
Newsletter
Kondisi Eksternal Kondusif, Pasar Keuangan RI Bisa Ngegas?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 October 2019 06:13

Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang impresif. Diharapkan optimisme di sana bisa menular sampai ke Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Sentimen kedua adalah terkait kelanjutan hubungan dagang antara AS dan China yang saat ini perhatian utama tertuju pada finalisasi teks perjanjian kesepakatan fase pertama.
Setelah pada Jumat pekan lalu (25/10/2019) finalisasi dikabarkan berjalan mulus, Kantor Perwakilan Dagang AS menyampaikan pada Senin bahwa pihaknya sedang mempelajari kemungkinan untuk memperpanjang penundaan pengenaan bea masuk untuk produk impor asal China senilai US$ 34 miliar, seperti diwartakan Reuters.
Jika pada hari ini kembali terdapat komentar bernada positif dari pihak AS maupun China, optimisme pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar keuangan Asia bisa membuncah.
Pelaku pasar berharap bahwa penandatangan kesepakatan fase pertama oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat terlaksana sesuai jadwal, yakni saat keduanya bertemu pada bulan depan dalam gelaran KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Kemudian perhatian pelaku pasar global juga akan tertuju pada sentimen ketiga yakni pertemuan anggota dewan pengambil kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dimulai pada Rabu, 30 Oktober 2019, selama dua hari.
Pada pukul 04:35 WIB, merujuk situs CME Fedwatch, tercatat bahwa kans pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan ini terus meningkat dan mencapai 95,1%, di mana satu bulan lalu probabilitasnya hanya 49,2%
Namun, Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) analis mengkhawatirkan bahwa pemangkasan suku bunga kali ini akan menjadi yang terakhir. Padahal beberapa ekonomi berekspektasi The Fed akan kembali menurunkan federal funds rate tahun depan.
"..., tetapi banyak ekonomi, seperti yang ada di Goldman Sachs, memproyeksi pemotongan (suku bunga) The Fed kali ini menjadi yang terakhir dan pertanda itu sudah selesai," ujar ulian Emanuel, Kepala Strategi Ekuitas dan Derivatif di BTIG, dikutip CNBC International.
Meskipun demikian, pelaku pasar harap waspada pada sentimen keempat yakni terpangkasnya harga minyak mentah global. Pada pukul 04:56 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melemah masing-masing 0,73% dan 1,50%, setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan 4 hari beruntun
Semestinya koreksi harga minyak bisa menjadi angin segar bagi rupiah. Sebab penurunan harga akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah, sehingga mengurangi beban neraca pembayaran dan transaksi berjalan (current account).
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT) (dwa)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang impresif. Diharapkan optimisme di sana bisa menular sampai ke Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Sentimen kedua adalah terkait kelanjutan hubungan dagang antara AS dan China yang saat ini perhatian utama tertuju pada finalisasi teks perjanjian kesepakatan fase pertama.
Setelah pada Jumat pekan lalu (25/10/2019) finalisasi dikabarkan berjalan mulus, Kantor Perwakilan Dagang AS menyampaikan pada Senin bahwa pihaknya sedang mempelajari kemungkinan untuk memperpanjang penundaan pengenaan bea masuk untuk produk impor asal China senilai US$ 34 miliar, seperti diwartakan Reuters.
Jika pada hari ini kembali terdapat komentar bernada positif dari pihak AS maupun China, optimisme pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar keuangan Asia bisa membuncah.
Pelaku pasar berharap bahwa penandatangan kesepakatan fase pertama oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat terlaksana sesuai jadwal, yakni saat keduanya bertemu pada bulan depan dalam gelaran KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Kemudian perhatian pelaku pasar global juga akan tertuju pada sentimen ketiga yakni pertemuan anggota dewan pengambil kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan dimulai pada Rabu, 30 Oktober 2019, selama dua hari.
Pada pukul 04:35 WIB, merujuk situs CME Fedwatch, tercatat bahwa kans pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan ini terus meningkat dan mencapai 95,1%, di mana satu bulan lalu probabilitasnya hanya 49,2%
Namun, Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) analis mengkhawatirkan bahwa pemangkasan suku bunga kali ini akan menjadi yang terakhir. Padahal beberapa ekonomi berekspektasi The Fed akan kembali menurunkan federal funds rate tahun depan.
"..., tetapi banyak ekonomi, seperti yang ada di Goldman Sachs, memproyeksi pemotongan (suku bunga) The Fed kali ini menjadi yang terakhir dan pertanda itu sudah selesai," ujar ulian Emanuel, Kepala Strategi Ekuitas dan Derivatif di BTIG, dikutip CNBC International.
Meskipun demikian, pelaku pasar harap waspada pada sentimen keempat yakni terpangkasnya harga minyak mentah global. Pada pukul 04:56 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melemah masing-masing 0,73% dan 1,50%, setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan 4 hari beruntun
Semestinya koreksi harga minyak bisa menjadi angin segar bagi rupiah. Sebab penurunan harga akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah, sehingga mengurangi beban neraca pembayaran dan transaksi berjalan (current account).
(BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT) (dwa)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular