Newsletter

Libur Panjang Usai, Zona Merah Menanti IHSG?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 November 2020 06:03
Rilis BPS (Youtube BPS Statistics)
Foto: Rilis BPS (Youtube BPS Statistics)

Wall Street, sebagai kiblat bursa saham dunia yang ambrol pada pekan lalu tentunya akan memberikan sentimen negatif ke IHSG di awal pekan ini. Apalagi, bursa utama Asia juga merosot pada pekan lalu, sementara IHSG masih membukukan penguatan 0,31% dalam 2 hari perdagangan.

Bursa saham di Asia mengalami penurunan lebih dari 1%, indeks Straits Time Singapura bahkan merosot nyaris 4,5%.

Sehingga, risiko IHSG masuk ke zona merah cukup besar pada hari ini.

Sementara itu rupiah masih ada peluang menguat sebab mata uang utama Asia bervariasi pada pekan lalu. Dolar AS memang sedang perkasa, tapi sebenarnya juga menanti hasil pilpres AS.

Setelah pilpres selesai, maka fokus akan tertuju pada stimulus fiskal di AS. Cepat atau lambat stimulus tersebut akan cair, dan saat itu terjadi jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah. Secara teori, dolar AS akan melemah.

Tekanan bagi dolar AS akan lebih besar seandainya Joe Biden memenangi pilpres, sebab stimulus fiskal diperkirakan akan lebih besar ketimbang jika Donald Trump melanjutkan periode permerintahannya.

Survei yang dilakukan oleh NBC News/Wall Street Journal menunjukkan Joe Biden unggul dengan memperoleh 52% suara dalam survei tersebut, sementara Donald Trump 42%.
Mayoritas responden yang disurvei merasa tidak puas dengan cara Presiden Trump menanggulangi pandemi Covid-19.

Sementara itu dari pasar obligasi Asia pada pekan lalu mayoritas mengalami pelemahan yang bisa menjadi sentimen negatif bagi SBN.

Lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan AS, perekonomian yang bangkit di kuartal III-2020, pilpres AS, hingga merosotnya bursa saham global pada pekan lalu mempengaruhi pasar keuangan dalam negeri dari eksternal.

Sementara dari internal data inflasi Indonesia akan mempengaruhi pergerakan IHSG, rupiah, hingga obligasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Oktober pada hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median inflasi 0,08% secara bulanan (month-to-month/MtM). Jika terwujud, ini akan menjadi inflasi bulanan pertama dalam tiga bulan terakhir.

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan 1,44%. Kemudian inflasi inti tahunan berada di 1,815% YoY.

Indonesia yang kembali mengalami inflasi tentunya menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian sudah mulai berjalan kembali.

Indonesia akan melaporkan data PDB kuartal III-2020 pekan ini. Resesi sudah pasti terjadi dan menjadi yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

Meski akan mengalami resesi, jika data menunjukkan Indonesia kembali mengalami inflasi di bulan September, maka harapan perekonomian Indonesia akan bangkit di kuartal IV-2020 semakin besar.

Selain itu ada juga ada aktivitas manufaktur Indonesia bulan September serta tingkat keyakinan bisnis kuartal III-2020 yang akan dirilis hari ini. Ada juga data manufaktur dari Korea Selatan, China, serta dari Eropa.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular