Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Inflasi Maret 'Jinak' di 0,13% MoM, 2,98% YoY

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 March 2020 06:50
Hati-hati Inflasi Inti!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)H
Inflasi umum memang terlihat baik-baik saja. Namun ada satu hal yang perlu diwaspadai yaitu inflasi inti.

Median konsensus pasar CNBC Indonesia menunjukkan inflasi inti pada Maret adalah 2,805% YoY. Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,76%.

Di satu sisi, percepatan laju inflasi inti bisa diartikan sebagai kuatnya daya beli rumah tangga. Sebab inflasi inti naik menandakan konsumen rela membayar lebih untuk barang dan jasa yang sulit mengalami perubahan harga alias persisten.

Namun di sisi lain, inflasi inti juga dibentuk oleh fundamental ekonomi seperti kurs dan ekspektasi. Harap maklum kalau inflasi inti naik, karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi begitu dalam.

Sejak awal hingga 30 Maret, pelemahan rupiah mencapai nyaris 14,5%. Luar biasa...




Kemudian, percepatan laju inflasi inti juga menunjukkan ekspektasi konsumen terhadap tekanan harga pada masa mendatang. Ekspektasi ini menjadi masuk akal karena wabah virus corona.

Penyebaran virus corona yang begitu masif membuat pemerintahan di berbagai negara memberlakukan pembatasan aktivitas masyarakat. Banyak pabrik yang tutup untuk sementara demi mencegah penularan virus lebih lanjut.

Kebijakan ini membuat aktivitas pertanian dan industri manufaktur menjadi berkurang karena minimnya pasokan bahan baku maupun sumber daya manusia. Penurunan aktivitas akan menyebabkan berkurangnya hasil produksi (output) yang bisa menyebabkan kelangkaan. Ketika barang langka harga akan naik dan tekanan inflasi pun terasa.

"Mencegah orang pergi bekerja membuat rantai pasok terganggu, ada shock di produktivitas. Terbatasnya sumber daya manusia dan produksi menciptakan tekanan inflasi. Sementara di sisi lain permintaan masih akan lemah. Ini yang disebut stagflasi, di mana inflasi naik tetapi pertumbuhan ekonomi justru melambat," tulis Victor Li, Profesor Ekonomi di Villanova School of Business, dalam kolomnya di CNBC International.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular