
Siap-siap Cari Cuan, Lur! Vaksin Corona Sudah Tiba di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Risk appetite investor pekan lalu sedang baik sehingga membuat aset-aset keuangan domestik yang cenderung lebih berisiko mengalami kenaikan meski secara bersamaan terjadi lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang signifikan.
Pada periode 30 November - 5 Desember rata-rata pertambahan infeksi Covid-19 di dalam negeri mencapai 5.907 kasus per hari. Jumlah kasus meningkat 13% dibanding minggu sebelumnya yang rata-ratanya mencapai 5.228 kasus per hari.
Pada 3 Desember lalu jumlah kasus bertambah sebanyak 8.369 dalam sehari dan merupakan kenaikan harian paling tinggi yang pernah tercatat. Angka infeksi yang naik tajam disebut oleh satuan gugus tugas penanganan Covid-19 diakibatkan karena masalah kompilasi dan sinkronisasi data dari daerah-daerah dengan pusat.
Meskipun begitu secara tren yang dilihat dari pergerakan 7-day moving average, pertambahan kasus infeksi Covid-19 secara nasional sudah berada di angka 5.800 dalam sehari dan berada di kategori mencemaskan.
Kendati tren kasus Covid-19 terus meningkat, harga aset-aset berisiko seperti saham masih mampu menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan 3,53% pada periode 30 November - 4 Desember.
Kabar Inggris yang telah merestui kandidat vaksin Pfizer-BioNTech sebanyak 800 ribu dosis untuk digunakan secara darurat mulai pekan depan membuat bursa saham global dan domestik ikut terangkat.
Tak mau ketinggalan dengan Inggris, pihak Uni Eropa rencananya juga akan menyetujui penggunaan vaksin Moderna pada akhir tahun atau awal tahun mendatang. Namun peningkatan harga saham-saham di Tanah Air ternyata tidak dibarengi dengan adanya aksi beli dari investor asing.
Asing justru mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp 3,93 triliun dalam sepekan terakhir. Itu artinya peran investor domestik dalam mengerek harga saham lebih dominan dijumpai.
Di saat yang sama kabar bakal berlanjutnya stimulus fiskal jumbo jilid II di AS serta adanya kemungkinan bank sentral the Fed yang bakal menyuntikkan tambahan likuiditas ke sistem keuangan membuat dolar AS terjungkal.
Indeks dolar kini sudah berada di rentang terendahnya dalam dua setengah tahun terakhir. Kombinasi kabar baik vaksin Covid-19 dan anjloknya dolar AS membuat mata uang negara berkembang termasuk Rupiah berhasil menguat.
Namun penguatan rupiah terhadap greenback tercatat tipis saja karena hanya mampu terapresiasi 0,04% pada 30 November - 4 Desember. Maklum rupiah sudah menguat dalam delapan pekan beruntun. Di pasar spot rupiah berhasil ditutup Rp 14.085/US$.
Anjloknya dolar AS juga membuat harga emas kembali terbang yang turut mengerek harga emas Antam. Harga emas Antam berhasil mencatatkan penguatan sebesar 2,02% dalam kurun waktu seminggu belakangan.
Namun harga obligasi rupiah pemerintah RI yang jadi acuan yakni tenor 10 tahun justru mengalami koreksi. Hal ini tercermin dari peningkatan imbal hasilnya (yield) yang sebesar 16 basis poin (bps).
Kasus Covid-19 memang naik dengan signifikan di Indonesia. Namun bank investasi global Morgan Stanley masih optimis terhadap prospek perekonomian di Indonesia tahun depan karena didukung dengan pola pertumbuhan yang lebih tinggi dari rata-rata tren pertumbuhan sebelumnya.
Lebih lanjut dalam laporan terbarunya yang bertajuk 'Tracking Covid-19 : When Goldilocks Meets Covid-19 Resurgence', bank investasi Wall Street itu melihat kenaikan inflasi yang masih jinak serta kebijakan big easy money menjadi suatu hal yang positif.
Pekan kemarin BPS juga mengumumkan bahwa tingkat inflasi bulan November juga mengalami peningkatan menjadi 1,59% (yoy) dari 1,44% (yoy) bulan sebelumnya. Laporan ini turut menjadi sentimen positif lain yang mengangkat pasar keuangan Indonesia.
Setali tiga uang dengan bursa saham domestik, Wall Street juga mencatatkan kinerja impresif pada pekan lalu. Dalam seminggu indeks S&P 500 berhasil menguat 1,7% dan Dow Jones Industrial naik 1%, sementara Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi lebih dari 2%.
Selain kabar vaksin, keberlanjutan diskusi stimulus fiskal jilid II juga turut mengangkat performa bursa saham New York. Proposal bipartisan yang diajukan kini berada di nominal US$ 908 miliar, masih lebih tinggi daripada usulan pihak Republik yang mengusai senat tetapi jauh lebih rendah dari usulan US$ 2 triliun yang diajukan Demokrat.
Menurut Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnell dari Partai Republik, kemungkinan untuk dapat meng-goal-kan paket stimulus jumbo jilid II ini ada asalkan pihak Demokrat mau mendekati angka yang diusulkan oleh Republik.
Rilis data sektor tenaga kerja AS yaitu non-farm payroll yang tidak sesuai dengan harapan juga semakin menambah urgensi adanya stimulus untuk perekonomian. Menurut ketua DPR AS Nancy Pelosi ini menjadi momentum yang tepat untuk Kongres segera bertindak.
Kementerian Tenaga Kerja AS melaporkan adanya penciptaan lapangan kerja sebanyak 245 ribu di bulan November. Angkanya turun dari 610 ribu di bulan sebelumnya dan lebih rendah dari konsensus pasar yang memperkirakan bakal bertambah sebanyak 469 ribu.
Keberlanjutan negosiasi seputar stimulus jumbo ini dibarengi dengan kebijakan moneter ultra akomodatif oleh the Fed yang sering disebut sebagai kebijakan 'big easy money' membuat posisi greenback semakin tertekan dan kini sudah berada di level terendahnya dalam dua setengah tahun terakhir.
Bank sentral AS the Fed sejauh ini telah menggelontorkan stimulus moneter lewat quantitative easing yang nilainya diperkirakan melebihi US$ 3 triliun dan menjadi kebijakan moneter paling ekspansif sepanjang sejarah berdirinya otoritas moneter paling powerful di dunia dalam 106 tahun terakhir.
Dolar AS yang terus tertekan membuat pasar saham Paman Sam menjadi lebih bergairah. Hal ini juga disampaikan dalam laporan terbaru lembaga think tank global yakni Capital Economics.
Kebijakan moneter yang longgar dan prospek pemulihan ekonomi yang semakin terlihat menurut Capital Economics akan mempertahankan koneksi kuat antara pelemahan greenback dengan kuatnya pasar ekuitas.
Untuk pekan ini pasar keuangan global masih akan digerakkan oleh sentimen terkait stimulus dan perkembangan vaksin Covid-19. Semakin mulusnya jalan stimulus akan membuat pasar ekuitas menjadi bullish.
Di sisi lain kabar positif tentang vaksin Covid-19 juga masih akan menghiasi perdagangan awal pekan ini. Kali ini kabar positifnya datang dari RI sendiri. Vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang juga diuji klinis di dalam negeri dan dipesan RI akhirnya mendarat di Tanah Air kemarin malam.
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin yang diangkut menggunakan pesawat milik maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), pesawat jenis Boeing 777-300ER tersebut mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pukul 21.25 WIB pada Minggu (6/12/2020).
Vaksin diangkut dengan meggunakan kontainer khusus bertuliskan ENVIROTAINER berkode RAP81179PC. Tampak beberapa petugas langsung menyemprot konteriner yang baru tiba tersebut.
Kehadiran vaksin Covid-19 di Tanah Air tersebut pun mendapat sambutan dari RI-1 Joko Widodo (Jokowi).
"Saya ingin menyampaikan satu kabar baik, hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta doss vaksin Covid, vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung dari Agustus lalu," kata Jokowi dalam siaran pers-nya kemarin.
"Kita masih mengupayakan 1,8 juta dosis yang akan tiba awal Januari 2021. Selain vaksin dalam bentuk jadi, bulan ini akan tiba 15 juta dosis vaksin dan Januari 30 juta dosis dalam bentuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma," tambah Jokowi.
Dalam sambutannya Jokowi juga menyampaikan penggunaan vaksin ini menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tentu saja ini menjadi kabar baik bagi pasar maupun ekonomi Indonesia ke depan terutama tahun 2021 mengingat performa keduanya masih nyungsep di sepanjang tahun ini akibat merebaknya pandemi.
Hari ini juga bertepatan dengan pengumuman data cadangan devisa Indonesia yang akan dirilis oleh Bank Indonesia (BI). Bank sentral nasional itu mencatat cadangan devisa bulan Oktober berada di US$ 133,7 miliar, turun US$ 1,5 miliar dibandingkan posisi akhir September.
Cadangan devisa untuk bulan November masih berpeluang untuk naik. Apalagi dibarengi dengan tren peningkatan ekspor dan kenaikan harga komoditas terutama untuk batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) yang jadi komoditas unggulan Indonesia.
Trading Economics memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia untuk bulan November akan berada di US$ 136,2 miliar atau mengalami kenaikan sebesar US$ 2,5 miliar dibanding bulan Oktober.
Peningkatan cadangan devisa bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri. BI jadi memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak. Stabilitas rupiah dapat membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di Indonesia, karena risiko kerugian akibat kurs menjadi berkurang.
Selain Indonesia negara-negara lain yang juga akan menyampaikan posisi cadangan devisa bulan November pada hari ini antara lain Jepang, China dan Singapura.
Memasuki akhir tahun, secara musiman biasanya IHSG akan mencatatkan kinerja bulanan yang positif di bulan Desember dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tak terlepas dari adanya fenomena window dressing.
Seperti diketahui, window dressing merupakan manuver yang sering kali dilakukan oleh perusahaan terbuka atau fund manager seperti reksadana untuk 'mempercantik' kinerjanya.
Sejak tahun 2001-2019, IHSG selalu mencatatkan kinerja bulanan yang positif di Desember. Rata-rata return yang dihasilkan dalam kurun waktu tersebut adalah 4,4% (mom). Imbal hasil terendah yang tercatat sebesar 0,4% pada 2013 dan tertinggi sebesar 12,1% (mom) pada 2003.
Ini akan menjadi tenaga tambahan bagi IHSG untuk bisa menutup akhir tahun ini dengan kinerja yang ciamik sebelum menyongsong tahun 2021 yang diharapkan bakal lebih cerah dari tahun ini.
Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Cadangan Devisa Jepang bulan November 2020 (06.50 WIB)
- Rilis data Neraca Dagang China bulan November 2020 (10.00 WIB)
- Rilis data Cadangan Devisa Indonesia bulan November 2020 (11.00 WIB)
- Rilis data Cadangan Devisa China bulan November 2020 (14.00 WIB)
- Rilis data Produksi Industri Jerman bulan Oktober 2020 (14.00 WIB)
- Rilis data Cadangan Devisa Singapura bulan November 2020 (16.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg) Next Article Pekan Penting! Pasar Finansial Bakal Guncang atau Terbang?