
Trump Mau Jadi Juru Selamat AS, Bagaimana Reaksi Pasar?

Memasuki perdagangan awal pekan ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang bakal jadi penggerak harga aset-aset keuangan. Pertama tentu terkait perkembangan pandemi Covid-19 baik di dalam maupun luar negeri.
Secara global jumlah kasus infeksi Covid-19 secara kumulatif sudah mendekati angka 20 juta. Angka kematian yang tercatat lebih dari 727 ribu jiwa.
Di AS lonjakan kasus yang masih tinggi membuat total penderita penyakit yang menyerang sistem pernapasan tersebut mencapai 5 juta orang. Lebih dari 162 ribu orang terenggut nyawanya.
Sementara itu di dalam negeri, total penderita Covid-19 secara kumulatif mencapai 125.396. Di kawasan Asia Tenggara, RI berada di peringkat kedua setelah Filipina dengan total kasus mencapai 129.913.
Kenaikan kasus di Tanah Air yang cenderung meningkat ke kisaran angka 2.000 kasus per hari dikhawatirkan membuat pembatasan akan diperketat seperti halnya Filipina yang melakukan lockdown lagi untuk Metro Manila.
Kasus di DKI Jakarta juga cenderung terus mencetak rekor. Tambahan kasus per harinya nyaris mencapai angka 700. Melihat realita ini, pemerintah provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang periode PSBB transisi hingga 13 Agustus nanti.
Selain itu, penerapan ganjil genap di 25 ruas jalan sebagai kebijakan rem darurat (emergency brake) juga diambil oleh pemerintah provinsi. Kasus yang naik di DKI Jakarta memang mengkhawatirkan. Pasalnya DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian Tanah Air dan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB RI.
Sentimen kedua yang perlu dicermati pada perdagangan hari ini adalah kisruh Washington-Beijing. Makin ke sini, Uncle Trump sebagai nahkoda Paman Sam kian beringas membombardir China dengan serangan dari segala sisi.
Seperti yang diketahui, Trump berusaha untuk menyingkirkan perusahaan teknologi asal China yakni TikTiok dan WeChat. Dalihnya adalah untuk melindungi AS karena data masyarakatnya bisa jatuh ke pihak yang salah, dalam hal ini adalah Partai Komunis China.
Tak berhenti sampai di situ, pemerintahan mantan taipan properti AS itu juga menjatuhkan sanksi ekonomi kepada 11 pejabat saat ini dan mantan pejabat China. Salah satunya adalah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.
Lam diberi sanksi karena mendukung pemberlakukan UU Keamanan Nasional Hong Kong. UU ini disahkan China bulan Juni, yang akan menghukum sejumlah pihak yang dikategorikan sebagai penganggu stabilitas Hong Kong.
Di bawah sanksi ekonomi ini, aset Lam di AS akan diblokir dan orang Amerika serta bisnis dilarang berurusan dengan mereka. Ini dinyatakan AS dalam pengumuman resmi Departemen Keuangan.
"Tindakan hari ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa tindakan otoritas Hong Kong tidak dapat diterima," kata Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan ditulis AFP, Sabtu (8/8/2020).
Jelas konflik duo raksasa ekonomi global ini semakin melebar. Eskalasi perseteruan keduanya semakin memperburuk situasi saat ini ketika ekonomi global dirundung nestapa dan harus jatuh ke jurang resesi yang sangat parah sejak depresi hebat 1930.
(twg/twg)