NEWSLETTER

Kala The Fed & Perang Dagang AS-China Buat Galau nan Bimbang

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 October 2019 06:07
Kinerja Emiten Tak Ciamik, Wall Street Lesu
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Beralih ke bursa saham utama AS, tiga indeks utama Wall Street kompak mengakhiri perdagangan di zona merah seiring dengan rilis kinerja keuangan emiten yang di bawah ekspektasi pasar.

Data pasar menunjukkan indeks Nasdaq anjlok 0,59% ke 8.276,99 poin, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,07% ke 27.071,46 poin. Kemudian indeks S&P 500 melemah 0,08% menjadi 3.036,89 poin.

Perusahaan energi raksasa asal Inggris, British Petroleum, melaporkan penurunan laba bersih hingga 41% secara tahunan pada kuartal ketiga tahun ini. Keuntungan perusahaan anjlok seiring dengan pendapatan hulu yang lebih rendah, harga minyak yang terkoreksi, dan dampak biaya pemeliharaan serta cuaca, dilansir CNBC International.

Kemudian, sepanjang kuartal kemarin, HSBC hanya dapat membukukan laba bersih sebesar US$ 2,97 mliar, turun dari capaian kuartal II-2019 yang mencapai US 4,37 miliar. Selain itu, perolehan laba bersih perusahaan juga lebih rendah dari konsensus yang dihimpun FactSet, yakni di level US$ 3,96 miliar.

Kelesuan bisnis terutama sangat terasa di kawasan Amerika dan Eropa. Karenanya, HSBC mengatakan akan mempercepat upaya untuk memangkas biaya dan merombak bisnis perusahaan, dilansir dari Reuters.

"Bagian dari bisnis kami, terutama Asia, bertahan dengan baik di lingkungan yang menantang di kuartal ketiga. Namun, di beberapa bidang, kinerjanya tidak dapat diterima, terutama kegiatan bisnis di dalam benua Eropa, bank non-ring-fenced bank di Inggris, dan AS," kata Kepala Eksekutif Sementara HSBC Noel Quinn.

"Rencana kami sebelumnya tidak lagi cukup untuk meningkatkan kinerja bisnis ini, mengingat prospek pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah. Karena itu, kami mempercepat rencana untuk merombaknya, dan memindahkan modal ke pertumbuhan yang lebih tinggi dan mengembalikan peluang," tambah Quinn.

Lalu. Alphabet yang merupakan induk Google melaporkan laba bersih US$ 10,12 per saham, atau di bawah ekspektasi analis dalam polling Refinitiv yang memproyeksikan laba bersih per saham senilai US$ 12,42 per unit, seperti diwartakan CNBC International.

Analis Guggenheim Michael Morris menunjukkan bahwa kenaikan biaya memicu pelemahan kinerja raksasa mesin pencari internet tersebut. Belanja pegawai yang meningkat, terutama di pos pemasaran dan riset pengembangan menjadi pendorong utama biaya.

Namun, rilis kinerja Merk & Co Inc serta Pfizer Inc yang membukukan kinerja kuartal III-2019 yang memuaskan membantu indeks DJIA dan indeks S&P 500 untuk ditutup hampir stagnan dengan koreksi yang terbatas.

(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa/dwa)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular