
Pasar Saham Dunia Galau, IHSG Tampaknya Sulit Tidak Melow

Dari pasar Eropa, kemarin pasar menguat meskipun cenderung menunjukkan magernya pelaku pasar di tengah aksi tunggu (wait & see) investor terhadap perkembangan romansa Amerika Serikat (AS)-China.
Isunya masih sama. Meskipun tidak sehambar posisi 1 bulan-2 bulan lalu, hubungan Washington DC-Beijing yang sedang 'baik-baik saja' itu sedikit menegang karena China sedang mendorong AS untuk menghapus tambahan barang-barang ekspor Negeri Tirai Bambu yang sudah mulai berlaku September silam.
Bahkan, pelaku pasar sudah lebih dulu menyatakan pesimisnya pandangan terhadap damai dagang dan sebaliknya menjadi lebih optimis pada instrumen emas yang biasa dijadikan pengukur tensi iklim ketegangan pasar keuangan dunia.
Seperti diberitakan The Business Times kemarin, Rainer Michael Preiss dari Taurus Wealth Advisors mengingatkan agar pelaku pasar jangan lupa bahwa sebelum memadu hubungan dengan China, kemesraan AS yang dulu sempat terjadi dengan seteru abadi lainnya yakni Korea Utara juga tidak bertahan lama bahkan tidak ada bekasnya lagi sekarang.
"Saya akan berhati-hati terhadap perundingan dagang [AS-China] ini. Hal ini mengingatkan saya terhadap diskusi AS-Korut. Banyak perundingan, tetapi tidak ada yang benar-benar nyata [hasilnya]," ujar Preiss.
Jangan kaget juga karena perkembangan terbaru semalam menunjukkan pertemuan delegasi kedua negara juga bakal sulit tercapai hingga akhir tahun ini.
Kemarin, nilai tukar dolar AS turun tipis meskipun masih melonjak jika dibanding posisi akhir pekan lalu, sehingga tingkat kemahalan emas bagi mata uang lain karena emas dibanderol dengan mata uang greenback. Koreksinya mata uang AS tersebut terjadi tipis-tipis atau bisa dibilang terpeleset saja menjadi 97,95 dari sebelumnya 97,98, berdasarkan dollar index.
Dollar index dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya, yang dibentuk dari posisi greenback, sebutan lain dolar AS, terhadap enam mata uang yakni euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Saat ini harga emas dunia sudah jeblok dan kembali ke bawah level psikologis US$ 1.500/troy ounce (oz). Tekanan dari sentimen positif perundingan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang juga menguatkan nilai tukar dolar AS sukses membalikkan harga emas dunia ke bawah garis maya tersebut.
Intinya, sebelum jadi tekan dan teken, maka berbagai spekulasi masih akan berseliweran dan menambah ketidakpastian. Ini yang membuat investor memasang mode tunggu di benak pelaku pasar sehingga arus modal belum banyak mengalir.
Hasilnya, pasar saham Benua Biru masih belum yakin prospek damai dagang akan di depan mata, meskipun pelaku pasarnya masih menekan tombol beli di pasar saham hingga membuat indeks utama di kawasan tersebut menghijau.
Namun, selain faktor negatif dari drama AS-China, sebaliknya sentimen positif yang menutup pengaruh buruk ke pasar di tanah Eropa kemarin adalah masih musimnya laporan keuangan emiten bursa.
Faktor lain adalah data indeks aktivitas pembelian industri (PMI) IHS Markit yang naik menjadi 50,6 pada Oktober dari 50,1 pada September. Ekspansi yang ditunjukkan angka realisasi itu lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pasar.
Indeks Stoxx 600 yang mewakili pasar saham kawasan pan-Eropa naik tipis 0,21%, dan indeks FTSE 100 di Inggris menguat lebih terbatas lagi yakni 0,12%. Penguatan lebih berani dialami indeks DAX di Jerman dan CAC di Prancis yang menguat 0,24% dan 0,34%.
Sebagai tambahan, setelah penutupan pasar, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berikrar untuk mensukseskan aksi keluarnya Negeri Asap Hitam dari Uni Eropa pada Januari.
Menyeberangi Laut Atlantik, pasar Wall Street sudah mulai ditutup beragam, dari tadinya menguat secara meyakinkan dan terus-menerus mencetak rekor, terutama juga karena prospek dari hubungan AS-China.Pasar saham domestik di sana, ujar beberapa strategist, memerlukan waktu untuk bernafas dulu, atau bahkan terkoreksi lebih dulu sebelum kembali melanjutkan penguatan hingga menembus rekor tertinggi baru.
Tercatat, indeks S&P 500 sudah naik 30,77% menjadi 3.074 sejak habis Hari Raya Natal tahun lalu, di mana beberapa pengelola dana publik sudah melampaui target hasil investasi yang diprogramkan oleh atasannya.
Lori Calvasina, Chief Equity Strategist di RBC seperti dikutip Reuters, menyatakan dirinya tidak akan kaget jika terjadi sell off dalam waktu dekat. Dia memiliki target S&P 500 di 2.900, yang sudah dilampaui oleh posisi penutupan kemarin. Indeks lain yaitu Dow Jones Industrial Avg stagnan di 27.492 dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,29% menjadi 8.410.