
Newsletter
Kala The Fed & Perang Dagang AS-China Buat Galau nan Bimbang
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 October 2019 06:07

Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang kurang apik. Semoga sentimen negatif akibat rilis performa keuangan yang buruk pada perusahaan AS tidak menekan risk appetite investor untuk berburu instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah terkait kelanjutan hubungan dagang antara AS dan China di mana investor menaruh harapan besar bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menekan kesepakatan dagang saat gelaran KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) bulan depan di Chile.
Namun sepertinya harapan pelaku pasar pupus. Pasalnya, salah satu pejabat Gedung Putih menyampaikan bahwa kesepakatan fase pertama antara Washington dan Beijing mungkin tidak dapat selesai tepat waktu untuk dapat ditanda tangani saat pemimpin kedua negara bertemu di Chile, dilansir dari Reuters.
Meskipun begitu, pejabat tersebut menegaskan bahwa hal ini bukan berarti hubungan dagang kedua negara berantakan, tapi hanya butuh waktu yang lebih banyak untuk finalisasi teks perjanjian.
"Jika penandatanganan tidak dapat dilakukan di Chile, bukan berarti kesepakatan berantakan. Itu hanya berarti belum siap," ujar pejabat tersebut.
"Tujuan kami adalah untuk menandatanganinya di Chile. Namun terkadang teks perjanjian belum siap. Akan tetapi terdapat kemajuan yang baik dan kami berharap untuk menandatangani perjanjian di Chile."
Hal ini sangat disayangkan karena sebelumnya Trump menyampaikan bahwa kesepakatan dapat dicapai lebih cepat dari jadwal.
"Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.
Kemudian perhatian pelaku pasar global juga akan tertuju pada sentimen ketiga yakni pertemuan anggota dewan pengambil kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dimulai hari ini, di mana pada Kamis (31/10/2019) Gubernur The Fed Jerome Powell akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan,
Merujuk pada situs CME Fedwatch, sehari menjelang rapat dimulai, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas federal funds rate sebesar 25 basis poin kini menjadi 97,3%, dari posisi hari sebelumnya yang ada di level 95,1%.
Dari angka tersebut terlihat bahwa pelaku pasar bertaruh cukup besar bahwa Jerome Powell dan kolega akan kembali memangkas suku bunga acuan pada bulan ini. Namun, sejatinya fokus investor lebih ke pada paparan hasil rapat untuk mencari sinyal arah kebijakan moneter AS ke depannya.
Lalu yang terakhir, sentimen keempat yakni peluang aksi ambil untung (profit taking) yang sangat berpotensi menghampiri pasar keuangan Ibu Pertiwi. Hal ini sudah dapat terlihat pada pergerakan IHSG kemarin yang mayoritas melemah.
Terlebih lagi, hari ini akan ada gelombang demo buruh yang meminta kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) lebih besar.
Ribuan buruh akan melakukan demo menolak kenaikan upah minimum 2020 sebesar 8,51% berdasarkan surat edaran menteri ketenagakerjaan, mereka menuntut UMP/UMK 2020 dinaikkan antara 10-15%.
Biasanya, pada saat gelombang demo menyerbu, investor memilih undur diri sambil menunggu situasi domestik kembali terkendali. Meskipun ini merupakan agenda tahunan, tapi aksi demo buruh merugikan beberapa perusahaan karena mengganggu aktifitas produksi, terutama bagi perusahaan padat karya.
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT (dwa/dwa)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang kurang apik. Semoga sentimen negatif akibat rilis performa keuangan yang buruk pada perusahaan AS tidak menekan risk appetite investor untuk berburu instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah terkait kelanjutan hubungan dagang antara AS dan China di mana investor menaruh harapan besar bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menekan kesepakatan dagang saat gelaran KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) bulan depan di Chile.
Namun sepertinya harapan pelaku pasar pupus. Pasalnya, salah satu pejabat Gedung Putih menyampaikan bahwa kesepakatan fase pertama antara Washington dan Beijing mungkin tidak dapat selesai tepat waktu untuk dapat ditanda tangani saat pemimpin kedua negara bertemu di Chile, dilansir dari Reuters.
Meskipun begitu, pejabat tersebut menegaskan bahwa hal ini bukan berarti hubungan dagang kedua negara berantakan, tapi hanya butuh waktu yang lebih banyak untuk finalisasi teks perjanjian.
"Jika penandatanganan tidak dapat dilakukan di Chile, bukan berarti kesepakatan berantakan. Itu hanya berarti belum siap," ujar pejabat tersebut.
"Tujuan kami adalah untuk menandatanganinya di Chile. Namun terkadang teks perjanjian belum siap. Akan tetapi terdapat kemajuan yang baik dan kami berharap untuk menandatangani perjanjian di Chile."
Hal ini sangat disayangkan karena sebelumnya Trump menyampaikan bahwa kesepakatan dapat dicapai lebih cepat dari jadwal.
"Saya bisa katakan kesepakatan ini akan sedikit lebih cepat dari jadwal, atau malah jauh lebih cepat," ujarnya.
Kemudian perhatian pelaku pasar global juga akan tertuju pada sentimen ketiga yakni pertemuan anggota dewan pengambil kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dimulai hari ini, di mana pada Kamis (31/10/2019) Gubernur The Fed Jerome Powell akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan,
Merujuk pada situs CME Fedwatch, sehari menjelang rapat dimulai, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas federal funds rate sebesar 25 basis poin kini menjadi 97,3%, dari posisi hari sebelumnya yang ada di level 95,1%.
Dari angka tersebut terlihat bahwa pelaku pasar bertaruh cukup besar bahwa Jerome Powell dan kolega akan kembali memangkas suku bunga acuan pada bulan ini. Namun, sejatinya fokus investor lebih ke pada paparan hasil rapat untuk mencari sinyal arah kebijakan moneter AS ke depannya.
Lalu yang terakhir, sentimen keempat yakni peluang aksi ambil untung (profit taking) yang sangat berpotensi menghampiri pasar keuangan Ibu Pertiwi. Hal ini sudah dapat terlihat pada pergerakan IHSG kemarin yang mayoritas melemah.
Terlebih lagi, hari ini akan ada gelombang demo buruh yang meminta kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) lebih besar.
Ribuan buruh akan melakukan demo menolak kenaikan upah minimum 2020 sebesar 8,51% berdasarkan surat edaran menteri ketenagakerjaan, mereka menuntut UMP/UMK 2020 dinaikkan antara 10-15%.
Biasanya, pada saat gelombang demo menyerbu, investor memilih undur diri sambil menunggu situasi domestik kembali terkendali. Meskipun ini merupakan agenda tahunan, tapi aksi demo buruh merugikan beberapa perusahaan karena mengganggu aktifitas produksi, terutama bagi perusahaan padat karya.
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT (dwa/dwa)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular