Newsletter

Aksi Cepat Tanggap China Tak Diragukan, Indonesia Bagaimana?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 February 2020 06:27
Aksi Cepat Tanggap China Tak Diragukan, Indonesia Bagaimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Optimisme pelaku pasar nasional kemarin tak berlangsung lama. Aksi borong saham sempat mewarnai perdagangan di awal sesi perdagangan, tetapi itu tak bertahan lama. Mereka segera merealisasikan keuntungan sehingga membuat energi jual lebih dominan di pasar.

Pada pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka memasuki zona hijau dengan menguat tipis 0,04% ke 5.957,06. Namun, indeks acuan bursa nasional tersebut terlempar ke zona merah pada sesi penutupan, dengan koreksi sebesar 0,69% ke level 5.913,08.

Investor asing lagi-lagi mengambil posisi beli, menadah saham-saham unggulan yang dilanda koreksi akibat kekhawatiran dampak virus corona terhadap perekonomian China terutama terkait dengan komoditas batu bara. Nilai beli bersih (net buy) asing di bursa mencapai Rp 129,1 miliar di pasar reguler.

Saham-saham yang banyak mereka buru di pasar reguler adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 145,27 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 133,84 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 69,52 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 63,98 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 25,4 miliar).


Di pasar uang, rupiah masih membukukan penguatan sebesar 0,15% di Rp 13.640 per dolar Amerika Serikat (AS). Sempat diterpa tekanan jual di pasar, hingga tersungkur 0,11% ke Rp 13.675/US$, Mata Uang Garuda mampu bangkit dengan menguat tipis, sebesar 0,04%, di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dengan demikian, rupiah memperpanjang penguatannya menjadi 2 hari berturut-turut, tatkala mayoritas mata uang utama Asia melemah kemarin. Mata uang lain yang berhasil menyintas dari zona koreksi kemarin adalah baht Thailand, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan dengan penguatan masing-masing sebesar 0,29%, 0,16%, dan 0,1%.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah bertenor 10 tahun melemah ke 6,557%, dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya pada 6,579%. Pelemahan yield mengindikasikan bahwa harga sedang naik karena keduanya bergerak berlawanan arah.

Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, gairah investor di pasar pendapatan tetap (fixed income) itu kebanyakan berasal dari perbankan. Kepemilikan institusi bank dalam SUN mencapai Rp 766,8 triliun, naik Rp 27,1 triliun dibandingkan dengan posisi 31 Januari 2019 sebesar Rp 739,7 triliun.

Sebaliknya, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan nilai kepemilikan investor asing sebesar Rp 1.065,62 triliun, yang berarti dana investor asing baru yang masuk tahun ini ke pasar SUN tinggal Rp 3,76 triliun.

[Gambas:Video CNBC]




Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Rabu (12/2/2020), setelah investor mulai mengesampingkan kekhawatiran bahwa virus corona bisa memukul perekonomian global. Indeks Dow Jones melompat 275,1 poin (0,9%) menjadi 29.551,4, Nasdaq naik 0,8% ke 9.725,9 dan S&P 500 tumbuh 0,6% ke 3.379,4.

Para pelaku pasar memonitor dampak wabah virus corona dan menangkap perlambatan laju penyebaran virus asal Wuhan tersebut. Hingga Selasa malam, Komisi Kesehatan China melaporkan korban tewas tambahan akibat virus tersebut sebanyak 97 orang, dengan total penderita mencapai 44.000.

"Investor menunjukkan daya tahannya dengan mendorong saham lagi ke rekor tertingginya, terutama di AS, mengantisipasi pemulihan berbentuk V yang kuat ketika semua ini usai," tutur perencana makro global SunTrust Advisory Eylem Senyuz, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Saham Delta Airlines dan American Airlines naik masing-masing 1,4% dan 2,1%, karena didorong oleh optimisme tersebut. Sebelumnya, saham maskapai anjlok karena tingkat okupansi dikhawatirkan turun tajam karena masyarakat tidak berani bepergian.

Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell dalam testimoninya yang kedua, kali ini di depan Komisi Perbankan Senat, mengatakan bahwa bank sentral tersebut akan segera merilis laporan mengenai efek virus corona terhadap perekonomian AS.

Pelaku pasar juga memantau kinerja keuangan AS. Data FactSet menyebutkan bahwa sekitar 70% dari perusahaan yang menjadi konstituen S&P 500 telah merilis kinerja keuangannya, dengan 71% di antaranya melaporkan kinerja lebih baik dari ekspektasi.

"Kami telah mengatakan bahwa kenaikan harga saham ke depannya akan membutuhkan penambahan rasio harga terhadap laba bersih per saham (price to earning/ PE ratio)," tutur CEO of The Earnings Scout Nick Raich, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelaku pasar global mulai tenang melihat perkembangan wabah corona. Mereka teryakinkan oleh upaya China untuk meredam dampak Covid-19 ke ekonomi di tengah optimisme The Federal Reserve atas perekonomian AS yang juga membuat pelaku pasar sedikit tenang.

Untuk menangani efek virus tersebut, Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4% dan tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial. Selain itu, likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) disuntikkan melalui operasi pasar terbuka.

Di sisi fiskal, pemerintah China sejak 1 Februari telah membebaskan tarif semua produk yang diperlukan untuk mengatasi wabah, dan mendukung pembiayaan obligasi oleh pengusaha yang bisnisnya terdampak virus tersebut.

Beijing juga mengalokasikan dana senilai US$ 10, 3 miliar untuk mengatasi epidemi flu kelelawar tersebut. Demikian juga dengan fasilitas perpajakan untuk membantu meringankan sektor yang melesu akibat wabah. Intinya, semua cara dilakukan termasuk mengguyur pasar dengan cadangan babi beku sebanyak 20.000 ton guna menjinakkan inflasi.

Akibatnya, Wall Street menguat kemarin, melanjutkan reli sehari sebelumnya. Mayoritas bursa Asia juga menghijau. Namun, IHSG ternyata masih kedodoran karena kekhawatiran pelaku pasar belum sirna.

Pasar hari ini kemungkinan bakal memantau perkembangan virus corona di dalam negeri. Terutama, setelah harian The Jakarta Post memberitakan kabar adanya penderita virus corona di China yang mengaku sempat berlibur selama sepekan di Bali sebelum teridentifikasi mengidap virus tersebut dalam tubuhnya.

Melalui situs Weibo, pemerintah China melaporkan bahwa pada 5 Februari seorang pasien mengaku terbang dari Wuhan ke Bali pada 22 Januari. Sempat berlibur di Bali selama sepekan, dia kembali dengan pesawat Garuda Indonesia pada 28 Januari dan kemudian teridentifikasi terkena penyakit COVID-19 itu.

Sejauh ini, di Indonesia belum ada individu yang teridentifikasi terkena wabah tersebut. Namun dengan adanya kabar tersebut, respons dan kesiagaan pemerintah pun dicermati mengingat Bali adalah gerbang dan etalase utama pariwisata nasional. Sektor ini menyumbang nyaris 5% produk domestik bruto (PDB) nasional.

Secara sektoral, cermati saham sektor pertambangan yang berpeluang mendapatkan angin segar berupa pembebasan royalti batu bara bagi mereka yang menggarap proyek gasifikasi. Demikian juga saham-saham sektor perbankan yang mulai berpeluang mengalami pembalikan (rebound) secara teknikal setelah koreksi kemarin. Berikut ini adalah rilis data ekonomi pada hari ini: 
  • Rilis penjualan motor di Indonesia per Januari (tentatif)
  • Rilis investasi asing langsung (FDI) China per Januari 14:00 WIB)
  • Rilis inflasi AS per Januari (20:00 WIB)
  • Rilis pengangguran AS per Januari (22:00 WIB)
Adapun agenda perusahaan terbuka meliputi:
  • RUPLSB PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (10:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional :

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q IV-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Januari 2020 YoY)

0,39%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

5%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (Q III-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Q III-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (Januari 2020)

US$ 131,7 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags) Next Article IHSG di Persimpangan, Bakal Bullish atau Terjebak Sideways?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular