Newsletter

Libur Panjang & Anies Siap Tarik Rem Darurat, Nasib IHSG ?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 October 2020 06:20
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aset-aset keuangan Tanah Air ditutup menguat dalam sepekan kemarin. Di penghujung bulan Oktober, ada libur panjang yang menanti. Untuk itu, investor perlu mencermati berbagai sentimen penggerak pasar yang hanya akan berlangsung singkat minggu ini.

Rupiah menguat 0,14% ke ke Rp 14.650/US$ di arena pasar spot pada 23 Oktober 2020. Sehari sebelumnya, rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.640 per dolar AS.

Pelemahan indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lain membuat rupiah punya momentum untuk menguat. Sebagai catatan, indeks dolar merosot hampir 1% minggu lalu.

Adanya aliran modal masuk (inflow) juga membuat mata uang Garuda sedikit bertenaga untuk melawan dolar AS yang sedang loyo.

Berdasarkan data transaksi 19-22 Oktober 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp 4,04 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp 4,98 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,94 triliun.

Terlihat investor asing mulai mengkoleksi obligasi pemerintah RI yang membuat harganya menjadi terapresiasi. Dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 13 basis poin (bps) ke 6,629%.

Yield atau imbal hasil SBN berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield melemah artinya harga aset pendapatan tetap tersebut mengalami kenaikan.

Bank Indonesia (BI) dalam rilis informasi terbarunya menyebut premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun relatif stabil pada 93,91 bps per 22 Oktober 2020 dari 93,22 bps per 16 Oktober 2020.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,17% ke 5.112,118 sepanjang pekan lalu. Perdagangan di pasar modal sepekan kemarin cenderung sepi sentimen sehingga indeks acuan saham domestik sering bergerak menyamping (sideways).

Kendati IHSG mengalami apresiasi tipis, transaksi di pasar bisa terbilang cukup ramai. Data perdagangan mencatat, total transaksi mencapai Rp 45,1 triliun atau rata-rata Rp 9 triliun per hari.

Kabar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang melaporkan realisasi investasi kuartal III yang masih tumbuh positif menjadi salah satu sentimen pendongkrak pasar.

Pada kuartal III-2020, total investasi yang masuk ke Tanah Air tercatat Rp 209 triliun naik 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).

Penanaman Modal Asing (PMA) pada periode Juli-September 2020 adalah Rp 106,1 triliun, tumbuh 1,1% (yoy). Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah Rp 102,9 triliun, naik 2,1% (yoy).

Membaiknya investasi di kuartal III-2020 tentunya memberikan harapan akan pemulihan ekonomi Indonesia yang bisa dipastikan mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir.

Hanya saja seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri yang dinanti pelaku pasar. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

Berbeda nasib dengan IHSG yang naik tipis, tiga indeks acuan saham Wall Street justru ditutup karam. Indeks S&P 500 terkoreksi setengah persen, Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpangkas nyaris satu persen dan Nasdaq Composite yang berisi saham-saham teknologi AS memimpin pelemahan dengan drop lebih dari satu persen.

Indeks saham bursa New York drop dipicu oleh ketidakpastian akan waktu pengesahan rancangan undang-undang stimulus Covid-19 lanjutan di AS. Terkait stimulus, para pemangku kebijakan di AS berselisih paham soal nominal stimulus yang akan digelontorkan untuk membantu membangkitkan kembali ekonomi Paman Sam yang mati suri.

Partai Demokrat mengusulkan besaran paket stimulus kali ini sebesar US$ 2,2 triliun. Berbeda dengan Demokrat, Partai Republik merasa nominal tersebut terlalu besar dan akan membebani perekonomian AS ke depan karena membengkaknya defisit anggaran serta utang yang semakin menggunung. 

Awalnya Presiden AS Donal Trump mengusulkan besarannya senilai US$ 1,6 triliun. Kemudian mantan taipan AS itu menaikkan tawarannya menjadi US$ 1,8 triliun. Trump pun semakin melunak, tetapi di saat yang sama juga mendapatkan kritikan dari partai pengusungnya yaitu Republik. 

Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan masih mungkin untuk mendapatkan bantuan Covid-19 lagi sebelum pemilu 3 November. Namun semuanya itu tergantung kepada Presiden Donald Trump untuk bertindak, termasuk berbicara dengan Senat Partai Republik yang menolak. 

Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin membantah bahwa Pelosi harus berkompromi untuk mendapatkan paket bantuan, dengan mengatakan perbedaan signifikan tetap ada antara pemerintahan Republik dan Demokrat.

Pasar masih percaya kesepakatan stimulus bakalditetapkan. Namun pertanyaan yang masih tersisa adalah ukuran dan waktunya. 

"Pasar percaya stimulus akan ada. Namun pasar ingin tahu kapan itu akan terjadi karena butuh waktu untuk uang mengalir keluar," kata Lindsey Bell, kepala strategi investasi di Ally Invest, di Charlotte, North Carolina seperti dikutip CNBC Indonesia dari Reuters.

Perdagangan di pekan ini akan berlangsung singkat sebab akan ada libur panjang dalam rangka cuti bersama. Pemerintah menetapkan tanggal 28 Oktober (Rabu) dan 30 Oktober (Jumat) sebagai hari libur cuti bersama. Untuk tanggal 29 Oktober yang jatuh hari Selasa merupakan libur nasional memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Bertepatan dengan libur panjang, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menetapkan perpanjangan PSBB ibu kota untuk dua minggu ke depan terhitung sejak 26 Oktober hingga 8 November 2020. Hal ini sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1020 Tahun 2020.

Selama masa perpanjangan PSBB transisi untuk periode ini, pemerintah daerah DKI Jakarta akan terus memantau perkembangan kasus infeksi Covid-19 di ibu kota. Apabila tidak ada kenaikan kasus yang signifikan maka PSBB akan diperpanjang lagi selama 14 hari. 

Namun bila lonjakan kasus justru terjadi, Gubernur Anies tak segan-segan untuk mengeluarkan kebijakan rem darurat.

"Dalam hal ini, seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta dapat menerapkan kembali kebijakan Rem Darurat (Emergency Brake). Artinya, apabila terjadi tingkat penularan yang mengkhawatirkan, Pemprov DKI Jakarta dapat menghentikan seluruh kegiatan yang sudah dibuka selama PSBB Masa Transisi dan menerapkan kembali pengetatan," ujar Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada Minggu (25/10).

Pengetatan PSBB akan berdampak terhadap pembatasan sebagian besar kegiatan usaha, mulai dari perkantoran, tempat hiburan hingga restoran. Hal ini menjadi kekhawatiran karena omzet dunia usaha akan turun signifikan bila PSBB diperketat atau yang juga disebut sebagai PSBB Total.

Libur panjang yang akan dimulai pada hari Rabu perlu diantisipasi karena berpotensi dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur. Apabila terjadi euforia dan pelanggaran protokol kesehatan semakin meningkat tentu saja hal ini akan berdampak pada kenaikan kasus infeksi Covid-19. 

Kasus infeksi Covid-19 di Tanah Air memang terus mengalami peningkatan, tetapi berbagai indikator seperti tingkat kesembuhan pasien sudah mencapai angka 80%. Ini sebuah prestasi positif. 

Berbagai indikator epidemiologi terutama di wilayah DKI Jakarta juga mengalami perbaikan. Jika melihat dari pergerakan situasi Covid-19 di DKI Jakarta dalam dua minggu terakhir, penularan relatif melandai.

Rata-rata persentase kasus positif sepekan terakhir pada 9,9% dengan ratio test 5,8 per-1000 penduduk dalam sepekan terakhir. Selain itu, rata-rata keterisian tempat tidur isolasi dalam dua minggu terakhir cenderung menurun dari 64% pada 12 Oktober 2020 menjadi 59% pada 24 Oktober 2020.

Keterisian tempat tidur ICU juga relatif menurun dari 68% pada 12 Oktober 2020 menjadi 62% pada 24 Oktober 2020. Indikator pengendalian Covid-19 dari FKM UI yang sempat menurun pada minggu lalu, yaitu dari skor 60 (18 Oktober 2020) telah membaik menjadi skor 64 (24 Oktober 2020).

Nilai reproduksi efektif yang juga menjadi indikasi ada atau tidaknya penularan berada pada skor 1,05 (24 Oktober 2020), dibandingkan skor 1,06 pada 12 Oktober 2020.

Di saat yang sama penegakan protokol kesehatan oleh masyarakat justru malah mengendur. Hasil pengamatan perilaku 3M yang dilakukan oleh Tim FKM dari UNICEF di DKI Jakarta, sempat terjadi penurunan tren kepatuhan pada perilaku memakai masker dari 75% (12 Oktober 2020) menjadi 71% (24 Oktober 2020).

Untuk indikator kepatuhan menjaga jarak dari 75% (12 Oktober 2020) menjadi 73% (24 Oktober 2020. Namun, terjadi perbaikan perilaku mencuci tangan dari 39% (12 Oktober 2020) menjadi 43% (24 Oktober 2020).

Dalam situasi genting seperti wabah sekarang ini, mustahil jika hanya mengandalkan upaya pemerintah saja. Kesadaran kolektif masyarakat untuk melakukan tindakan kooperatif juga mutlak dibutuhkan.

Beralih ke global,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada beberapa negara yang termasuk ke dalam zona bahaya lantaran rumah sakitnya mulai penuh jelang musim dingin. 

Musim dingin yang terjadi di akhir tahun jadi momok yang menakutkan. Pasalnya saat musim dingin tiba berbagai penyakit seperti flu dan bahkan yang dipicu oleh virus Corona biasanya muncul.

Belum tersedianya vaksin yang ampuh dan aman sampai musim dingin tiba semakin mengkhawatirkan dan berpotensi memicu lonjakan kasus infeksi besar-besaran terutama di negara-negara empat musim yang sudah terjangkit parah. 

Kenaikan kasus infeksi banyak terjadi terutama di negara-negara Benua Biru. Prancis, Inggris, Rusia, Republik Ceko dan Italia berkontribusi lebih dari setengah dari semua kasus yang dilaporkan selama periode itu, berdasarkan laporan tersebut.

"Beberapa bulan kedepan akan menjadi sangat sulit dan beberapa negara berada di jalur yang berbahaya," ungkap Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah konferensi pers.

WHO terus mendesak para pemimpin global untuk mengambil langkah antisipasi. Ketidakseriusan dalam penanganan wabah yang sudah menjangkiti hampir 42 juta orang di muka bumi tersebut akan semakin membuat prospek pemulihan ekonomi jadi goyah dan suram. 

Pasar juga perlu mencermati dinamika perpolitikan di Negeri Paman Sam yang sebentar lagi menggelar acara sakral empat tahunannya, apalagi kalau bukan pemilu. Dalam berbagai survei, rival petahana Donald Trump (Republik) yakni Joe Biden (Demokrat) diunggulkan. 

Poling secara nasional memang menjadi indikator popularitas seorang calon presiden AS. Namun poling tersebut tidak serta merta menjadi jaminan bahwa yang lebih populer akan keluar sebagai pemenang. 

Pemilu tanggal 3 November nanti, masyarakat AS tidak langsung memilih pemimpinnya, melainkan orang yang diamanati untuk memilih presiden atau dikenal dengan elektor di setiap negara bagian.

Barulah di penghujung tahun nanti atau tepatnya awal Desember, para elektor berkumpul untuk melakukan voting siapa yang bakal memimpin Negeri Adikuasa untuk periode empat tahun ke depan. Sistem pemilu di AS ini dinamakan dengan electoral college

Dinamika politik di AS serta risiko ketidakpastian yang tinggi memang berpotensi untuk membuat gejolak (volatilitas) di pasar juga akan ikut naik. Perdagangan pasar yang berlangsung singkat pekan ini cenderung membuat investor wait & see

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data penjualan motor Indonesia bulan September (10.30 WIB)
  2. Rilis data Leading Economic Index Jepang final bulan Agustus (12.00 WIB)
  3. Rilis data produksi industri Singapura bulan September (12.00 WIB)
  4. Rilis data penjualan rumah baru AS bulan September (21.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorNilai
Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)-5,32%
Inflasi (September 2020 YoY)1,42%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020)4%
Defisit Anggaran (APBN 2020)-6,34% PDB
Transaksi berjalan (kuartal II-2020)-1,18% PDB
Neraca pembayaran (kuartal II-2020)US$ 9,24 miliar
Cadangan devisa (September 2020)US$ 135,15 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Pekan Penting! Pasar Finansial Bakal Guncang atau Terbang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular