
Newsletter
Dolar Menggila-Wall Street Cetak Sejarah, Pasar RI Apa Kabar?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 November 2019 06:28

Perkembangan perundingan kesepakatan dagang AS-China masih akan menjadi penggerak utama di awal pekan ini.
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah membantah pernyataan China yang mengatakan baik AS maupun China sudah sepakat membatalkan beberapa bea masuk.
"Mereka [China] ingin mengalami kemunduran [kesepakatan]. Saya belum menyetujui apa pun [soal tarif]," katanya kepada wartawan sebelum meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan ke Georgia.
"[Langkah] China ini sedikit kemunduran, bukan kemunduran total karena mereka tahu saya tidak akan melakukannya [pembatalan tarif]," tegasnya dikutip CNBC International.
Pernyataan Trump tersebut menjadi yang terakhir terkait perundingan kesepakatan dagang. Sampai saat ini belum ada pernyataan lebih lanjut baik dari AS maupun China.
Melihat respon pasar, Wall Street melemah pasca pernyataan Trump tersebut, tetapi investor masih tetap optimistis kesepakatan dagang akan segera diteken. Dampaknya Wall Street berhasil menguat di hari Jumat, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Rekor Wall Street tersebut bisa mengirim hawa positif ke pasar Asia hari ini. IHSG berpeluang menguat pada setelah mencatat pelemahan sepanjang pekan lalu. Untuk diketahui, dibandingkan dengan bursa utama Asia lainnya, hanya IHSG yang melemah di pekan lalu, sehingga bursa kebanggaan Tahan Air ini bisa jadi akan "mengejar" ketertinggalan tersebut.
Sementara itu rupiah sepertinya masih akan bergerak tidak jauh dari level psikologis Rp 14.000/US$. Pergerakan pekan lalu membuktikan perlu tenaga ekstra agar rupiah mampu turun ke bawah Rp 14.000/US$ lebih dalam.
Apalagi melihat indeks dolar AS yang sedang "menggila". Sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar tersebut menguat 1,15% dan menjauhi level terlemah sejak 9 Agustus yang disentuh pada Jumat 1 November lalu.
Perlu diingat saat indeks dolar AS begitu perkasa pada pekan lalu, rupiah masih mampu menguat. Jadi ada kemungkinan Mata Uang Garuda akan diterpa aksi ambil untung di awal pekan ini.
Dari pasar obligasi, dengan rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus pada pekan lalu, keyakinan investor untuk berinvestasi di surat utang negara (SUN) tentunya membaik. Apalagi jika pelaku pasar global semakin optimistis kesepakatan dagang AS-China akan segera diteken, obligasi RI dapat menguat lagi, melanjutkan kinerja positif pekan lalu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(pap)
Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah membantah pernyataan China yang mengatakan baik AS maupun China sudah sepakat membatalkan beberapa bea masuk.
"Mereka [China] ingin mengalami kemunduran [kesepakatan]. Saya belum menyetujui apa pun [soal tarif]," katanya kepada wartawan sebelum meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan ke Georgia.
"[Langkah] China ini sedikit kemunduran, bukan kemunduran total karena mereka tahu saya tidak akan melakukannya [pembatalan tarif]," tegasnya dikutip CNBC International.
Pernyataan Trump tersebut menjadi yang terakhir terkait perundingan kesepakatan dagang. Sampai saat ini belum ada pernyataan lebih lanjut baik dari AS maupun China.
Melihat respon pasar, Wall Street melemah pasca pernyataan Trump tersebut, tetapi investor masih tetap optimistis kesepakatan dagang akan segera diteken. Dampaknya Wall Street berhasil menguat di hari Jumat, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Rekor Wall Street tersebut bisa mengirim hawa positif ke pasar Asia hari ini. IHSG berpeluang menguat pada setelah mencatat pelemahan sepanjang pekan lalu. Untuk diketahui, dibandingkan dengan bursa utama Asia lainnya, hanya IHSG yang melemah di pekan lalu, sehingga bursa kebanggaan Tahan Air ini bisa jadi akan "mengejar" ketertinggalan tersebut.
Sementara itu rupiah sepertinya masih akan bergerak tidak jauh dari level psikologis Rp 14.000/US$. Pergerakan pekan lalu membuktikan perlu tenaga ekstra agar rupiah mampu turun ke bawah Rp 14.000/US$ lebih dalam.
Apalagi melihat indeks dolar AS yang sedang "menggila". Sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar tersebut menguat 1,15% dan menjauhi level terlemah sejak 9 Agustus yang disentuh pada Jumat 1 November lalu.
Perlu diingat saat indeks dolar AS begitu perkasa pada pekan lalu, rupiah masih mampu menguat. Jadi ada kemungkinan Mata Uang Garuda akan diterpa aksi ambil untung di awal pekan ini.
Dari pasar obligasi, dengan rilis data dari dalam negeri yang cukup bagus pada pekan lalu, keyakinan investor untuk berinvestasi di surat utang negara (SUN) tentunya membaik. Apalagi jika pelaku pasar global semakin optimistis kesepakatan dagang AS-China akan segera diteken, obligasi RI dapat menguat lagi, melanjutkan kinerja positif pekan lalu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(pap)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular