Belum Ada "Hilal" Stimulus, Wall Street Dibuka Terpuruk

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 December 2020 21:53
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka merah pada perdagangan Senin (7/12/2020), menyusul kaburnya rencana stimulus baru di Senat sementara kasus corona terus meningkat.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 73 poin (-0,3%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit memburuk jadi 125,3 poin (-0,41%) ke 29.737,69. Indeks S&P 500 surut 6,78 poin (-0,2%) ke 3.692,34 dan Nasdaq minus 37,35 poin (-0,3%) ke 12.501,58.

Saham Chevron dan Intel menjadi pemberat utama Dow Jones, dengan anjlok masing-masing sebesar 2% dan 1,7%. Namun secara sektoral, indeks saham sektor energi memimpin pelemahan indeks S&P 500 dengan anjlok lebih dari 2%.

"Dalam jangka pendek, risiko pembalikan bursa saham yang tipis terus membesar karena memburuknya situasi virus di AS yang bisa memicu pembalikan posisi," tulis Goldman Sachs dalam laporan risetnya, yang dikutip CNBC International.

Meski persetujuan vaksin kian dekat, lanjut perusahaan tersebut, kenaikan pembatasan sosial atau penghentian aktivitas publik di AS bisa memperlambat pemulihan ekonomi dalam jangka pendek.

Dr. Deborah Birx pada Minggu mengingatkan bahwa kenaikan kasus corona akan menjadi "yang terburuk pernah dihadapi di negeri ini, bukan hanya dari sisi kesehatan publik." Saat ini ada lebih dari 14 juta kasus Covid-19 di AS, dengan 282.000 kematian.

Pada Jumat, indeks Dow Jones melonjak lebih dari 200 poin karena investor menunggu vaksin corona dan kemungkinan tambahan bantuan fiskal. Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat masing-masing sebesar 0,9% dan 0,7%.

Reli terjadi bahkan setelah rilis data tenaga kerja AS yang mengecewakan. Data Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa ada 245.000 lapangan kerja baru tercipta pada November. Ekonom dalam polling Dow Jones semula memperkirakan angkanya bakal sebesar 440.000.

Data yang mengecewakan itu mendorong pemodal menumpukan harapan pada stimulus sebelum akhir tahun ini. Dalam cuitannya pada Jumat, pimpinan Senat Minoritas Chuck Schumer menilai data itu mengindikasikan bahwa AS perlu "bantuan darurat yang kuat dan mendadak."

Presiden terpilih Joe Biden juga menilai bahwa data tersebut membayangi "musim dingin yang gelap." Komentar tersebut muncul setelah proposal stimulus senilai US$ 908 miliar ditolak oleh Senat pekan lalu.

Meski pemimpin Senat Mayoritas Mitch McConnell sudah menolak proposal itu, juru bicara Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya dan McConnell masih berdiskusi soal "komitmen bersama untuk menyelesaikan omnibus [UU stimulus] dan bantuan Covid segera."

Jumlah pasien yang dirawat juga menyentuh rekor sehingga memicu pemerintah di beberapa negara bagian memberlakukan kembali pembatasan sosial.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular