadi fokus pertama nanti.

"Itu (stimulus fiskal) akan menjadi fokus utama saya jika saya menjadi menteri keuangan, fokus pada kebutuhan para pekerja yang tinggal di kota dan pedesaan, dan memastikan kami akan memiliki perekonomian yang baik yang memberikan pekerjaan dan gaji yang bagus," kata Yellen sebagaimana dilansir CNBC International.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Biden Dilantik, Wall Street Cetak Rekor Lagi

Bursa saham AS (Wall Street) kembali mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah, setelah Joe Biden resmi dilantik menjadi Presiden ke-46. Laporan earning yang apik dari beberapa emiten juga mengangkat sentimen pelaku pasar.

Indeks Dow Jones menguat 0,83% ke 31.188,38, indeks S&P 500 melesat 1,39% ke 3.651,85, dan Nasdaq memimpin dengan penguatan nyaris 2% ke 13.457,25.

Rencana stimulus fiskal sebesar US$ 1,9 triliun yang akan digelontorkan Joe Biden menjadi pemicu penguatan Wall Street. Dengan stimulus tersebut diharapkan perekonomian AS bisa bangkit lebih cepat, begitu juga dengan penanggulangan Covid-19.

"Isu lainnya bisa mundur dulu dikalahkan oleh perhelatan di Washington karena investor mencari perubahan kebijakan yang besar ke depannya dan outlook pemerintahan yang baru," tutur Kepala Perencana Pasar TD Ameritrade JJ Kinahan kepada CNBC International.

Proposal stimulus Biden memasukkan bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 1.400 ke warga AS dan perpanjangan tunjangan penganggur serta bantuan untuk pemerintahan lokal dan negara bagian. Demikian juga dengan dana penanggulangan pandemi dan program vaksinasi.

Dari lantai bursa, Harga saham Netflix melesat nyaris 17% setelah perseroan melaporkan pertumbuhan pelanggan yang kuat dan menyatakan akan mempertimbangkan pembelian kembali (buyback) sahamnya di pasar.

Perseroan mendapatkan berkah pandemi dengan mencetak 8,5 juta pelanggan, atau melesat dibandingkan dengan antisipasi analis sebesar 6,47 juta orang.

Saham Morgan Stanley menguat di awal perdagangan setelah pengumuman kinerja keuangan perseroan per kuartal IV-2020 yang melampaui estimasi pasar, tetapi di penutupan perdagangan malah terkoreksi 0,2%. Begitu juga dengan saham Procter & Gamble melemah 1,3% meski melaporkan kenaikan pendapatan berkat produk sanitasinya di tengah pandemi.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Wall Street yang mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa usai dilantiknya Joe Biden tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia hari ini, termasuk bagi IHSG sehingga berpeluang melanjutkan reli, bahkan bisa saja menembus 6.500. Begitu juga dengan rupiah, berpeluang menembus ke bawah Rp 14.000/US$. 

Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai. Hal ini tentunya memudahkan Biden dalam mengambil kebijakan, termasuk dalam meloloskan paket stimulus US$ 1,9 triliun.

Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik.

Kemarin, 3 senator dari Partai Demokrat dilantik, Raphael Warnock dan Jon Ossoff dari Negara Bagian Georgia, serta Alex Padilla dari California. Partai Demokrat kini memiliki 50 senator sama dengan Partai Republik, tetapi memiliki satu suara lebih banyak yakni dari Wakil Presiden Kamala Harris.

Untuk diketahui, jumlah anggota Senat di AS sebanyak 100 orang, dimana setiap negara bagian memiliki 2 senator.

Berdasarkan undang-undang dasar AS, pasal 1 ayat 3, Wakil Presiden AS merupakan presiden Senat, dan tidak memberikan suara, kecuali saat voting hasilnya imbang. Artinya ketika mengambil keputusan hasil voting seimbang 50 lawan 50, maka Wakil Presiden Kamala Harris berhak memberikan suaranya. Hal tersebut tentunya membuat Partai Demokrat kini menguasai Senat AS.

Untuk saat ini, blue wave menjadi kabar baik, stimulus fiskal US$ 1,9 triliun bisa segera cair. Tetapi dalam jangka panjang, ada kemungkinan akan memberikan sentimen negatif ke pasar saham, sebab Joe Biden berencana menaikkan pajak.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pertama di tahun 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,75%.

"Rupiah meroket pada November 2020 dengan apresiasi 3,5% terhadap dolar AS. Kemudian pada Desember 2020 masih menguat 0,5%. Namun akhir-akhir ini rupiah terpapar tekanan jual. Oleh karena itu, kami memperkirakan BI akan bermain aman dengan mempertahankan suku bunga acuan selagi menunggu dampak vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19)," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Stabilitas rupiah menjadi salah satu alasan BI diramal mempertahankan suku bunga acuannya. Jika suku bunga kembali diturunkan, maka yield obligasi di Indonesia juga akan menurun, hal ini dapat membuat capital inflow menjadi seret, bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi outflow yang bisa menekan rupiah. Sebab selisih yield dengan negara-negara maju, misalnya dengan AS akan menyempit, hal itu membuat Indonesia sebagai negara berkembang menjadi kurang menarik.

Negara berkembang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi ketimbang negara maju, sehingga untuk menarik aliran investasi diperlukan yield yang lebih tinggi.

Stabilitas rupiah juga menjadi penting bagi investor asing masuk ke pasar saham, sebab jika rupiah melemah maka investor risiko rugi akibat kurs menjadi meningkat.

Stabilitas rupiah juga penting untuk menjaga inflasi agar tidak tinggi, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang membuat daya beli masyarakat menurun, kenaikan inflasi bisa menjadi masalah.

Selain BI, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) serta European Central Bank (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan moneter hari ini. Baik BoJ dan ECB diprediksi belum akan merubah kebijakannnya, tetapi proyeksi-proyeksi yang diberikan tentunya bisa menjadi penggerak pasar hari ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Data dan Agenda Berikut

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data tenaga kerja Australia (7:30 WIB)
  • Pengumuman kebijakan moneter bank sentral Jepang/BoJ (tentative)
  • Pengumuman kebijakan moneter BI (14.00 WIB)
  • Pengumuman kebijakan moneter bank sentral Eropa/ECB (19:45 WIB)
  • Rilis data indeks aktivitas manufaktur Philadelphia (20:30 WIB)
  • Rilis data klaim tunjangan pengangguran AS (20:30 WIB)


Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Data dan Indikator Ekonomi Makro

Satuan

Nilai

Pertumbuhan Ekonomi Q320

%yoy

-3.49

Inflasi 2020

%yoy

1.68

BI 7 Day Reverse Repo Rate November 2020

%

3.75

Surplus/Defisit Anggaran 2020

%PDB

-6.34

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Q320

%PDB

0.36

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Q30

US$ Miliar

2.05

Cadangan Devisa November 2020

US$ Miliar

135.9

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular