Newsletter

AS-Iran Tegang, Investor Cari Aman

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 January 2020 07:30
AS-Iran Tegang, Investor Cari Aman
Foto: Para pelayat membawa peti jenazah Jenderal Qassem Soleimani dan wakil komandan milisi, Abu Mahdi al-Muhandis Iran. (AP Photo/Khalid Mohammed)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia hingga Jumat (3/1/2020) bergerak secara variatif selama sepekan. Pasar saham masih tertekan, rupiah stagnan, dan pasar obligasi justru menguat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan turun 5 poin atau 0,09% secara point-to-point, sementara obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun mengalami kenaikan harga atau penurunan imbal hasil (yield) 3 basis poin menjadi 7,06%, dan rupiah stagnan di Rp 13.920/dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan pada pasar saham pertanda instrumen berisiko tersebut cenderung dihindari, sementara instrumen yang memberi imbal hasil investasi bersifat tetap dianggap lebih aman sehingga harganya naik. 

newsleter_HOLDChart: Tim Riset CNBC INdonesia, Sumber: Refinitiv (Reuters)

Tidak heran pelaku pasar mulai mengarahkan bidikannya ke instrumen investasi yang lebih aman, dikarenakan kondisi terkini dari hubungan geopolitik antara Iran-AS yang memanas beberapa hari terakhir.

Hal ini bermula saat Kedutaan AS di Irak mendapat serangan pada Selasa (31/12/2019) yang membuat Presiden Donald Trump menjadi geram. Melalui cuitan di Twitter, Trump menuding Iran sebagai dalang aksi serangan terhadap pangkalan militer Irak yang menewaskan sejumlah warga AS dan melukai banyak orang.

newsleter_HOLDFoto: Twitter

"Iran membunuh kontraktor Amerika, melukai banyak orang. Kami akan merespons itu, dan akan selalu merespons. Sekarang Iran merancang serangan di Kedutaan AS di Irak. Mereka akan bertanggung jawab penuh. Sebagai tambahan, kami harap Irak menggunakan pasukan mereka untuk melindungi Kedutaan, dan diberitahukan!" cuit Trump.

"Iran akan bertanggung jawab penuh atas tewasnya beberapa orang, atau kerusakan yang ditimbulkan di fasilitas kami. Mereka akan membayar dengan HARGA YANG SANGAT MAHAL! Ini bukan Peringatan, ini adalah Ancaman. Selamat Tahun Baru!" sambut Trump.

Benar saja, seperti diwartakan CNBC International bahwa AS melakukan serangan udara di Baghdad dan menewaskan Jenderal Pasukan Elit Iran pada Jumat (3/1/2020), Qassim Soleimani tewas dalam serangan udara tersebut bersama dengan wakil komandan milisi Iran atau yang dikenal dengan Popular Mobilization Forces (PMF).

PMF menyatakan AS ada dibalik serangan tersebut dan Pentagon pun sudah mengkonfirmasi bahwa serangan udara yang mereka lakukan telah menewaskan jendral Iran serta deputi komandan PMF tersebut.

Pasar saham di bursa AS atau Wall Street berguguran pada Jumat akhir pekan lalu karena faktor meningkatnya kekhawatiran akan hubungan geopolitik. AS mengkonfirmasi bahwa serangan udara yang mereka lakukan telah menewaskan komandan militer Iran.

Tiga indeks utama pun rontok. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,81% menjadi 28.634, S&P 500 minus  0,71%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,79% menjadi 9.020.

Naiknya tensi geopolitik tersebut tak ayal juga membuat harga minyak mentah berjangka yang menjadi acuan AS naik 3% menjadi $ 63,05 per barel. Akibatnya, saham maskapai penerbangan anjlok karena ancaman harga minyak yang lebih tinggi. United, American dan Delta semua turun lebih dari 1,6%.

Selain itu, rilis data dari bidang manufaktur AS juga membebani pergerakan saham. Indeks manufaktur ISM untuk bulan Desember berada di angka 47,2, menjadi yang paling lemah dalam satu dekade terakhir. Padahal pada bulan November angkanya masih 48,1. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Akibatnya, Investor melarikan investasi mereka dari aset berisiko seperti saham dengan mengoleksi emas dan yang menjadi aset safe havens secara tradisional dan Obligasi Pemerintah AS.

Harga emas di pasar berjangka pun melonjak lebih dari 1%. Yield Benchmark Treasury 10-tahun Pemerintah AS pun bergerak turun menjadi sekitar 1,79%.

AS mengumumkan pada Kamis malam waktu setempat bahwa mereka telah membunuh komandan tinggi Iran, Jenderal Qasem Soleimani, di Baghdad. Soleimani menjadi tokoh kunci dalam politik Iran, dan kematiannya telah menimbulkan kekhawatiran atas kemungkinan pembalasan dari pasukan Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memperingatkan pada hari Jumat bahwa Iran akan membalas terhadap AS atas tindakannya.


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, anjloknya bursa Wall Street akhir pekan lalu tentu berpotensi mempengaruhi mood investor saham di Asia yang tidak terkecuali investor domestik yang responsive terhadap isu-isu negatif.

Sentimen kedua, adalah dolar AS yang mulai menipiskan pelemahan. Pada pukul 06:30 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) hanya melemah tipis hampir flat di 0,01%. Bangkitnya dolar berpotensi menekan rupiah.
 
Sentimen ketiga, yaitu kenaikan harga minyak minyak mentah (crude oil) yang masih berlanjut. Harga minyak jenis brent di pasar spot terpantau masih naik 1,25% menjadi US$ 69,6/barrel. Sedangkan light sweet juga naik 1,14% ke US$ 63,6/barrel.

Bagi rupiah, kenaikan harga minyak menjadi bencana, masalahnya Indonesia adalah negara net importir minyak. Saat harga minyak naik, maka biaya importasinya menjadi lebih mahal tentunya.

Sentimen Keempat, Tensi geopolitik Iran-AS berpotensi masih memanas sehingga investor akan cenderung mengoleksi instrumen yang lebih aman. Rupiah berpotensi melemah karena investor asing cenderung memilih mata uang hard currency demi menghindari penurunan investasi.

Sedangkan pasar saham akan cenderung tertekan karena pasar obligasi khususnya tenor panjang akan cenderung diburu demi mengamankan aset.


Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:
  • NBS Manufacturing PMI, China  (8:00 WIB)
  • Caixin Manufacturing PMI, China (8:45 WIB)  
  • GDP growth rate Q3, Spanyol (15:00)
  • RUPSLB emiten berkode JMAS (10:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Kuartal III-2019)

5,02% YoY

Inflasi (November 2019)

2,72% YoY

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Desember 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Kuartal III-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Kuartal III-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (November 2019)

US$ 126,6 miliar



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular