
Resesi Sudah di Depan Mata, Apa Kabar IHSG & Rupiah?

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati berbagai sentimen baik dari dalam maupun luar negeri yang bakal menggerakkan pasar hari ini. Kinerja bursa saham Wall Street yang bagus dini hari tadi diharapkan mampu menjadi energi penguat untuk bursa saham Asia yang bakal buka pagi ini.
Meskipun harga saham-saham mengalami kenaikan, tetap saja tak bisa menutupi fakta bahwa perekonomian global sedang sekarat akibat pandemi Covid-19. Resesi ekonomi menjadi tema global di sepanjang tahun ini.
Fenomena kontraksi output perekonomian dua kuartal berturut-turut itu pun tak pandang buli. Semua negara baik maju maupun berkembang (emerging market) berpotensi besar merasakannya.
Asian Development Bank (ADB) melihat Asia akan jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak enam dekade terakhir. Ekonomi Asia menurut ADB diproyeksikan menyusut ke 0,7% di 2020.
Namun di 2021, ADB memproyeksikan Asia akan tumbuh 6,8%. ADB juga memperkirakan ekonomi kawasan Asia masih sulit tumbuh di sisa tahun ini lantaran pandemi Covid-19 masih belum teratasi.
ADB juga memperingatkan bahwa pemulihan dapat digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan dan tindakan penahanan yang lebih keras.
"Ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tetap kuat, karena gelombang pertama yang berkepanjangan atau wabah yang berulang dapat mendorong tindakan penanggulangan lebih lanjut," kata Yusuki Sawada, Chief Economist ADB.
Indonesia sampai saat ini masih bergelut dengan wabah. Di Tanah Air, gelombang pertama Covid-19 saja masih belum rampung. Kenaikan kasus yang tinggi belakangan ini membuat PSBB masih tetap dijalankan, terutama di wilayah penyumbang kasus terbanyak seperti DKI Jakarta.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sampai saat ini pihaknya terus memonitor dan melihat data-data yang berhubungan dengan makro ekonomi. PSBB kali ini, menurut Sri Mulyani akan mempengaruhi PDB atau Pertumbuhan Ekonomi secara keseluruhan.
"Untuk antisipasi estimasi pertumbuhan ekonomi untuk 2020 ini, kuartal III seperti yang sudah disampaikan ke DPR, kisarannya antara 0% sampai minus 2,1%," kata Sri Mulyani, Selasa (15/9/20202).
Dengan kontraksi ekonomi global yang hebat di kuartal kedua dan pemulihan yang lambat di kuartal ketiga, maka sisa satu kuartal terakhir tahun ini agaknya tak bisa diharapkan juga. Apalagi jika kasus infeksi masih terus bertambah.
Salah satu upaya agar hidup bisa kembali normal adalah mengembangkan vaksin. Lebih dari 170 kandidat vaksin Covid-19 dikembangkan, tetapi yang baru masuk uji klinis baru ada 35 kandidat saja mengacu pada data kompilasi WHO per 9 September 2020.
China sebagai negara pertama yang terjangkit Covid-19 juga menjadi pionir dalam pengembangan vaksin. Banyak negara yang menjajaki kerja sama dengan China untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Kendati demikian, sampai saat ini belum ada kandidat vaksin yang terbukti ampuh dan aman dalam memberikan kekebalan tubuh terhadap serangan patogen ganas. Kalaupun digunakan, kandidat vaksin ini hanya diperbolehkan dalam kondisi darurat saja.
Uni Emirat Arab (UEA) telah menyetujui vaksin virus korona China yang dikembangkan oleh Sinopharm untuk penggunaan darurat bagi petugas kesehatan di garda terdepan.
"Vaksin akan tersedia untuk lini pertama pahlawan pertahanan kami yang berada pada risiko tertinggi tertular virus," kata Otoritas Manajemen Bencana dan Krisis Darurat Nasional UEA dalam sebuah tweet.
Uji klinis vaksin tersebut sampai saat ini masih terus berjalan. Namun pejabat dari UEA mengatakan tak ada dampak negatif signifikan yang dilaporkan selama ini. Kabar positif ini diharapkan mampu membuat harga aset-aset keuangan terutama yang berisiko bisa menguat lagi.
(twg)