
Newsletter
Semangat 45! Rupiah Bisa Tutup Tahun di Level Terkuat 2019
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 December 2019 07:01

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka bervariatif pada perdagangan Senin (30/12/2019), setelah pada pekan lalu mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Namun tidak lama, ketiga indeks utama langsung jeblok, dan menutup perdagangan di zona merah.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones dibuka menguat tipis, sementara Nasdaq melemah tipis juga. Di akhir perdagangan ketiga indeks kompak melemah akibat aksi ambil untung (profit taking).
Beberapa saham yang mencatat penguatan terbesar di tahun ini seperti Microsoft, Visa, dan JP Morgan justru memimpin koreksi Wall Street.
"Ini merupakan tahun yang sangat spektakuler (bagi bursa saham) dan di kuartal IV khususnya sangat bagus sehingga beberapa kali investor akan mengambil untung" kata Randy Frederick, wakil presiden trading dan derivative di Charles Schwab, sebagaimana dilansir Reuters.
Sepanjang tahun ini hingga Senin kemarin, indeks S&P 500 membukukan penguatan 28,5%, Dow Jones dan Nasdaq masing-masing 22,01% dan 32,82%. Ketiga indeks utama tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu.
"Adalah hal yang biasa ketika sektor-sektor yang memimpin penguatan menjadi yang pertama terkoreksi ketika investor mulai melakukan aksi jual, karena sektor tersebut mencatat kenaikan terbesar, maka risiko diterpa profit taking juga tinggi" tambah Schwab.
Hari Senin merupakan hari ke-empat Santa Claus Rally yakni reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.
Sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun, berdasarkan data dari Stock Trader's Almanac, sebagaimana dilansir CNBC International.
Koreksi Wall Street pada Senin kemarin terjadi saat tanda-tanda kesepakatan dagang fase I akan diteken pada pekan depan semakin menguat.
Setelah South China Morning Post mengabarkan delegasi China akan bertandang ke AS di pekan ini, penasehat Gedung Putih, Peter Navarro, kepada Fox News mengatakan penandatanganan akan dilakukan dalam waktu satu pekan ke depan atau lebih. Navarro mengatakan kedua belah pihak masih menunggu terjemahan dari kesepakatan dagang fase I, sebagaimana dilansir CNBC International.
(pap)
Indeks S&P 500 dan Dow Jones dibuka menguat tipis, sementara Nasdaq melemah tipis juga. Di akhir perdagangan ketiga indeks kompak melemah akibat aksi ambil untung (profit taking).
Beberapa saham yang mencatat penguatan terbesar di tahun ini seperti Microsoft, Visa, dan JP Morgan justru memimpin koreksi Wall Street.
"Ini merupakan tahun yang sangat spektakuler (bagi bursa saham) dan di kuartal IV khususnya sangat bagus sehingga beberapa kali investor akan mengambil untung" kata Randy Frederick, wakil presiden trading dan derivative di Charles Schwab, sebagaimana dilansir Reuters.
Sepanjang tahun ini hingga Senin kemarin, indeks S&P 500 membukukan penguatan 28,5%, Dow Jones dan Nasdaq masing-masing 22,01% dan 32,82%. Ketiga indeks utama tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu.
"Adalah hal yang biasa ketika sektor-sektor yang memimpin penguatan menjadi yang pertama terkoreksi ketika investor mulai melakukan aksi jual, karena sektor tersebut mencatat kenaikan terbesar, maka risiko diterpa profit taking juga tinggi" tambah Schwab.
Hari Senin merupakan hari ke-empat Santa Claus Rally yakni reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.
Sejak tahun 1950, indeks S&P 500 rata-rata mengalami reli 1,3% dalam lima hari terakhir di penghujung tahun dan dua hari pertama di awal tahun, berdasarkan data dari Stock Trader's Almanac, sebagaimana dilansir CNBC International.
Koreksi Wall Street pada Senin kemarin terjadi saat tanda-tanda kesepakatan dagang fase I akan diteken pada pekan depan semakin menguat.
Setelah South China Morning Post mengabarkan delegasi China akan bertandang ke AS di pekan ini, penasehat Gedung Putih, Peter Navarro, kepada Fox News mengatakan penandatanganan akan dilakukan dalam waktu satu pekan ke depan atau lebih. Navarro mengatakan kedua belah pihak masih menunggu terjemahan dari kesepakatan dagang fase I, sebagaimana dilansir CNBC International.
(pap)
Next Page
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular