
Newsletter
Awas! Virus Corona Bangkitkan Lagi "Hantu" Resesi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 February 2020 06:22

Berbeda dengan kinerja IHSG, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu. Data ekonomi dari AS yang cukup bagus belakangan ini membuat pelaku pasar optimis akan pertumbuhan ekonomi Paman Sam, selain itu laporan earning juga apik.
Indeks Dow Jones menguat 1,02% ke 29.398,08, S&P 500 naik 1,58% ke 3,389,16, dan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 2,21% ke 9.731,17.
Sejak awal bulan ini data ekonomi AS memang dirilis cukup bagus yang membuat dolar AS perkasa. Pada pekan lalu Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi. Sementara itu dari sektor non manufaktur, ISM melaporkan peningkatan ekspansi menjadi 55,5, dari sebelumnya 55.
Kemudian Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang Januari ekonomi AS menyerap 225.000 tenaga kerja, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 147.000 tenaga kerja. Tingkat tenaga kerja naik menjadi 3,6% naik dari bulan Desember 3,5%. Selain itu rata-rata upah per jam tumbuh 0,2% di bulan Januari dari bulan sebelumnya yang tumbuh 0,1%.
Kemudian pada Jumat pekan lalu, data penjualan ritel tumbuh 0,3% di month-on-month (MoM), begitu juga dengan penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif tumbuh 0,3% MoM. Selain itu indeks keyakinan konsumen naik menjadi 100,9 di Februari, merupakan yang tertinggi sejak 9 bulan terakhir.
Selain itu, pimpinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada pekan lalu memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Powell optimis dengan perekonomian AS, dan menyatakan masih terlalu dini melihat dampak wabah corona terhadap ekonomi AS.
Sementara dari laporan earning, berdasarkan data FactSet sudah 77% dari total perusahaan di S&P 500 dan 72% mampu lebih tinggi dari ekspektasi, sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain itu, CNBC Intenational juga melaporkan Gedung Putih mempertimbangkan insentif pajak untuk warga AS yang akan membeli saham. Insentif pajak tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemangkasan pajak yang dipertimbangkan. Beberapa sumber dari gedung putih mengatakan rumah tangga yang menghasilkan pendapatan US$ 200.000 dapat menginvestasikan US$ 10.000 di saham dengan bebas pajak. Kabar tersebut membuat Wall Street menguat di hari Jumat pekan lalu.
(pap)
Indeks Dow Jones menguat 1,02% ke 29.398,08, S&P 500 naik 1,58% ke 3,389,16, dan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 2,21% ke 9.731,17.
Sejak awal bulan ini data ekonomi AS memang dirilis cukup bagus yang membuat dolar AS perkasa. Pada pekan lalu Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi. Sementara itu dari sektor non manufaktur, ISM melaporkan peningkatan ekspansi menjadi 55,5, dari sebelumnya 55.
Kemudian Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang Januari ekonomi AS menyerap 225.000 tenaga kerja, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 147.000 tenaga kerja. Tingkat tenaga kerja naik menjadi 3,6% naik dari bulan Desember 3,5%. Selain itu rata-rata upah per jam tumbuh 0,2% di bulan Januari dari bulan sebelumnya yang tumbuh 0,1%.
Kemudian pada Jumat pekan lalu, data penjualan ritel tumbuh 0,3% di month-on-month (MoM), begitu juga dengan penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif tumbuh 0,3% MoM. Selain itu indeks keyakinan konsumen naik menjadi 100,9 di Februari, merupakan yang tertinggi sejak 9 bulan terakhir.
Selain itu, pimpinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada pekan lalu memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Powell optimis dengan perekonomian AS, dan menyatakan masih terlalu dini melihat dampak wabah corona terhadap ekonomi AS.
Sementara dari laporan earning, berdasarkan data FactSet sudah 77% dari total perusahaan di S&P 500 dan 72% mampu lebih tinggi dari ekspektasi, sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain itu, CNBC Intenational juga melaporkan Gedung Putih mempertimbangkan insentif pajak untuk warga AS yang akan membeli saham. Insentif pajak tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemangkasan pajak yang dipertimbangkan. Beberapa sumber dari gedung putih mengatakan rumah tangga yang menghasilkan pendapatan US$ 200.000 dapat menginvestasikan US$ 10.000 di saham dengan bebas pajak. Kabar tersebut membuat Wall Street menguat di hari Jumat pekan lalu.
(pap)
Pages
Most Popular