
Habis Resesi, Terbitlah Kebangkitan Ekonomi?

Selain dari eksternal, dalam negeri juga menjadi fokus. Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate hari ini, yang menjadi penyebab jebloknya rupiah kemarin. Hasil survei Reuters menunjukkan 14 dari 26 ekonom memprediksi BI akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4%.
Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga menghasilkan median BI memangkas suku bunga menjadi 4%.
Inflasi yang sangat rendah memberikan ruang yang lebih besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Pada bulan Juni, inflasi hanya tumbuh 1,96% year-on-year, menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir, tepatnya sejak Mei 2000.
Selain itu, nilai tukar rupiah juga masih cukup kuat, meski belakangan mengalami pelemahan tetapi masih bisa dikatakan normal. Kemudian neraca dagang yang mencatat surplus, sehingga ada peluang defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) membaik.
"BI memiliki ruang yang cukup besar untuk memangkas suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps," kata Anthony Kevin, ekonom di Mirae Asset Indonesia, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (15/7/2020).
"BI baru memangkas suku bunga sebesar 75 bps, jauh di bawah The Fed 150 bps, juga jauh di bawah bank sentral lainnya," tambahnya.
Penurunan suku bunga dapat membantu perekonomian berputar lebih cepat dan segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Sehingga saat BI memangkas suku bunga, rupiah cenderung menguat.
Tetapi kali ini tidak seperti biasanya, peluang pemangkasan suku bunga oleh BI direspon negatif oleh pasar. Sebabnya, saat suku bunga dipangkas, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Sehingga daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, rupiah pun kehabisan "bensin".
Tetapi, meski rupiah berisiko melemah, penurunan suku bunga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang akan memberikan pondasi kuat bagi Mata Uang Garuda untuk kembali perkasa. Hal ini juga yang berpeluang membawa IHSG ke zona hijau hari ini.
Selain BI, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga akan mengumumkan kebijakan moneter hari ini, tetapi setelah pasar dalam negeri ditutup. ECB diramal tidak akan merubah kebijakan ataupun menambah stimulus moneternya. Pada bulan lalu, bank sentral pimpinan Christin Lagarde ini menambah stimulus melalui Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) senilai 600 miliar euro menjadi 1,35 triliun euro.
(pap/pap)