Newsletter

Reshuffle Bawa Kepastian, IHSG Berpeluang Melenggang

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 December 2020 06:19
New York Stock Exchange, (NYSE)
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkoreksi pada perdagangan Selasa (22/12/2020), mengabaikan kesepakatan Kongres atas paket stimulus senilai US$ 900 miliar karena masih belum sirnanya kekhawatiran atas temuan strain baru virus Corona di Inggris.

Bantuan pandemi itu dilekatkan dengan pencairan dana operasional pemerintahan senilai US$ 1,4 triliun sampai dengan 30 September. Kini, pasar tinggal menunggu tanda-tangan Presiden AS Donald Trump sebelum stimulus itu cair.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 200,9 poin (-0,7%) ke 30.015,51. Indeks S&P 500 surut 7,7 poin (-0,2%) ke 3.687,26. Namun, Nasdaq naik 0,5% ke rekor tertinggi baru 12.807,92 berkat lonjakan saham Apple sebesar 2,9% setelah perseroan merilis rencana produksi mobil.

Dengan dua pekan perdagangan tersisa di tahun 2020, indeks S&P 500 tercatat meroket lebih dari 14% sepanjang tahun berjalan, sedangkan indeks Dow Jones lompat di atas 5%. Indeks Nasdaq terbang 42% karena investor memburu saham teknologi yang relatif tahan pandemi.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin kepada CNBC International mengatakan bahwa warga AS bakal mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dalam beberapa hari ke depan alias sebelum rump meninggalkan Gedung Putih.

"Babak paket ini hanya memperkuat bahwa ada angin pendorong ekonomi dan bursa secara struktural dan masif jelang 2021, yang bersifat positif dalam jangka lebih panjang bagi saham siklikal berbasis nilai," ujar pendiri Sevens Report Tom Essaye seperti dikutip CNBC International.

Pelaku bursa masih dicekam kecemasan munculnya mutasi Covid-19 di Inggris yang memaksa pemerintah Inggris menutup London dan kawasan Tenggara serta melarang kerumunan Natal. Saham American Airlines dan United Airlines anjlok masing-masing sebesar 3,2% dan 2,5%.

Varian baru virus Corona, yang disebut 70% lebih menular ketimbang strain sebelumnya telah teridentifikasi di Italia, Belanda, Belgia, Denmark dan Australia. Beberapa negara pun menutup perbatasannya dari Inggris dan melarang penerbangan ke Negeri Beatles tersebut.

Namun, banyak kalangan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menilai bahwa vaksin besutan Pfizer-BioNtech dan Moderna bakal efektif mengatasi varian terbaru itu dan mutasi virus Covid masih lebih lambat ketimbang virus flu musiman.

Namun, Jonathan Golub, Kepala Perencana Investasi Credit Suisse AS, menilai bahwa pasar masih akan bergerak volatil dalam beberapa bulan ke depan, sebelum kemudian terjadi kenaikan belanja masyarakat pada pertengahan 2021.

"Saya pikir tidak ada kisah yang gampang, lurus, dan mulus mengenai hal ini," ujar Golub. "Dalam tiga-empat bulan ke depan, menurut saya, proses pembukaan kembali perekonomian akan bergelombang."

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular