Newsletter

Libur "Ekstra Panjang" Imlek Usai, Saatnya Bergeliat China!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 February 2020 06:03
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Reuters
Dalam laporan risetnya, Capital Economics pada Jumat pekan lalu menyatakan bahwa virus corona bakal membuat perekonomian dunia kehilangan nilai sebesar US$ 280 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Gaung mengenai kekhawatiran resesi dunia pun kembali terdengar.

"Jika kami benar, artinya Produk Domestik Bruto (PDB) dunia tidak akan tumbuh secepat pertumbuhan ekonomi periode pertama tahun 2019," tutur Capital Economics dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International. "Kami menganggap virus bisa segera dikendalikan dan peluang bisnis yang hilang bisa digantikan pada kuartal selanjutnya."

Oleh karena itu, mengawali pekan ini, pelaku pasar bakal mencari sinyal dan pertanda apakah penanganan virus Corona di China masih berjalan sesuai ekspektasi, ataukah aktivitas bisnis dan ekonomi masih berputar.

Cara paling mudah untuk melihat semua itu adalah dengan memantau apakah libur Imlek yang diperpanjang guna mencegah penyebaran virus Corona di China ini bakal berujung pada libur tambahan, ataukah pemerintah China mengumumkan bahwa libur usai dan saatnya warga Negeri Paman Xi kembali memutar roda perekonomian.

Wabah yang menjangkiti kota Wuhan memaksa pemerintah China menutup akses ke beberapa kota yang berpopulasi lebih dari 35 juta orang di Provinsi Hubei. Pada Minggu (26/1/2020) stasiun kereta di Chengdu mengumumkan akan menutup beberapa jalur kereta cepat, termasuk rute ke Shang Hai dalam beberapa hari ke depan hingga awal Februari.

Jika penutupan ini terus dipertahankan di tengah pembatasan terbang dari berbagai negara ke China, maka rantai pasokan logistik global bakal terganggu. Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan industri logistik Indonesia bisa stagnan pada kuartal I-2020 karena menurunnya aktivitas ekspor dan impor ke China akibat virus corona.

"Dampaknya pada ekspor ikan segar yang biasanya menggunakan angkutan udara. Impor lewat udara yang biasa dilakukan untuk barang e-commerce juga setop. Industri logistik terganggu karena terhentinya cargo udara ekspor dan impor dari China," kata Ketua Umum ALI Zaldy Ilham Masita kepada CNBC Indonesia, Minggu (09/02/2020).

Saham-saham sektor logistik dan transportasi seperti saham maskapai penerbangan ada baiknya ditinggal terlebih dahulu sembari menunggu sinyal kuat untuk kembali memborong saham-saham yang kini harganya kian murah.

Di sisi lain, jumlah korban yang terus berjatuhan membuat stok perangkat deteksi virus dan perangkat proteksi semakin menipis. Hal ini membuka peluang pembelian saham-saham sektor farmasi di Indonesia karena ekspektasi adanya rejeki nomplok (windfall profit) dari kenaikan produk dan alat kesehatan yang mereka jual.

Secara bersamaan, China akan merilis inflasi Januari yang menurut proyeksi Tradingeconomics diperkirakan masih tumbuh sebesar 4,9%, dibandingkan dengan posisi sebelumnya sebesar 4,5%. Efek corona kemungkinan masuk dalam perhitungan rilis tersebut.

Dari dalam negeri, pelaku pasar bakal mencermati data neraca transaksi berjalan kuartal IV-2019 dan penjualan ritel (Desember). Tradingeconomics memperkirakan neraca Indonesia bakal memburuk menjadi -US$ 9 miliar, lebih buruk dari periode sebelumnya -US$ 7.7 miliar.

Pada hari yang sama, pelaku pasar akan memantau rilis penjualan motor Januari yang lagi-lagi diprediksi belum positif dan masih turun sebesar 3,7%, melanjutkan koreksi pada periode sebelumnya yakni -6,8%. Penjualan motor menjadi salah satu indikator kuat-lemahnya daya beli masyarakat menengah.

Jika data keduanya buruk, sentimen negatif pun berpeluang mengemuka yang bisa berujung pada penjualan saham-saham sektor perbankan berlikuiditas tinggi, serta saham sektor konsumer dan saham sektor otomotif yang sensitif dengan daya beli.

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular