
Punten Gaes, Wall Street Isyaratkan Sinyal Buruk nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kedatangan vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Tanah Air mampu memberikan efek positif bagi pasar keuangan terutama bursa saham domestik. Aset-aset ekuitas dalam negeri mengalami kenaikan harga, rupiah cenderung menguat tipis sementara imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun ditutup naik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 2,13% pada perdagangan hari ini. Investor asing pun melakukan aksi beli bersih senilai Rp 400 miliar di pasar reguler. Masuknya asing ke bursa saham RI dan kenaikan fantastis harga-harga saham membuat IHSG berhasil tembus level psikologis 5.900.
Rupiah yang awalnya mengalami koreksi pada perdagangan pagi akhirnya berhasil ditutup menguat tipis 0,04% terhadap dolar AS ke level Rp 14.080/US$ di arena pasar spot. Meski mengalami apresiasi yang tipis rupiah berhasil menjadi jawara mata uang di kawasan Benua Asia kemarin.
Data cadangan devisa bulan November dilaporkan mengalami penurunan sebesar US$ 100 juta ke US$ 133,6 miliar. Nominal cadangan devisa Indonesia lebih rendah dari yang diperkirakan bakal naik dan mencapai US$ 136,2 miliar pada November 2020.
Cadangan devisa RI mengalami penurunan tiga bulan beruntun sebesar US$ 3,6 miliar dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Dalam 2 bulan sebelumnya, cadev mengalami penurunan US$ 1,7 miliar dan US$ 1,8 miliar. Sementara di bulan Agustus, cadev mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 137 miliar.
Perkembangan posisi cadangan devisa pada November 2020, lanjut keterangan BI, terutama dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, penerimaan pajak dan devisa migas, serta pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Penurunan cadangan devisa tiga bulan beruntun telah menahan penguatan rupiah. Di sisi lain imbal hasil SBN untuk seluruh tenor juga kompak meningkat. Kenaikan yield mengindikasikan harga obligasi rupiah pemerintah RI ini sedang turun.
Yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 4 basis poin ke level 6,238% pada hari ini.
Kendati CoronaVac (vaksin Covid-19 buatan Sinovav) tiba di Bandara Soekarno-Hatta kemarin malam dan sudah diangkut ke PT Bio Farma (Persero), pelaku pasar masih menunggu kabar lanjutan kapan vaksin bisa didistribusikan dan bisa digunakan masyarakat Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengungkapkan meski vaksin sudah data dan berada di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi masih harus melalui tahapan evaluasi dari Badan POM guna memastikan aspek mutu dan efektivitas dan fatwa MUI untuk aspek halal.
Beralih ke pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks saham utama bursa New York ditutup bervariasi. Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average berakhir di zona koreksi, sementara Nasdaq Composite berhasil melenggang ke zona hijau di akhir perdagangan.
Data perdagangan mencatat S&P 500 turun 0,19% dan Dow Jones yang berisi 30 saham pilihan AS terpangkas 0,49%. Kumpulan saham-saham teknologi AS yang tercermin dari Nasdaq Composite menguat 0,45%.
Pelaku pasar mulai mengantisipasi adanya fenomena pull back di pasar saham AS. Peningkatan kasus infeksi Covid-19 yang signifikan turut menambah keresahan investor. Rata-rata pertambahan kasus baru infeksi Covid-19 di AS dalam tujuh hari terakhir mencapai 196.200 atau meningkat 20% dari pekan sebelumnya.
Tidak hanya pertambahan kasus Covid-19 saja yang melonjak tajam. Angka kematian akibat Covid-19 di AS juga ikut meroket. Hampir 3.000 orang meninggal akibat Covid-19 di Negeri Paman Sam.
Meski prospek vaksin Covid-19 terbilang cerah dan bisa membuat pasar sumringah, akan tetapi potensi pengetatan pembatasan untuk menekan transmisi wabah cukup membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi tertekan.
"Dalam jangka pendek, risiko pembalikan bursa saham yang tipis terus membesar karena memburuknya situasi virus di AS yang bisa memicu pembalikan posisi," tulis Goldman Sachs dalam laporan risetnya, yang dikutip CNBC International.
Peningkatan kasus infeksi Covid-19 yang signifikan dan kebijakan social distancing yang lebih ketat membuat stimulus fiskal jilid II sangatlah dibutuhkan. Namun saat ini belum ada konsensus soal stimulus.
Sebelumnya proposal bipartisan mengajukan usulan nominal stimulus sebesar US$ 908 miliar. Namun usulan tersebut ditolak oleh Senat yang mayoritas didominasi oleh Partai Republik pekan lalu.
Dalam pernyataannya pemimpin mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan bahwa stimulus bisa digelontorkan jika pihak Partai Demokrat mau menurunkan besaran stimulus mendekati level yang diusulkan pihak Republik.
Angka US$ 908 miliar sebenarnya jauh lebih rendah dari usulan awal Demokrat sebesar US$ 2 triliun. Namun angka tersebut masih lebih besar dari yang diusulkan Senat Republik sebesar US$ 500 miliar.
Meski pemimpin Senat Mayoritas Mitch McConnell sudah menolak proposal itu, juru bicara Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya dan McConnell masih berdiskusi soal "komitmen bersama untuk menyelesaikan omnibus [UU stimulus] dan bantuan Covid segera."
Sentimen lain yang menahan koreksi tajam S&P dan Dow Jones adalah perkembangan terbaru soal vaksinasi Covid-19. Mengutip CNBC International, FDA atau semacam BPOM AS diperkirakan bakal merestui penggunaan darurat vaksin minggu ini seiring dengan krisis kesehatan yang semakin memburuk di Negeri Adidaya.
FDA dijadwalkan mengadakan pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologis Terkait, yang dikenal sebagai VRBPAC, pada hari Kamis untuk meninjau vaksin Covid-19 Pfizer dengan produsen obat Jerman BioNTech untuk otorisasi penggunaan darurat.
Wall Street yang ditutup bervariasi pagi tadi tentu bukan kabar yang baik untuk pasar saham Asia yang akan buka pagi ini termasuk bursa saham domestik. Apalagi melihat kondisi IHSG yang sudah reli tak terbendung. Secara month to date, indeks utama saham domestik itu sudah menguat 5% lebih.
Katalis yang mendorong penguatan IHSG tak lain dan tak bukan adalah kedatangan vaksin Covid-19 buatan Sinovac kemarin malam di Bandara Soekarno-Hatta. Ada 1,2 juta dosis vaksin yang sudah dikirim perusahaan bioteknologi asal China itu dan kini disimpan di perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero).
Kedatangan vaksin ini membuat emiten farmasi pelat merah yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) bergerak liar dan ditutup ke level auto reject atas (ARA). Sentimen positifnya adalah KAEF dan INAF sudah ditunjuk oleh Bio Farma untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 di Indonesia nantinya.
Selain KAEF dan INAF, saham emiten distributor alat-alat medis yakni PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) juga melesat tajam. Vaksin Covid-19 memang menjadi satu-satunya harapan untuk bangkit dan hidup normal lagi.
Namun jika ditelusuri lebih lanjut, proses vaksinasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Menurut Menteri BUMN Erick Thohir proses vaksinasi masyarakat RI membutuhkan waktu setidaknya 8-9 bulan.
Saat ini pasokan vaksin yang tersedia untuk Indonesia adalah pasokan dari Sinovac. Meski sudah berada di tahap akhir uji klinis, Sinovac belum melaporkan hasil analisa interim uji klinis tahap tiganya.
Belum ada klaim resmi yang menyatakan seberapa efektif vaksin Covid-19 Sinovac dapat melindungi seseorang dari infeksi patogen ganas tersebut. Ini berbeda dengan Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca yang mengklaim tingkat efektivitasnya dapat mencapai 90%.
Untuk itu proses vaksinasi masih menunggu lampu hijau dari BPOM dan juga MUI untuk kaitannya dengan aspek kehalalan dari vaksin.
Sentimen perdagangan hari ini juga diwarnai dengan rilis data ekonomi nasional. Dari dalam negeri ada rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November.
Pada bulan Oktober IKK turun ke bawah level 80. Perkiraan Trading Economics menunjukkan IKK bulan November berada di angka 85 atau membaik. IKK merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting karena bisa mencerminkan sentimen konsumen.
Sebagai negara yang lebih dari setengah output perekonomiannya disumbang oleh konsumsi domestik. Apabila optimisme konsumen membaik, maka mereka akan mulai membelanjakan uangnya dan roda ekonomi bisa berputar. Ini tentu menjadi sentimen positif bagi pasar.
Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data pertumbuhan PDB Final Jepang kuartal III 2020 (06.50 WIB)
- Rilis data Keyakinan Usaha Australia bulan November 2020 (07.30 WIB)
- Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia bulan November 2020 (10.00 WIB)
- Rilis data Neraca Dagang Prancis bulan Oktober 2020 (14.45 WIB)
- Rilis data PDB kuartal III pembacaan ketiga dan kondisi ketenagakerjaan Euro Area (17.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article DKI Jakarta Tak 'PSBB Total', IHSG & Rupiah Siap Tancap Gas?
