Newsletter

Dibombardir Berita Baik, Masihkah Pasar Keuangan Perkasa?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 May 2020 06:02
Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Warga melintas kawasan Stasiun MRT BNI City, Jakarta, Selasa (26/5). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin, pasar keuangan Tanah Air mengalami penguatan seiring dengan bombardir kabar bagus yang datang dari kemajuan pesat di bidang pengembangan vaksin anti-corona, harapan kembali pulihnya ekonomi dalam fase menuju new normal dan rencana tambahan stimulus ekonomi Uni Eropa.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 0,31% setelah di awal-awal perdagangan harus terombang-ambing bahkan sempat tertekan di zona merah. Risk appetite investor cenderung berangsur pulih seiring dengan adanya berbagai sentimen positif yang muncul.





Nilai tukar rupiah yang awalnya terdepresiasi di hadapan dolar greenback pun berhasil ditutup dengan apresiasi di pasar spot. Rupiah mampu melibas dolar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot dengan kenaikan 0,41% ke Rp 14.670/US$. Keperkasaan rupiah menghantarkan mata uang Garuda jadi jawara di Benua Asia.


Sementara itu, di pasar surat utang pemerintah (SUN), obligasi rupiah pemerintah RI tenor 10 tahun juga mengalami penguatan harga yang tercermin dari penurunan imbal hasilnya mengingat harga dan imbal hasil memiliki korelasi yang negatif.

Obat kuat pasar finansial dalam negeri sejatinya ada tiga. Pertama, semakin banyak kandidat vaksin yang masuk fase evaluasi klinis. Merck, sebuah perusahaan farmasi multinasional yang bermarkas di New Jersey pada Selasa (26/5/2020) mengatakan bahwa pihaknya memiliki dua kandidat vaksin yang siap diuji coba ke manusia.

Hingga 22 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 10 kandidat vaksin yang sekarang berada dalam tahap uji klinis. Jumlahnya bertambah dari sebelumnya hanya 8 kandidat di awal bulan. 



Sebenarnya masih banyak lagi kandidat lain yang masih berada di tahap preklinis yang jumlahnya mencapai 114. Di antara banyak kandidat vaksin corona tersebut, ada empat kandidat yang ramai diperbincangkan yaitu kandidat vaksin milik Moderna & Cansino Biologics yang dikatakan dapat memicu respon kekebalan tubuh berdasarkan data sementara hasil uji klinisnya.

Kandidat vaksin lain yang juga menjadi sorotan adalah produksi AstraZenecca yang bekerja sama dengan Oxford University. Sebelumnya AstraZenecca dikabarkan akan memproduksi ratusan juta dosis di tahun ini. Sementara yang paling baru ada Novavax yang siap uji klinis. 

Virus corona yang menyebabkan terjadinya pandemi saat ini merupakan jenis yang baru walau masih termasuk ke dalam golongan yang sama dengan penyebab SARS & MERS, sehingga vaksin dan obat belum ditemukan. 

Memang tidak ada jaminan vaksin dapat mengentaskan pandemi global. Namun vaksinasi saat ini dinilai menjadi kunci utama untuk dapat hidup dengan normal lagi. Walau vaksin belum benar-benar tersedia, beberapa negara terutama di kawasan Benua Biru yang sudah melaporkan penurunan jumlah kasus infeksi corona secara bertahap kembali membuka perekonomiannya. 

Di AS, aktivitas ekonomi juga kembali dipacu. Untuk pertama kalinya kemarin para trader kembali menjejakkan kakinya di lantai bursa saham New York, setelah tutup sejak 23 Maret lalu. Beberapa toko ritel di AS juga sudah kembali beroperasi, meski protokol kesehatan masih dijalankan. 

Tak hanya negara-negara luar saja yang sudah menyongsong kehidupan era baru new normal, Indonesia pun tak mau kalah. Kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke stasiun MRT dan pusat perbelanjaan di Bekasi untuk meninjau kesiapan new normal pun mendapat respons positif dari pasar, walau sebenarnya kasus di Indonesia belum bisa dikatakan menurun.

Sentimen lain yang juga membuat selera investor terhadap risiko berangsur membaik adalah rencana komisi Uni Eropa untuk memberikan paket stimulus tambahan bagi perekonomiannya yang lebur akibat lockdown masal untuk menghentikan penyebaran virus corona. 

Lebih banyak sentimen positif membuat pasar sumringah dan seolah mengesampingkan risiko yang datang dari gelombang kedua wabah seiring dengan dilonggarkannya pembatasan dan konflik yang terjadi antara Washington dengan Beijing.

[Gambas:Video CNBC]



Beralih ke kiblat bursa saham dunia yakni Wall Street. Dini hari tadi indeks utama di bursa saham New York ditutup dengan lompatan yang signifikan, menandai reli dua hari beruntun sejak bursa kembali dibuka setelah libur memperingati Hari Veteran (Memorial Day) pada Senin (25/5/2020).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) bertambah 511 poin atau naik 2,1%. Kini DJIA berhasil ditutup di atas level psikologis 25.000 untuk pertama kalinya sejak Maret.

Sementara itu, S&P 500 ditutup dengan lompatan 1,4% dibanding posisi kemarin. S&P 500 sudah menembus level Moving Average 200 harinya  yang jadi level kunci yang dipantau oleh para trader. Bernasib sama dengan DJIA, kini S&P 500 sudah melampaui level psikologis 3.000 untuk pertama kalinya sejak Maret. 

Saham-saham bank dan retail memimpin apresiasi, sementara beberapa saham teknologi yang diuntungkan saat lockdown terkoreksi.Saham-saham emiten perbankan melesat karena investor menyambut prospek pembukaan kembali ekonomi. Harga saham JPMorgan Chase naik 4,3% sementara Citigroup terangkat 6,1%. 

Saham-saham teknologi yang diuntungkan selama masa lockdown harus mengalami koreksi pada perdagangan dini hari tadi. Saham perusahaan video conference yakni Zoom turun 1,5%. Di saat yang sama saham Shopify, Amazon dan Teladoc Health masing-masing turun 2,5%, 0,6% dan 1,3%.

Apresiasi dua hari beruntun pasar ekuitas Negeri Paman Sam tak terlepas dari berbagai bombardir kabar baik yang datang dari kemajuan pengembangan vaksin dan pembukaan kembali ekonomi.

CNBC International melaporkan sebanyak 50 negara bagian di AS telah membuka kembali ekonomi mereka secara bertahap. Pada hari Selasa, Gubernur New Jersey Phil Murphy mengatakan negara bagian tersebut akan mengizinkan tim olahraga profesional untuk melanjutkan latihan dan kompetisi.

"Pasar telah membuat pola-V ke atas dan ada banyak skeptisisme seputar itu, tetapi kami baru melihat beberapa bukti dari sejumlah data yang berubah," kata Michael Darda, kepala strategi pasar dan kepala ekonom MKM Partners.

“Beberapa angka perumahan lebih baik dari yang diharapkan. Saat pembukaan kembali sedang berlangsung, hampir semua negara bagian sekarang kita mulai melihat aktivitas memantul dari level yang sangat rendah. "

Pada hari Rabu, Asosiasi Bankir KPR AS melaporkan terjadinya adanya kenaikan kenaikan aplikasi pengajuan KPR dalam enam pekan berturut-turut. Rilis data Selasa (26/5/2020) menunjukkan bahwa penjualan rumah baru keluarga kecil di AS naik menjadi 623.000 pada April. Angka ini melampaui estimasi Dow Jones yang hanya sebanyak 490.000.

Sentimen konsumen AS juga membaik seiring dengan pembukaan ekonomi secara bertahap yang dilakukan. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melompat menjadi 86,6 bulan ini, dari 85,7 pada April, mengacu pada data Conference Board. Padahal ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan indeks keyakinan konsumen berada di angka 82,3 pada Mei.

Tak bisa dipungkiri, sentimen memang sedang bagus-bagusnya. "Untuk pertama kalinya dalam krisis ini, kita dibombardir oleh kabar baik," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group mengutip CNBC International. Untuk perdagangan hari ini, Kamis (28/5/2020) investor dan trader perlu mencermati beberapa sentimen penggerak pasar. Pertama, penguatan tiga indeks utama bursa saham New York merupakan kabar yang bagus untuk perdagangan hari ini, terutama untuk bursa saham Asia yang akan buka pada pagi hari.

Namun ada hal yang harus diwaspadai, beberapa bursa saham kawasan Asia dan Eropa sudah buka sejak Senin dan berhasil mencetak hattrick, sehingga ada kemungkinan terjadi aksi profit taking

Sentimen kedua yang juga penting dicermati adalah perkembangan terbaru terkait kandidat vaksin corona. Dengan semakin banyaknya kandidat vaksin yang memasuki fase uji klinis dan data-data awal evaluasi menunjukkan hasil yang menjanjikan jelas kabar ini menebar optimisme di kalangan pelaku pasar.

Ketiga, sudah mulai banyak negara yang melonggarkan lockdown dan membuka kembali perekonomiannya. Di Eropa beberapa negara seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk kembali menyambut para pelancong dan memacu sektor pariwisatanya untuk kembali beroperasi.

Pelonggaran lockdown di Italia disamput dengan euforia oleh warganya terutama dari kalangan muda. Banyak warga kalangan muda yang mengadakan pesta dengan pergi ke pantai untuk merayakan pelonggaran tersebut. Euforia ini memicu munculnya kekhawatiran akan adanya gelombang kedua wabah.

Namun di sisi lain, Dr. Antoni Fauci selaku penasihat kesehatan Gedung Putih megatakan bahwa AS dapat terhindar dari gelombang kedua wabah jika kembali dibukanya ekonomi secara tepat. 

Ekonomi AS memang sudah mulai bergeliat. Salah satu indikatornya adalah dibukanya kembali beberapa toko ritel dan restoran. Mengacu pada data reservasi restoran OpenTable, penurunan tingkat reservasi mulai menunjukkan adanya perbaikan dan tidak separah pada periode sebelumnya ketika lockdown.

Meskipun statistik yang disediakan oleh platform reservasi online OpenTable untuk 26 Mei menunjukkan bahwa jumlah pengunjung yang restoran yang berpartisipasi secara nasional turun 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka ini masih jauh lebih baik daripada penurunan 100% pada awal bulan Mei dan di sepanjang April lalu.
OpenTable
Keempat, investor juga perlu mencermati kemungkinan adanya stimulus tambahan untuk menyelamatkan perekonomian dari pandemi yang datang dari Eropa maupun AS.

Pekan lalu, Jerman dan Prancis mengusulkan untuk meningkatkan utang Eropa bersama dalam upaya mendukung pemulihan ekonomi kawasan zona Euro dari krisis akibat pandemi corona.

Mengutip CNBC International, Komisi Eropa telah meluncurkan rencana dana pemulihan ekonomi senilai EUR 750 miliar (US$ 826,5 miliar). Anggaran sebanyak EUR 750 miliar ini termasuk EUR 500 miliar dialokasikan dalam bentuk hibah dan EUR 250 miliar dalam bentuk pinjaman kepada negara-negara anggota.

Inisiatif ini digambarkan sebagai "terobosan" dan langkah "bersejarah" karena Jerman selalu menentang gagasan utang yang diterbitkan bersama, bahkan pada masa krisis yang terjadi sebelumnya.

Sementara itu di AS, pimpinan senat mayoritas AS Micth McConnel mengatakan kongres "mungkin" harus mengeluarkan lebih banyak undang-undang untuk meredam dampak kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi.

Selama ini kongres telah mengeluarkan empat RUU untuk merespons krisis yang terjadi, yang terbaru adalah menyetujui rencana program bantuan UKM sekitar sebulan yang lalu.

Banyak anggota parlemen dan Ketua bank sentral AS, Federal Reserve Jerome Powell berpendapat Washington harus mengambil lebih banyak langkah untuk mendongkrak perekonomian mengingat tingkat pengangguran di AS berada di level yang sangat tinggi di 14,7% pada bulan April. DPR AS rencananya akan melolockan RUU yang memberikan fleksibilitas pada UKM AS untuk mengalokasikan dana bantuan yang diterima dari pemerintah.

Kabar seputar stimulus ekonomi lebih lanjut ini juga jadi sentimen positif untuk pasar hari ini. Namun dibalik bombardir berita baik sepekan ini, masih terselip satu kabar buruk yang datang dari retaknya hubungan AS-China. 

Laporan Bloomberg News mengatakan AS sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan pejabat China atas situasi di Hong Kong. Laporan itu dikeluarkan setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Robert O'Brien, mengatakan AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China jika Beijing menerapkan undang-undang keamanan nasional yang akan memberinya kontrol lebih besar atas Hong Kong yang otonom.

Kabar terbaru, DPR AS pada hari Rabu meloloskan RUU yang menyerukan sanksi terhadap para pejabat Tiongkok atas tindakan penahanan dan penyiksaan komunitas Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang negara tersebut.

Saat ini RUU tersebut diberikan kepada Presiden Donald Trump. Belum jelas apakah Trump akan menandatangi dan mengesahkan RUU tersebut menjadi undang-undang.

Retaknya hubungan AS-China di tengah merebaknya pandemi corona membuat kesepakatan dagang interim keduanya yang diteken pertengahan Januari lalu jadi terancam. Bahkan konflik keduanya dinilai dapat berkembang menjadi perang permodalan, teknologi hingga konfrontasi militer. 

Retaknya hubungan AS-China menjadi faktor kelima, yang perlu dicermati betul perkembangannya oleh investor. Kala dua raksasa ekonomi dunia bertarung, maka dampaknya akan dirasakan oleh banyak negara di dunia ini. Prospek ekonomi menjadi semakin suram dan pasar keuangan kembali bisa terguncang. Ya, risiko memang masih ada. 

Rangkuman Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

1. Perkembangan terbaru kandidat vaksin corona

2. Pelonggaran lockdown & pembatasan di berbagai negara menuju kehidupan new normal

3. Paket stimulus ekonomi baru yang direncanakan Uni Eropa & AS

4. Eskalasi konflik AS-China di tengah pandemi corona

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Kebijakan suku bunga acuan Korea Selatan (08.00 WIB)
  • Pembacaan awal tingkat inflasi bulan Mei Jerman (19.00 WIB)
  • Data permintaan barang tahan lama AS bulan April (19.30 WIB)
  • Pembacaan kedua pertumbuhan PDB AS kuartal I-2020 (19.30 WIB)
  • Data klaim pengangguran AS periode mingguan (19.30 WIB)
  • Data perminyakan AS (22.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Kuartal I-2020 YoY)

2,97%

Inflasi (April 2020 YoY)

2,67%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Mei 2020)

4,5%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-5,07% PDB

Transaksi berjalan (1Q20)

-1,4% PDB

Cadangan devisa (April 2020)

US$ 127,88 miliar

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Powell Buat Pasar Happy, IHSG Bisa Cuan Saat Window Dressing

Most Popular