
Bersiap Euforia, IHSG Mau Nanjak Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (21/7/20) ditutup hijau, terbang 1,26% di level 5.115,70. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 92 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,4 triliun.
Kenaikan ini terjadi setelah kandidat vaksin corona dari China telah tiba di Indonesia dan sedang dalam uji klinis. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengkonfirmasi bahwa kandidat vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech dalam proses uji klinis tahap tiga di Biofarma.
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot kemarin, setelah merosot 0,62% kemarin.Pada Selasa (21/7/2020), US$ 1 dibanderol Rp 14.680/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,2% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Akan tetapi Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia kemarin, Selasa (21/7/2020) terkoreksi, justru di saat pasar saham dan nilai tukar rupiah mengalami penguatan menyambut kabar kandidat vaksin corona dari China yang telah tiba di Indonesia dan sedang dalam uji klinis.
Data Refinitiv menunjukkan pelemahan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 2,30 basis poin (bps) menjadi 7,541%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dari bursa acuan dunia, Wall Street Indeks bergerak variatif pada penutupan dini hari tadi Dow Jones berhasil terapresiasi 0,60%, S&P 200 naik 0,17%, dan Indeks Nasdaq turun 0,81%.
Penguatan bursa Paman Sam hari ini sendiri dampak dari rilis data indeks manufaktur yang memberikan sinyal pemulihan ekonomi yang akan berlangsung cepat di AS.
The Chicago Manufacturing Index naik ke angka 4,11 dari 2,61 lebih tinggi daripada perkiraan analis yang meramalkan indeks ini tidak akan terbang ke atas angka 4. Apabila indeks ini berada dibawah angka 0 artinya pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Akan tetapi, penguatan indeks Dow dan S&P 500 terpangkas setelah pemimpin mayoritas senat, Mitch McConnell dilaporkan berkata bahwa peraturan mengenai stimulus yang akan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak virus corona dalam bentuk uang tunai tidak akan selesai dalam 2 minggu kedepan.
Seperti diketahui dalam 2 minggu dana stimulus ini akan habis sehingga ini akan membuat takut para pelaku pasar bahwa stimulus multivitamin dari pemerintah akan berkurang jumlahnya. Mitch sendiri ingin memperpanjang stimulus tersebut paling tidak selama 6 bulan kedepan.
Peraturan ini juga akan mengurangi US$ 600 per minggu yang diggelontorkan Paman Sam untuk pengangguran yang terdampak pandemi corona, ditambah ada keraguan Paman Sam akan terus memotong pajak penghasilan.
Penguatan yang disponsori oleh ciamiknya laporan keuangan perusahaan ini akhirnya harus rela terpangkas. Salah satu emiten yang laporan keuanganya ciamik adalah Coca-Cola serta IBM, perusahaan barang-barang konsumsi dan perusahaan manufaktur chip dan komputer tersebut berhasil tumbuh melebihi konsensus pasar.
Bursa Nasdaq sendiri terkoreksi karena investor melakukan aksi pengambilan keuntungan setelah kemarin lusa nasdaq melesat kencang 2,51%.
Sentimen positif untuk para pelaku pasar hari ini datang dari benua Eropa setelah para pemimpin negara-negara Uni Eropa berhasil sepakat untuk menggelontorkan dana yang jumbo untuk menanggulangi dampak dari pandemi corona.
Kesepakatan yang muncul setelah pertemuan yang dilangsungkan selama 5 hari ini termasuk perjanjian yang mengatakan bahwa European Commission, yakni badan eksekutif Uni Eropa, untuk menggalang dana miliaran euro untuk membantu 27 negara Eropa yang paling terdampak Covid-19.
Kepala pertemuan ini, Charles Michel mengatakan bahwa kesepakatan yang dicapai pada pukul 5:15 waktu setempat ini merupakan kesepakatan yang historis dan menjadi titik balik negara-negara di Benua Biru.
Banyak analis berpendapat apabila kesepakatan gagal dicapai maka ini akan memberikan dampak yang serius bagi perekonomian Eropa bahkan sampai tahun-tahun kedepan.
Para pemimpin Uni Eropa berharap dana sebesar 750 miliar euro dan tambahan 1,1 triliun euro untuk tahun 2021-2027 akan cukup untuk memperbaiki resesi ekonomi terparah Eropa semenjak Perang Dunia Kedua.
Sentimen selanjutnya, harga minyak mentah berhasil menyentuh level tertingginya selama 4 bulan terakhir, kenaikan harga minyak ini sendiri respons dari kesepakatan stimulus yang berhasil dicapai oleh Uni Eropa, yang menyebabkan selera terhadap resiko investor kembali meningkat.
Harga kontrak berjangka minyak mentah jenis WTI terpantau berada di kisaran US$ 41,53 per barel sedangkan untuk jenis Brent breda di kisaran US$ 43,97 per barel.
Sementara itu dari Negeri Paman Sam, tanda-tanda kebangkitan ekonomi kembali muncul setelah angka penjualan rumah tinggal melonjak pada bulan Juni setelah anjlok ke titik terendahnya pada Mei lalu. Sekitar 4,12 juta rumah berhasil terjual naik dari bulan Mei yang hanya sebesar 3,91 juta rumah.
Tingkat konstruksi rumah juga berhasil meningkat 17% pada bulan Juni ini setelah para pekerja konstruksi berhasil meningkatkan penjualan jasanya setelah sebelumnya terhambat karena pembatasan wilayah yang diterapkan.
Dari Benua Kuning Bank of Japan selaku bank sentral Jepang meningkatkan stimulus pinjamanya untuk perusahaan yang memiliki likuiditas kuat menjadi sebesar US$ 1 triliun naik dari US$ 700 miliar, sambil menjaga tingkat bunga tetap stabil, dan tetap berpendapat bahwa perekonomian Jepang akan membaik walaupun perlahan.
Berikut sejumlah rilis data yang terjadwal untuk hari ini.
- Neraca Dagang Thailand Bulan Juni (10:00 WIB)
- Inflasi Malaysia Bulan Juni (11:00 WIB)
- Inflasi Kanada Bulan Juni (19:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Kuartal I-2020 YoY) | 2,97% |
Inflasi (Juni 2020 YoY) | 1,96% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2020) | 4,00% |
Surplus/defisit anggaran (Perpres No 54/2020) | -5,07% PDB |
Surplus/defisit transaksi berjalan (Kuartal I-2020) | -1,42% PDB |
Cadangan devisa (Juni 2020) | US$ 131,72 miliar |
(trp/trp) Next Article Mohon Maaf Investor, Sepertinya IHSG Hari Ini Merah-merahnya
