
Nasib PSBB DKI Hari Ini, Bisakah Buat Pasar Semringah?

Kinerja Wall Street yang bagus pada dini hari tadi diharapkan mampu menular ke pasar keuangan Asia yang bakal buka pagi ini. Namun, investor juga perlu mencermati sentimen penggerak pasar untuk perdagangan hari ini Kamis (13/8/2020).
Sentimen pertama yang perlu dicermati oleh investor tentunya adalah perkembangan pandemi Covid-19 sendiri. Kasus yang masih terus merebak di berbagai belahan dunia membuat pandemi ini masih menjadi risiko terbesar untuk perekonomian, tak terkecuali untuk Indonesia.
Hari ini akan menjadi hari terakhir untuk PSBB transisi di DKI Jakarta. Namun jika melihat angka pertambahan kasus di ibu kota yang masih tergolong tinggi dan bahkan memimpin pertambahan kasus secara nasional belakangan ini, bukan tak mungkin ke depan PSBB masih akan diperpanjang.
Hal ini juga diamini oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. "Insya Allah diperpanjang," begitu katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia. Sebelumnya pemerintah DKI Jakarta telah mengambil kebijakan rem darurat dengan menerapkan ganjil genap di 25 ruas jalan di ibu kota.
Sentimen kedua datang dari perkembangan vaksin virus corona. Masih dari Rusia, meski pernyataan Putin yang mengatakan Rusia bakal menjadi negara pertama penemu vaksin virus corona menuai kontroversi, nyatanya Negeri Beruang Merah tetap kukuh mempertahankan klaim tersebut.
Hal ini disampaikan oleh CEO Souvereign Wealth Fund Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev. Menurut Dmitriev, Rusia telah mengembangkan vaksin untuk virus corona dalam enam tahun terakhir terutam auntuk penyakit MERS, sehingga wajar saja bila pengembangannya lebih cepat.
Vaksin yang diberi nama Sputnik V itu kabarnya sudah dipesan oleh 20 negara dengan total pemesanan mencapai 1 miliar dosis. Lebih lanjut Dmitriev mengatakan bahwa vaksin baru akan tersedia bulan November ini.
Kendati masih memunculkan banyak keraguan, kabar perkembangan vaksin yang positif terbukti mampu membuat pasar menjadi sumringah.
Sentimen selanjutnya adalah pergerakan indeks dolar. Setelah menguat tajam ada indikasi indeks dolar mulai menunjukkan tanda melandai. Rupiah yang sudah terus-terusan melemah diharapkan bisa menguat.
Investor juga perlu mencermati perkembangan terbaru seputar hubungan AS-China. Setelah saling memberikan sanksi terhadap pejabat masing-masing, duo raksasa ekonomi ini dikabarkan akan mereview kesepakatan dagang fase I pada pertengahan Agustus.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan mewakili kedua negara dalam review tersebut. Di bawah kesepakatan perdagangan fase satu, China telah berjanji untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS sekitar US$ 200 miliar, termasuk produk pertanian dan manufaktur, energi dan jasa.
Mengingat adanya resesi akibat pandemi virus corona, China tertinggal dari target tahun pertamanya untuk meningkatkan pembelian sebesar US$ 77 miliar. Impor barang-barang pertanian lebih rendah dari level 2017, jauh di bawah 50% yang diperlukan untuk memenuhi target tahun 2020 sebesar US$ 36,5 miliar.
(twg)