Newsletter

Dear Investor, 'Cuaca' Sepertinya Tak Bersahabat, Sudah Siap?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 June 2020 06:05
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Pekan lalu, Wall Street juga tak mencatatkan kinerja yang bagus lantaran pasar diliputi kecemasan akibat lonjakan kasus baru Covid-19 di Negeri Paman Sam melonjak dengan signifikan. 

Di AS kasus baru bertambah 40 ribu dalam satu hari pada 25 Juni lalu dan ini menjadi angka pertambahan kasus yang tertinggi yang pernah tercatat sejak AS terjangkit wabah Covid-19.

Kenaikan kasus yang terjadi harus membuat Texas mengurungkan niat untuk membuka kembali perekonomiannya. Seluruh bar diminta untuk menutup operasinya, sementara restoran diminta untuk tetap beroperasi tetapi dengan kapasitas setengahnya.

"Pada saat ini, jelas bahwa peningkatan kasus sebagian besar didorong oleh jenis kegiatan tertentu, termasuk warga Texas yang berkumpul di bar," kata Gubernur Texas Greg Abbott sebagaimana diwartakan CNBC International.

Florida juga mengumumkan akan melarang warganya berkumpul di bar setelah negara bagian tersebut melaporkan adanya lonjakan kasus baru yang hampir mencapai angka 9.000. Di Arizona, jumlah kasus melonjak 5,4%, melampaui rata-rata tujuh hari di 2,9%. 

"Kasus-kasus virus corona sangat tinggi dan pembukaan kembali ditunda, dan setidaknya ini akan berdampak pada pendapatan," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report.

"Lonjakan kasus [infeksi] virus corona meningkatkan kekhawatiran bahwa rebound mungkin hanya terjadi sementara dan penutupan kembali ekonomi secara sukarela atau mandat sangat berpotensi untuk terjadi lagi." tambahnya. 

Saham-saham yang diuntungkan oleh pembukaan kembali ekonomi seperti United Airlines, American & Delta anjlok lebih dari 3%. Sementara saham operator kapal pesiar Norwegian Cruise Line terpangkas 5% di hari terakhir perdagangan. 

Saham-saham perbankan AS juga ikut rontok setelah hasil stress test yang dilakukan oleh bank sentral AS, the Fed diumumkan. Bank sentral yang dipimpin oleh Jerome Hayden Powell tersebut melihat bahwa kecukupan modal perbankan Negeri Paman Sam mendekati angka minimunya. 

Oleh karena itu, bank harus menangguhkan program buyback sahamnya dan membatasi pembayaran dividen pada saat ini untuk kuartal ketiga. CNBC Internasional melaporkan, Wells Fargo dan Capital One mungkin terpaksa harus memangkas dividen mereka, seperti yang dikutip dari analis Morgan Stanley.

"Sementara saya berharap bank akan terus mengelola modal dan risiko likuiditas dengan hati-hati, dan untuk mendukung ekonomi riil, ada ketidakpastian material tentang jalur pemulihan ekonomi," kata Wakil Ketua Fed Randall Quarles dalam sebuah pernyataan.

Alhasil saham emiten perbankan AS rontok pada hari Jumat. Harga saham Bank of America dan JPMorgan Chase keduanya turun lebih dari 5%. Wells Fargo turun 7,4% dan Goldman Sachs turun 8,7%.

Tiga indeks saham utama AS akhirnya harus rela terkoreksi sepekan lalu dengan S&P 500 turun 2,86%, Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 3,31% dan Nasdaq Composite terpangkas paling minim yakni 1,9%.

Rilis data ekonomi yang membaik seperti angka klaim tunjangan asuransi pengangguran di bawah 1,5 juta pekan lalu dan konsumsi masyarakat yang melonjak pada bulan Mei sebesar 8,2% seolah tak diindahkan. Mood di pasar memang lagi buruk. 

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular