
Tinggal 7 Hari, Akankah Semesta Mendukung Penguatan IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Genap sudah 3 hari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengecap penguatan karena didukung oleh semesta yang sedang mendukung, terutama dari gencarnya sentimen dari damai dagang yang masih menaungi pasar keuangan dunia sejak akhir pekan lalu.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,19% ke level 6.223,44. Penguatan IHSG kemudian sempat mereda bahkan tercelup sebentar di zona merah hingga terkoreksi 0,1% ke level 6.205,63.
Setelah tak lagi terkoreksi, indeks terus melaju dan menguat dengan nyaman di jalur hijau dan menguat tipis saja yakni sebesar 0,02% ke level 6.212,97 pada jeda makan siang. Pada sesi dua, IHSG kembali melaju dengan nyaman di zona hijau dan ditutup dengan hentakan di akhir perdagangan hingga naik 0,53% ke level 6.244,35. Apresiasi IHSG pada hari ini menandai penguatan beruntun di hari ketiga.
Enam dari sembilan indeks sektoral menopang penguatan IHSG, dan sektor yang paling mendukung hijaunya indeks kemarin adalah sektor keuangan dan industri dasar. Sumbangan poin pergerakan dari sektor keuangan begitu signifikan dan mencolok dibandingkan dengan sektor lain, terlihat dari poin dukungan ke IHSG yaitu 16,78% dibanding sektor industri dasar 7,3%.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,2%), PT Bayan Resources Tbk/BYAN (+13,81%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+3,03%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+3,81%), dan PT Barito Pacific Tbk/BRPT (+2,14%).
Indeks Sektoral | Poin ke IHSG (%) | Pergerakan (%) |
Keuangan | 16.78 | 0.79 |
Industri Dasar | 7.3 | 1.06 |
Barang Konsumsi | 6.43 | 0.64 |
Pertambangan | 4.39 | 1.38 |
Infrastruktur-telekomunikasi | 4.51 | 0.21 |
Agribisnis | 0.41 | 0.53 |
Perdagangan | -0.64 | -0.13 |
Properti-konstruksi | -1.45 | -0.34 |
Aneka Industri | -1.61 | -0.51 |
Emiten | Poin ke IHSG (%) |
Bank Central Asia Tbk, PT | 15.32 |
Bayan Resources Tbk, PT | 5 |
Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT | 2.94 |
Kalbe Farma Tbk, PT | 2.52 |
Barito Pacific Tbk, PT | 2.39 |
Emiten | Poin ke IHSG (%) |
Elang Mahkota Teknologi Tbk, PT | -2.52 |
Transcoal Pacific Tbk, PT | -1.23 |
Bank Danamon Indonesia Tbk, PT | -1.21 |
Astra International Tbk, PT | -0.9 |
Medco Energi Internasional Tbk, PT | -0.72 |
Sumber: Diolah.
Penguatan di pasar saham domestik itu seiring dengan perkembangan positif terkait negosiasi dagang AS-China. Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini mencapai US$ 160 miliar.
Hijaunya IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau. Indeks Nikkei di Jepang terapresiasi 0,47%, indeks Shanghai di China melonjak 1,27%, indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 1,22%, dan indeks Kospi di Korsel naik 1,27%.
Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$ 120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15% nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.
Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.
Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga akan membereskan komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.
Selain karena perkembangan positif terkait negosiasi dagang AS-China, apresiasi bursa saham Benua Kuning juga ditopang oleh rilis data ekonomi China yang menggembirakan.
Di awal pekan (16/12/2019), produksi industri di Negeri Panda periode November 2019 diumumkan naik 6,2% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel periode yang sama tumbuh sebesar 8%, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 7,6%.
Terakhir, rilis data ekonomi AS yang menggembirakan ikut memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin, pembacaan awal atas angka Manufacturing PMI periode Desember 2019 versi Markit diumumkan di level 52,5.
Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.
Indeks Saham Asia | Perubahan (%) |
Shanghai Composite | China | 1.27 |
Kospi | Korsel | 1.27 |
Hang Seng | Hong Kong | 1.22 |
IHSG | Indonesia | 0.53 |
Nikkei | Jepang | 0.47 |
Straits Times | Singapura | -0.16 |
Hijaunya pasar saham ternyata tidak terefleksi di pasar surat utang negara (SUN). Di pasar obligasi, faktor masih belum pastinya teks perundingan serta masih ada potensi gagalnya penandatanganan damai dagang AS-China fase pertama bulan depan menjadi perhatian pasar domestik.
Tidak hanya itu, si perdana menteri juga memboikot menteri atau perwakilan pemerintahan baru Inggris Raya untuk hadir, yang semakin mirip dengan aksi Trump ketika baru terpilih pada 2017 silam.
"Fokus kami adalah menghantarkan niat kami [sebagai perwakilan] untuk rakyat, bukan untuk menikmati champagne dengan miliuner-miliuner [di Davos]," kutip sumber Reuters tentang aksi boikot Davos oleh pemerintahan Johnson.
Alhasil, harga obligasi rupiah pemerintah kembali tertekan lagi, dan sukses koreksi harga sejak awal bulan menjadi terlihat signifikan. Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang justru menunjukkan kekhawatiran pelaku pasar dunia.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 6,9 basis poin (bps) menjadi 7,32%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi harga yang terjadi beruntun juga telah membuat kenaikan yield seri 10 tahun sejak awal bulan pada seri acuan tersebut sebesar 25 bps dari 7,07% pada akhir November.
Yield Obligasi Negara Acuan 17 Dec'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 16 Dec'19 (%) | Yield 17 Dec'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 17 Dec'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.621 | 6.649 | 2.80 | 6.6389 |
FR0078 | 10 tahun | 7.253 | 7.322 | 6.90 | 7.334 |
FR0068 | 15 tahun | 7.721 | 7.753 | 3.20 | 7.7879 |
FR0079 | 20 tahun | 7.812 | 7.861 | 4.90 | 7.8746 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,26 triliun SBN, atau 38,6% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 16 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,01 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 560 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 540 miliar.
Ancaman Brexit kilat a la Boris Johnson begitu berpengaruh ke pasar keuangan karena dengan tekanan sempitnya tenggat waktu itu, maka potensi terjadinya hard Brexit yang lebih tidak mau tahu terhadap dampak besarnya kepada dunia, akan lebih besar dibandingkan dengan soft Brexit.
Dampak dari langkah Inggris itu di pasar saham juga tercermin dari terkoreksinya indeks saham Dax di Jerman dan CAC di Prancis. Di pasar saham Inggris, FTSE 100 justru menguat, yang kemungkinan karena ditopang oleh data tenaga kerja yang naik.
Indeks Saham Eropa | Perubahan (%) |
FTSE 100 | Inggris Raya | 0.08 |
DAX | Jerman | -0.89 |
CAC 40 | Prancis | -0.39 |
Lain lagi di belahan lain Laut Atlantik yaitu di Negeri Paman Sam. Tadi pagi, Wall Street masih menguat dan bahkan memberi torehan rekor tertinggi baru pada indeks S&P 500. Sentimen damai dagang yang masih tertinggal ternyata membantu pelaku pasar saham ngegas dengan dukungan dari data pembelian rumah yang membaik.
Kekhawatiran terhadap belum pastinya damai dagang bulan depan tampaknya terkait dengan musim liburan di AS yang justru terselamatkan oleh pernyataan sepakat fase pertama. Jika saja tanggal 15 Desember lalu kedua negara saling berlakukan tarif impor tambahan, maka tentu isi kado Natal anak-anak serta tunjangan hari raya (THR) pegawai-pegawai di AS tidak akan semewah biasanya.
Hal itu dimungkinkan karena harga-harga barang elektronik di AS secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi barang-barang produksi China yang akan naik begitu perang tarif bertambah liar.
Data penjualan dan izin pembangunan rumah November di AS berada di atas prediksi pelaku pasar, bahkan menjadi rekor tertinggi sejak 2007. Data lain dari industri manufaktur juga membuat pasar saham sumringah semalam, terutama dari berakhirnya demonstrasi dari pabrikan mobil General Motors.
"Sebagian besar data menunjukkan ekonomi global semakin stabil dan ekonomi AS berada pada langkah yang solid," ujar Keith Lerner, chief market strategist di Truist/SunTrust Advisory Services di Atlanta. "Pasar sudah menyesuaikan potensi resesi yang saat ini sudah lebih rendah [daripada sebelumnya]."
Hasilnya, pasar saham AS menguat yang ditunjukkan oleh naiknya indeks Dow Jones Industrial Avg sebesar 0,11%, diikuti Nasdaq Composite 0,1%, dan S&P 500 0,03%.
Indeks Saham AS | Perubahan (%) |
S&P 500 | 0.03 |
Dow Jones Industrial Avg | 0.11 |
Nasdaq Composite | 0.1 |
Kedua, ancaman dari demonstrasi muslim India yang mengecam UU Kewarganegaraan yang baru semakin tidak terdengar lagi dan semoga sudah semakin adem. Jika benar sudah lebih kondusif, tentu sentimen positifnya dapat turut meramaikan pasar.
Ketiga, ancaman kekhawatiran dari anggapan suku bunga acuan global dan domestik yang tidak akan turun lagi tahun depan tampaknya akan membuat pasar obligasi akan terkoreksi lagi. Namun, jangan lupa bahwa koreksi sudah cukup panjang sehingga besar kemungkinan akan rehat dan memutus rantai koreksi yang masih berlanjut hingga kemarin.
Keempat, berdasarkan data, nilai perdagangan pada hari ke-8 sebelum tahun baru kemarin masih tetap tinggi dan dapat mendukung penguatan hari ini. Transaksi pasar saham kemarin mencapai Rp 8,13 triliun, masih di atas level psikologis Rp 8 triliun yang jarang lagi tersematkan di papan transaksi bursa, setelah sebelumnya ciut hingga sempat tinggal Rp 6,02 triliun.
Seiring dengan penguatan IHSG, investor asing juga masih masuk dalam 3 hari bursa terakhir, dengan aksi beli bersih di pasar reguler kemarin Rp 444,04 miliar. Secara mingguan asing membukukan sudah membukukan nett buy Rp 713 miliar.
Meskipun demikian, secara teknikal IHSG justru diprediksi berpotensi koreksi hari ini meskipun penguatan kembali ke zona hijau tetap ada.
Seiring harganya yang cenderung semakin tinggi (higher high), ada potensi IHSG akan menguji level 6.300 dalam dalam jangka waktu 7 hari ke depan atau hingga akhir tahun ini.
Rabu (18/12/19)
Data persediaan minyak mentah API, Amerika Serikat, 04.30.
Neraca perdagangan, Jepang, 06.50.
Inflasi, Inggris Raya, 16.30.
Inflasi, Uni Eropa, 17.00.
Pencatatan saham PT Putra Mandiri Jembar Tbk (PMJS).
Hari terakhir perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights) PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP).
Pembayaran dividen interim tunai PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS).
Pembayaran dividen interim tunai PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
RUPS PT Merck Tbk (MERK).
RUPS, public expose PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS).
Public expose PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII).
Public expose PT MD Pictures Tbk (FILM).
Public expose PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS).
Public expose PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).
Kamis (19/12/19)
Suku bunga acuan, Jepang, 10.00.
Suku bunga acuan 7DRRR, Indonesia, 14.30.
Penjualan ritel, Inggris Raya, 16.30.
Suku bunga acuan, Inggris Raya, 17.00.
Pembayaran dividen interim tunai PT Indo Kordsa Tbk (BRAM).
Mulai pelaksanaan waran PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI).
RUPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
RUPS PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA).
RUPS PT Perdana Bangun Perkasa Tbk (KONI).
RUPS PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL).
RUPS, public expose PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI).
RUPS, public expose PT Indah Perkasa Sentosa Tbk (INPS).
Public expose PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX).
Public expose PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN).
Public expose PT Cipta Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Public expose PT First Indo American Leasing Tbk (FINN).
Public expose PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO).
Public expose PT Modernland Internasional Tbk (MDRN).
Public expose PT Natura City Developments Tbk (CITY).
Public expose PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN).
Public expose PT Ultra Jaya Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
Jumat (20/12/19)
Inflasi, Jepang, 06.30.
Indeks keyakinan konsumen, Inggris Raya, 07.00.
Suku bunga pinjaman utama 1 tahun (acuan), China, 08.30.
Penjualan motor, Indonesia, 17.00.
Data pertumbuhan kredit, Indonesia, 17.00.
Neraca berjalan, pertumbuan PDB (ekonomi), Inggris Raya, 16.30.
Pertumbuan PDB (ekonomi), Amerika Serikat, 20.30.
Pencatatan saham PT Uni-Charm indonesia Tbk (UCID).
Pembayaran dividen interim tunai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Pembayaran dividen interim tunai PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Pembayaran dividen interim tunai PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS).
RUPS, public expose PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
RUPS, public expose PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
RUPS, public expose PT Electronic City Tbk (ECII).
RUPS, public expose PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).
RUPS PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).
Public expose PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP).
Public expose PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI)
Public expose PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU).
Public expose PT Leo Investments Tbk (ITTG)
Public expose PT Lautan Luas Tbk (LTLS).
Public expose PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).
Public expose PT Paninvest Tbk (PNIN).
Public expose PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Public expose PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC)
Public expose PT Siantar Top Tbk (STTP).
Sabtu (21/12/19)
PT Bima Finance Tbk (BIMF) jatuh tempo obligasi berkelanjutan II/tahap I/2016/seri C.
Berikut indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (November 2019 YoY) | 3% |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (November 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (3Q-2019) | -3% PDB |
Neraca pembayaran (3Q-2019) | -US$ 46 juta |
Cadangan devisa (November 2019) | US$ 126,6 miliar |
(irv/irv) Next Article Balik Arah, BRIS Bakal Nanjak Terus?